Ide Men Talmud kan Al Quran Oleh : Budi Aribowo Tulisan ini dimaksudkan untuk menjelaskan konsep talmudisme yaitu konsep memperbaharui Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a. s. agar sesuai dengan perkembangan zaman yang kemudian dihubungkan dengan apa yang terjadi pada saat ini di Indonesia, khususnya ide ide untuk kembali meredefinisikan Al Quran dengan tujuan humanisme dan perkembangan ilmu pengetahuan (baca : JIL ! atau Jaringan Islam Liberal). Dan apa yang dilakukan oleh orang orang ini menurut kaca mata penulis sudah pernah dilakukan oleh para pendeta pendeta Yahudi terhadap Kitab Taurat sejak kurang lebih ratusan tahun bahkan ribuan tahun yang silam hingga sekarang. Sejarah Yahudi Untuk menyegarkan ingatan kita akan Bangsa Yahudi yang nantinya kepada bangsa ini diturunkan 3 kitab suci yang terkenal yaitu Taurat, Zabur dan Injil oleh Tuhan Yang Maha Esa maka penulis mencoba membawa kepada catatan sejarah kira kira 2000 tahun sebelum Masehi. Sejarah Bangsa Yahudi dimulai ketika Ibrahim, ayahandanya, Siti Sarah dan beberapa keluarga dekat berimigrasi dari daerah Ur dengan menyeberang Sungai Eufrat (Asal mula ungkapan Hebrew atau Ibrani yang artinya menyeberang) lalu menuju ke arah Barat Laut yang menuju ke daerah Heran. Daerah Ur saat ini berada jauh di Selatan kota Baghdad yang menjadi Ibukota Irak dan daerah Heran saat ini merupakan wilayah Selatan Negara Turki. Di daerah Heran inilah Ibrahim diangkat menjadi Nabi oleh Allah SWT yang oleh orang Yahudi disebut sebagai Jehovah. Selama 400 tahun (kurang lebih sampai dengan 1600 SM) Nabi Ibrahim as. dan keturunannya hidup secara nomaden tanpa memiliki negara atau daerah tersendiri di daerah Kanaan (masih di Selatan Turki) atau yang sekarang disebut Palestina. Sampai kemudian keturunan Nabi Ibrahim as. yaitu Nabi Yusuf as menjadi pembantu raja dan membawa kesebelas saudara saudaranya ke daerah Mesir. Sampai disinilah istilah Israel (yang artinya orang yang berjalan di malam hari) mulai diperkenalkan yang biasanya dianalogikan kepada Nabi Yusuf as dan kesebelas saudaranya dan kemudian kepada keturunannya. Sekitar tahun 1200 SM Nabi Musa membawa keluar Bani Israel dari Mesir melalui Laut Merah hingga sampai ke Gurun Sinai dimana Nabi Musa menerima wahyu dari Allah SWT. Sejak exodus dari Mesir hingga saat ini secara resmi Yahudi menyebut diri mereka sendiri sebagai bangsa Israel (sebagai istilah lain dari ibrani atau Hebrew). Selanjutnya di bawah kepemimpinan Nabi Musa, selama 40 tahun Bani Israel melakukan pengembaraan dan mempelajari undang undang yang didakwahkan oleh pemimpin mereka, Nabi Musa, yaitu Taurat atau mereka menyebutnya dengan Torah. Kira kira pada tahun 1000 SM, para pemuka pemuka Bani Israel meminta kepada seorang Nabi Bani Israel untuk mengangkat seorang raja untuk memimpin perang melawan Jaluth (Goliath) seorang raja yang lalim, yang kemudian oleh Allah SWT ditunjuklah Thalut (Saul) menjadi Raja bani Israel yang pertama yang mana kemudian hal ini tidak disukai oleh para pemuka Bani Israel karena raja yang baru itu bukan dari golongan mereka (lihat QS 2 : 246 251). Thalut (Saul) memimpin tentaranya menghadapi Jaluth (Goliath) yang kemudian dibunuh oleh Nabi Daud (David) yang masuk dalam rombongan tentara tersebut. Diaspora Bangsa Israel Setelah kematian Thaluth, Bani Israel dipimpin oleh Nabi Daud (David) dan kemudian dilanjutkan oleh Nabi Sulaiman (Solomon) dengan damai sampai kemudian anak daripada Sulaiman yang bernama Rehoboam memimpin Bani Israel pada tahun 931 SM. Namun disayangkan Rehoboam merupakan Raja yang sombong dan arogan, dan di dalam sejarah Bangsa Yahudi diceritakan pertemuan historis Rehoboam dengan tetua Bani Israel yang lain yang bernama Jeroboam yang berakibat terpecahnya Bani Israel menjadi 2 negara tidak sampai 1 tahun meninggalnya Nabi Sulaiman. Jeroboam memimpin 10 suku dari Bani Israel menuju Utara dan disebut sebagai Kerajaan Israel dengan ibukota Bethel (Samaria) sementara Rehoboam memimpin 2 suku yang tersisa dan disebut sebagai Kerajaan Judah dengan ibukota Yerusalem. Untuk memagari rakyatnya agar tidak terpengaruh oleh Kerajaan Judah di Selatan. Jeroboam membangun kuil peribadatan sendiri bagi rakyatnya. Termasuk sebagai salah satu dendam relijius Jeroboam adalah membuat kitab sendiri dengan mengganti kata Jehovah (God) yang dikenal dengan nama dokumen J dengan kata Elohim (Lord) yang nantinya dikenal dengan nama dokumen E. Setelah mengalami berbagai tribulasi Kerajaan Israel (Utara) pada tahun 722 SM dihancurkan oleh Sargon II dari Assyria dan ibukota Samaria berhasil ditundukan. Peristiwa penghancuran Samaria oleh tentara Assyria dikenal dengan peristiwa 10 suku Bani Israel yang hilang. Begitu pula dengan Kerajaan Judah (Selatan) yang pada tahun 586 SM berhasil dihancurkan oleh tentara Babylonia dibawah pimpinan Nebuchadnezzar. Kota Yerusalem adalah kota yang dihancurkan oleh tentara Babylonia termasuk Kuil (Haikal) Sulaiman yang menyisakan sebuah tembok yang saat ini terkenal dengan tembok ratapan. Babylonia pada masa tersebut juga berhasil mengalahkan Kerajaan Assyria. Pada zaman tersebutlah Bani Israel tercerai - berai di seluruh imperium Babylonia atau mengalami Diaspora yang pertama kali. Ada yang exodus dengan sendirinya atau ada juga yang dijual sebagai budak dan hanya sedikit yang bertahan di Yerusalem. Tahun 539 SM Cyrus The Great dari kerajaan Persia berhasil mengalahkan Babylonia. Kekuasan Persia terbentang dari Sungai Indus ke Laut tengah dan dari Kaukasus hingga ke lautan Hindia termasuk di dalamnya Yerusalem. Menurut Dimont (2002, hal 51), Cyrus mengambil sebuah tindakan yang secara harfiah mempesonakan bangsa Yahudi yaitu ia memberikan izin bagi bangsa Yahudi untuk kembali Yerusalem atau ke tanah air mereka. Termasuk di dalam rombongan yang mengikuti exodus yahudi kembali Yerusalem adalah Uzair (Ezra) tahun 458 SM seorang juru tulis istana Persia yang bagi bani Israel adalah Nabi yang baru (coba lihat QS 9 : 30 tentang Uzair). Tahun 334 SM Alexander The Great seorang bangsa Yunani dari Macedonia memimpin puluhan ribu tentaranya menghancurkan Imperium Persia dan masuk ke Yerusalem tahun 332 SM. Dengan kekalahan bangsa Persia maka otomatis Yerusalem menjadi bagian dari Kekuasan bangsa Yunani. Imperium Yunani memberikan pencerahan kepada negara negara jajahannya yaitu dengan menyebarkan kebudayaan Yunani, Helenisme. Termasuk di dalamnya terhadap bangsa Yahudi yang sangat terpengaruh oleh kebudayaan tersebut. Benih Talmudisme Uzair setelah melakukan eksodus ke Yerusalem membuat beberapa gebrakan baru terhadap pembentukan karakter Yahudi. Dibawah pimpinannya ia memerintahkan para pendeta dan sarjana Yahudi untuk menyusun ulang aturan atau hukum Musa yang tersebar ke berbagai tempat selama hampir 500 tahun termasuk di dalamnya dokumen J dan dokumen E. Dari hasil penyusunan ulang tersebut maka berhasil disusun 5 buah kitab Musa : Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers dan Deuteronomy (Kelimanya dikatakan sebagai Pentateuch). Karena terlalu lama tercerai berai hampir sebagian besar orang Yahudi tidak dapat menggunakan bahasa Ibrani dan bahasa yang digunakan pada saat itu adalah bahasa Aramaic yang merupakan salah satu akar bahasa Semitik Untuk menerjemahkan kitab kitab tersebut maka diundanglah orang orang yang ahli bahasa Ibrani. Lalu dibuatlah sebuah lembaga pengajaran dan pernerjemahan yang disebut Midrash (Eksposisi). Ekspositor atau orang yang berada di dalam Midrash merupakan orang yang paling dihormati pada setiap komunitas Yahudi dan Midrash ini merupakan cikal bakal dari yeshiva (akademi) di awal era Kristen (mungkin anda sering melihat tulisan Ivy League yang merupakan suatu komunitas elit di Universitas universitas besar di Eropa dan Amerika Serikat seperti Harvard, Cambridge, Oxford, Sorbone dan sebagainya maka itu asal muasalnya dari istilah yeshiva ini). Dengan telah tersusunnya pentateuch dan agar bangsa ini agar bangsa ini tidak melupakan undang undang Musa maka Uzair mendekritkan bahwa pentateuch harus dibaca dalam setiap sinagog sepanjang tahun pada hari Sabtu dan dua kali dalam satu minggu. Segera setelah setiap tahun baru Yahudi, pembacaan dimulai lagi dari bab pertama Kitab Genesis (Dimont, 2002, hal 55). Seiring dengan berjalannya waktu rupanya pentateuch yang disusun oleh Uzair dan para pendetanya dirasakan tidak up to date lagi oleh bani Israel. Sebagaimana yang ditulis Dimont (2002, hal 138) bahwa kehidupan tidak berhenti karena perintah Uzair Karena tampaknya hukum Musa tidak menjawab kebutuhan kebutuhan yang baru, pertanyaannya menjadi : Haruskah bangsa Yahudi membuang Taurat yang tampaknya sudah ketinggalan zaman (out-moded) ataukah mereka menyusutkan kehidupan sampai limit limitnya. Bangsa Yahudi tidak menutup cara hidup mereka atau membuang Taurat. Mereka mengintepretasi ulang Undang undang Musa dengan cara yang sama bangsa Amerika mana kala melaksanakan amandemen atau intepretasi kembali terhadap konstitusi, dalam rangka menanggulangi masalah masalah baru. Ketimbang menekan tantangan baru ke pola masa lalu, bangsa Yahudi menampilkan pola pola baru guna menyesuaikan dengan kondisi kondisi baru. Kemudian Dimont (2002) pada halaman berikutnya (139) menukil pernyataan sebagian besar pernyataan pendeta Yahudi bahwa tentunya, jika Tuhan memberikan Tauratnya kepada manusia, Dia bermaksud bahwa semua solusi berada di dalamnya dan jika manusia tidak merasakan kebenaran total seketika itu juga, ini bukan berarti bahwa Taurat kurang dalam, tetapi manusia itu sendirilah yang kurang mempunyai kedalaman wawasan. Inilah benih benih talmudisme yang mulai dilakukan oleh para ulama Yahudi yaitu meredefinisikan Kitab atau undang undang Musa dalam rangka jalan pencarian manusia kepada kehendak Tuhan yang masih akan berkembang hingga sekarang. Perkembangan Talmudisme Talmudisme secara signifikan berkembang ketika Yunani mulai melakukan ekspansi ke Timur Tengah sekitar abad ke IV Sebelum Masehi. Mereka membawa kebudayaan Yunani (Helenisme) kepada kehidupan bangsa Yahudi. Para pemuda Yahudi mempelajari pikiran pikiran Platonis, Socrates, logika Aristoteles, Hipocrates, sains Euclidian dan lainnya yang sudah berkembang satu abad sebelumnya yang kemudian mereka masukan sebagai kerangka berfikir untuk mengartikan Taurat. Metoda yang mereka lakukan ini biasanya disebut Mishna (repetisi) atau menyaring pemikiran Yunani kedalam Yahudi, metode ini diartikan dengan bahasa yang sederhana yaitu bangsa Yahudi mengenakan sebuah mantel atau jubah filsafat Yunani yang diberi nama Talmudisme. (Dimont, 2002, hal 61) Selain mempelajari pemikiran, eksistensi helenistik juga berkembang kepada tingkah laku adat istiadat kehidupan masyarakat sehari hari bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi diperkenalkan dengan kabaret, konser konser, gymnasium, teater, permainan gulat, minuman keras, sex bebas dan lainnya (sebagaimana yang terjadi kepada sebagian besar pemuda Islam saat ini) sehingga mereka lupa akan eksistensi mereka sebagai umat Nabi Musa. Namun ada sebagian kaum Yahudi yang mempertahankan nilai, pemikiran dan ajaran Nabi Musa namun jumlah mereka semakin lama semakin minoritas. Biasanya mereka disebut golongan Hasidiah atau golongan orang saleh (baca : konservatif). Di saat inilah fungsi Talmudisme atau Mishna digunakan. Bagaimana perubahan yang cukup besar pada seluruh sendi kehidupan Yahudi akibat pengaruh helenisme disahkan menjadi bagian dari kehidupan orang Yahudi sehari hari. Termasuk di dalamnya nilai nilai humanisme yang berakar pada filsafat Yunani terutama Socrates (bahwa pada diri manusia terpendam jawaban mengenai berbagai persoalan dalam dunia nyata) dan juga sains. Lambat laun popularitas Mishna ini sangat meresahkan sebagian pendeta Yahudi yang konservatif. Mereka takut Mishna ini akan menjadi rival Taurat di masa yang akan datang dan kemudian mereka akan memuliakan deduksi (silogisme) yang sesuai dengan filsafat Yunani. Untuk menanggulangi hal ini maka para pendeta Yahudi yang setuju dengan Mishna, memberikan dan mengajari Mishna kepada murid - muridnya dengan cara membisikannya kuping dan inilah yang kemudian dikenal dengan nama Hukum Lisan Pertama (Hukum Lisan kedua tentang Qobalisme*). Ketika tahun 70 M pasukan Romawi berhasil menaklukan Yerusalem di bawah pimpinan Titus, seorang pendeta Yahudi yang bernama Ben Zakai khawatir akan hilangnya tradisi hukum lisan ini. Maka dari situlah dibentuk akademi akademi (yeshiva) untuk melanggengkan ajaran Mishna ini terutama yeshiva yang berada di Babylonia. Dengan tradisi Mishna ini diceritakan bahwa pahlawan dalam legenda Yahudi menjadi orang yang dengan intelektualitasnya membunuh naga naga kebodohan ketimbang ksatria yang hebat dengan pedangnya membunuh monster monster kekejaman. Buta huruf dianggap sebagai hal yang memalukan dan yang bodoh dipandang rendah. Dan para pendeta Yahudi mulai berfikir bahwa seorang anak haram jadah yang pintar lebih utama daripada seorang keturunan keluarga bangsawan yang tak terpelajar. Bahkan para ibu ibu yang hamil berkerumun di seputar yeshiva untuk mendapatkan cahaya ilmu pengetahuan (Dimont, 2002, hal 141) Abad ke VI Masehi Persia di bawah panji zoroastrianisme (majusi) berhasil mendapatkan kemenangan kemenangan politis dan militer atas Romawi. Mereka melanjutkan perang sucinya kepada Yahudi dan Nasrani. Para pendeta Yahudi khawatir dengan kondisi perang ini akan mengakibatkan tersapu bersihnya para pendeta Yahudi yang berarti tradisi Mishna pun akan hilang. Maka pada abad itu pula Mishna mulai disusun dalam bentuk tulisan dan tugas ini memakan waktu hampir 200 tahun. Teks kombinasi antara Taurat dan Mishna inilah yang disebut dengan Talmud. Talmud yang pertama kali disusun ini sebanyak 35 jilid (15.000 halaman folio) dan terdiri daripada 3 Bab Utama yaitu hukum (Halacha), etika & moral (Aggada) serta kisah kisah (Midrash). Karena bab hukum dan etika banyak sekali berhadapan dengan fase kehidupan manusia, sangat tidak mengherankan jika kita mendapati Talmud menyinggung sains, kedokteran, astronomi, ekonomi dan pemerintahan Kandungan kandungan di dalam Talmud membuka cakrawala intelektual kaum Yahudi disamping mereka boleh menambahkan dan membuang isinya jika dirasa tidak tepat secara deduktif. Dengan tradisi Talmud yang berkembang pada setiap keluarga Yahudi bahkan semenjak kecil maka kemudian sejarah mencatat bahwa sejak dulu terutama sejak pada abad pertengahan atau pada masa kebangkitan Renaisance hingga sekarang, orang - orang dengan intelektualitas yang baik yang menguasai bermacam bidang ilmu terutama di Eropa dan Amerika biasanya berasal dari keluarga Yahudi. Kita dapat lihat orang orang besar seperti Freud, Marx, Einstein dan bahkan 12 % peraih nobel adalah orang Yahudi. Namun walaupun mereka memiliki intelektual intelektual kelas dunia namun intepretasi ulang terhadap Taurat berdasarkan konsep talmudisme sungguh mengkhawatirkan. Contoh : Yahudi diajarkan tidak memakan hewan yang tidak berkuku belah dan tidak memamah biak. Namun mereka melakukan konspirasi terhadap hewan babi. Babi menurut mereka berkualifikasi pada yang pertama tidak berkuku belah namun tidak berkualifikasi pada aturan kedua tidak memamah biak. Dari konspirasi ini banyak sekali orang orang Yahudi yang kemudian makan roti dengan isi daging babi di kedai kedai hamburger di Amerika Serikat. Contoh lain yaitu cerita yang dikisahkan di dalam Al Quran yaitu tentang nelayan yahudi, bagaimana ikan ikan itu hanya muncul pada hari Sabtu sementara mereka dilarang bekerja lalu mereka memasang jaring pada hari Jumat dan kemudian diambil pada hari Minggu. Contoh ketiga pada tahun 1900 M yeshiva menentukan bahwa naik mobil itu adalah bekerja sementara itu Taurat melarang Yahudi bekerja di hari Sabtu, maka ketika itu banyak sekali Yahudi pergi ke sinagog pada hari Sabtu dengan berjalan kaki dan ini sangat memberatkan bagi yahudi yang tinggal jauh sekali dari sinagog namun kemudian yeshiva meralat aturan ini Dan contoh contoh lain yang menurut penulis semuanya akal akalan (ingat filsafat Yunani yang mempertuhankan akal) yang bertujuan memuaskan nafsu atau keinginan manusia itu sendiri. Dan yang paling parah ide tentang talmudisme ditularkan ke seluruh dunia dengan kedok humanisme dan sains termasuk ke umat Islam Jika Sejarah Berulang Dari berbagai penjelasan di atas yang sifatnya lebih historis maka penulis memprediksikan jika ada gagasan atau pendapat yang meredefinisikan Al Quran yang sesuai dengan perkembangan zaman menjadi sebuah hukum positif yang diterapkan di negeri ini maka mungkin, sekali lagi mungkin, Indonesia akan memiliki orang orang dengan kualitas intelektual yang cukup tinggi, karena orang orang yang seperti itu akan mempertuhankan akal dan mendahului akal terhadap yang lain (termasuk keimanan). Namun nanti pada saat yang bersamaan kita juga akan melihat banyak orang Islam yang : memakan daging babi, meminum khamr dengan alasan kesehatan, menghalalkan riba dengan hujah menguntungkan, melegalkan prostitusi, durhaka kepada orang tua, menikah tanpa wali dan saksi, mengganti salam dengan good morning, mengganti potong tangan dengan penjara, punya media permainan laki laki karena hujahnya yang haram melihat aslinya bukan fotonya, melokalisasi judi dengan hujah memberikan devisa (mashlahat), sholat boleh dalam hati dengan hujah fungsi sholat adalah dzikir (eling), kalau puasa boleh merokok karena rokok bukan makan dan minum, zakat boleh pakai uang korupsi dengan hujah hasil korupsinya akan dibersihkan dan sebagainya. Tentunya kita mengetahui bahwa sejarah akan berulang, jika saat ini ada yang melakukan revitalisasi atau pendefinisian ulang atau talmudisme terhadap Al Quran Kitab Allah SWT, maka sebetulnya sejarah juga telah membuktikan kegagalan kegagalan usaha tersebut. Dari bagaimana sikap Abu Bakar memerangi orang yang masih shalat tapi menolak membayar zakat (bayangkan jika hal ini dibiarkan), keteguhan sikap Imam Ahmad yang dipenjara oleh aliran Mutazilah karena menolak mengatakan bahwa Al Quran adalah Makhluk, isu jilbab beracun, hingga isu terorisme, orisinalitas Al Quran yang sudah bertahan selama kurang lebih 1500 tahun masehi akan tetap dijaga oleh pejuang pejuangnya yang istiqomah hingga hari kiamat terjadi. Ribuan tahun ke depan umat Islam akan tetap mengharamkan babi, para muslimah tetap menggunakan jilbab, para ulamanya tetap mengharamkan khamr dan judi, membayar zakat Sesungguhnya Kami telah menurunkan Adz Dzikra dan sesungguhnya Kamilah yang memeliharanya (QS 15 : 9). Maraji 1. Max J. Dimont, Kisah Hidup Bangsa Yahudi, Masaseni, Oktober 2002 2. Z. A. Maulani, Zionisme, Dasaseta, Jakarta, Juli 2002, Edisi Kedua
KuHanyaOrangBiasa MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW bersabda, "Jibril berkata kepadaku, 'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga'" (HR. Bukhari - Muslim) [Hadits ini terdapat pada Kitab Shahih Bukhari dan Kitab Riyadush Shalihin] --------------------------------- Yahoo! Personals Single? There's someone we'd like you to meet. Lots of someones, actually. Try Yahoo! Personals [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/eYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> ========================================== MILIS MAJELIS MUDA MUSLIM BANDUNG (M3B) Milis tempat cerita , curhat atau ngegosip mengenai masalah anak muda dan islam . No Seks , No Drugs , No Violence Sekretariat : Jl Hegarmanah no 10 Bandung 40141 Telp : (022) 2036730 , 2032494 Fax : (022) 2034294 Kirim posting mailto:[EMAIL PROTECTED] Berhenti: mailto:[EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/majelismuda/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/