Dua Buah Kutub

Saat kembali ke kota kelahiran, saya menyempatkan diri untuk 
berjumpa dengan beberapa kawan lama diantaranya adalah dua 
bersaudara yang salah satunya berada di panti rehabilitasi narkoba 
sedangkan saudara lainnya adalah seorang pengusaha otomotif yang 
terbilang sukses.  Diantara kawan-kawan seumur, hal ini sering 
menjadi bahan pergunjingan mengapa dua bersaudara
yang berasal dari orang tua yang sama, dibesarkan dalam lingkungan 
yang sama, dapat menjadi sangat berbeda. 

Kunjungan saya ke panti rehabilitasi dimana kawan saya itu berada 
cukup membuat dia terhibur.  Dalam salah satu perbincangan dia 
menjawab pertanyaan klise saya "Ya, semua ini gara-gara Ayah saya"  
Dengan lirih dia meneruskan ucapannya "Ayah saya seorang pemabuk dan 
penjudi, keluarga saya bangkrut dan berantakan, dia hanya memikirkan 
dirinya sendiri, sama sekali tak pernah memikirkan saya" Masih 
tertunduk lesu dan katanya lagi "Apa yang bisa diharapkan dari saya 
hasil dari sebuah keluarga yang berantakan ini?"

Sehari sebelum kembali ke Jakarta, saya masih sempat menemui 
saudaranya yang siang itu berada di show-room-nya yang cukup besar 
dengan aneka mobil terpajang. Ditengah kegembiraan karena lama tidak 
berjumpa, salah satu pembicaraan kami adalah tentang saudaranya yang 
ada di panti rehabilitasi narkoba. Pertanyaan spontan pun mengalir 
dari bibir saya "Apa yang membuat kamu berbeda dengan saudaramu dan 
bisa sukses seperti sekarang ini?" Nampak dia menghela nafas 
kemudian dia berkata "Sudah terlalu banyak penderitaan dalam 
kehidupan saya dan keluarga kami, saya hanya bertekad
untuk mengakhirinya"
"Saya benar-benar tidak ingin bernasib seperti Ayah saya dan ingin
membahagiakan Ibuku, itulah tekad saya selama ini"
-------------------------------

Keduanya mendapatkan kekuatan dan motivasi dari sumber yang sama, 
bedanya adalah yang seorang memanfaatkannya secara positif, dan 
seorang lainnya menggunakannya secara negatif. 

"Mereka yang positif tak peduli segelap apapun keadaannya, kepalanya 
selalu tegak serta menengadah melihat semua kemungkinan dan semua 
itu ada dihadapannya."

Sesusah dan semenderitnya kita, semiskin dan sehancurnya keluarga 
kita.. seburuk apapun latar belakang kita, jadikan itu sebagai 
penyemangat kita untuk maju, untuk berusaha, untuk merubah nasib dan 
bukan sebaliknya karena itu akan merugikan diri sendiri......
segalanya keputusan ada di tangan kita, jangan pernah menyesali 
segala sesuatu yang sudah terjadi tapi jadikan itu sebagai pelajaran 
dan pengalaman yang sangat berarti sebagai landasan dalam 
pengambilan keputusan selanjutnya...



Kirim email ke