"Aku lebih mengerti hidup daripada kamu. Aku telah menjalani kehidupan
dan memasuki kehidupan yang belum pernah kamu masuki. Kamu gak tahu
apa2 tentang hidup, pun kamu gak tahu cinta apalagi mengenal dan
memahaminya" kata seorang pelacur di suatu malam di sebuah warung
makan kepada Supri. Malam itu Supri dikenalkan oleh temannya seorang
wanita. Temannya tahu sehari-hari Supri dijalanai dengan kesendirian
dan dia pun sepertinya susah untuk mendapat pacar. Temannya yang
bernama Joko kasihan padanya dan ia pun mengenalkan Supri dengan
seorang wanita. Tepatnya mereka janjian bertemu di sebuah warung makan
dekat rumah kost Supri.

       "Supri jangan memandang hina wanita itu biarpun yang kukenalkan
seorang pekerja malam. Kamu jangan suka pilih-pilih dalam mencari
wanita, jangan lihat status, kekayaan, dan kecantikan, tapi pilih
hatinya" begitulah Joko memberi nasihat kepada Supri sekaligus sebagai
pengantar untuk mengenalkan Supri kepada seorang pelacur itu.  "Wanita
yang bisa menegrti kamu, membahagiakan kamu lahir-batin, menghibur
hati kamu, dan tidak neko-neko seperti wanita zaman sekarang" imbuh
Joko menasehati Supri. "Jika kau mau dan kau mau membuat kebajikan
serta menolong wanita yang terpuruk di lembah hitam, mengajari dia
agama, mengangkat harkat dan martabatnya. Kamu kukenalkan dengan
temanku, aku mengenal dia dan dia sering curhat untuk pingin menikah
dan mengakhiri kehidupannya yang buruk. Sebetulnya aku mau tapi aku
sudah punya anak-istri. Kurasa kamu pas dan cocok buat dia" jelas Joko
sambil memperkenalkan seorang wanita yang duduk disampingnya. Di
warung makan itu mereka duduk semeja, Joko dududuk di samping wanita
itu sedang Supri di depannya.

       Supri pun berkenalan dan menyalami wanita itu. Namanya Nining
asal dari sebuah kampung yang jauh dari kota mereka. "Bagaimana Supri"
tanya Joko. Supri diam seribu bahasa. Dia memikirkan sesuatu dan
tangannya tak lepas dari dji sam soe yang selalu dihisapnya. Begitulah
Supri kalau mikir dan merenung seperti orang yang bengong, pikiran dan
pandangannya melayang kemana-mana. Kadang selalu tak memperhatikan
dengan orang sekelilingnya. Sedang Joko dan Nining sedang menikmati
makanan yang sudah dipersiapkan dari tadi. Sesekali mata Joko melirik
Supri dan tersenyum melihat Supri yang bengong. "hmhmhm...Nining cukup
cantik juga. Masih muda. Sayang kenapa kok menjadi pekerja malam. Tapi
mengapa yang dikenalkan Joko kok seorang pelacur tidak adakah wanita
yang cantik seperti dia tapi bukan sebagai pelacur, mahasiswa kek,
anak sekolah, pekerja, guru ngaji, tentu lebih mulia" pikir Supri.

       "Oh maaf aku tak bisa menerima itu. Kalau kupikir-pikir sulit
juga menerima tawaranmu" tiba-tiba Supri berbicara agak keras.
"Bagaimana kata ibuku, ayahku, saudaraku,, kerabatku, dan temanku
semua bila aku menikah dan mempunyai pasangan  istri seorang pelacur?
Mereka akan bilang apa padaku ? ternyata anaknya di kota besar kenalan
dengan seorang pelacur dan tentu saja anggapan mereka aku di kota
besar senang datang ke tempat pelacuran dan kalau datang ke tempat itu
mau gak mau mereka katakan aku telah melakukan perbuatan terkutuk yang
dilarang agama? sambungnya. "Tidak mau pokoknya. Mereka akan bilang
aku ini najis, diusir dari keluarga, tidak diakui bagian anggota
keluarga. ohhh..bagaimana hidupku?" jelasnya.

       Sontak si Nining dan Joko kaget mendengar perkataan itu,
terutama Nining. Harga dirinya langsung naik melihat Supri menyindir
dan menghina dirinya, dia begitu marah dan memandang Supri seperti
ingin merobek mulutnya dengan sebuah garpu yang dipegangnya. Melihat
keadaan seperti itu Joko segera mencairkan suasana. "Nining maafkan
temanku ini. Dia kalau bicara suka ceplas-ceplos maklum orang kampung.
Tak pernah melihat keadaan dan memperhatikan perasaan orang. Supri!
Kamu kalau ngomong dijaga dong! Emang nggak diajarin sama ibumu
ngomong yang bik dan emang ajaran agamamu mengharuskan menghina orang?
Jahat kamu?" Joko pun balik yang memarahi Supri dan membela Nining.
"Aku gak mau bertengkar dan ngomong banyak perkara ini. Pokoknya aku
gak mau kewnalkan saja pada yang lain" jawab Supri. "Maafkan aku jika
menyinggung perasaan kalian, aku memang agak emosional dan ngomongku
spontan saja. Tapi tolong jangan singgung nama ibuku dan agamaku"
sambung Supri.

       "Supri. Nining juga manusia seperti aku, kamu. Punya perasaan
dan hati, malah lebih lembut daripada kamu. Dia ingin merubah hidupnya
jadi lebih baik, dia ingin mencari laki-laki yang baik untuk membawa
dia ke kehidupan yang baik. Tapi mengapa kamu orang yang baik dan
ajaran agamamu bagus kok tega berkata seperti itu?" kembali Joko
berbicara dengan nada yang lebih lirih. "Supri Nining pasti menangis
dalam hatinya kamu bilang begitu. Kamu harus sadar kamu telah berbuat
dosa dengan menyakiti hati orang? pun kamu itu harus sadar kamu itu
siapa? kamu dibandingkan dengan Nining gak ada apa-apanya. Pengalaman
hidupnya lebih banyak dan dia bisa mencari uang untuk bertahan hidup
di kota besar malah mengirimin uang dalam jumlah cukup ke orang tuanya
di kampung buat sekolah saudara-saudaranya. Kamu gak tahu khan dia
ikut pengajian dan donatur bagi sebuah panti asuhan" jelas Joko
menerangkan juga membujuk Supri kembali.

       "Mas maafkan aku, kalau sampai begini. Aku mengerti kok tentang
diriku ini. Lebih baik aku balik pulang saja. Sia-sia saja aku di
sini. dan tak ada gunanya berkenalan dengan Supri. Lebih baik jadi
pelacur daripada aku harus hidup dengan orang seperti itu. Tewrnyata
dia tak sebaik seperti yang mas bilang" tiba-tiba Nining berbicara
sambil terisak-isak, hatinya mungkin amat sakit dengan perkataan
Supri, mungkin ia merasa tak ada gunanya berkeinginan menikah
baik-baik dengan orang baik dan menjalani kehidupan secara baik,
mungkin pikiran dan hatinya melayang ke suatu temnpat yang membuatnya
isak tangisnya turun. "Jangan nangis Nining. Malu dilihat orang. Sabar
bentar lagi kamu kuanterin pulang" Joko berusaha menenangkan Nining
yang mulai nangis. Dia merasa bertanggung jawab terhadap Nining karena
dia yang mengajak Nining untuk bertemu dengan Supri.

       "Mbak maafkan Supri kalau menyinggung perasaanmu. Terus terang
ibuku tidak mengizinkan aku bila menikah dengan mbak. Ibuku maunya aku
dapat wanita yang baik-baik jadi maafkan aku ya" kata Supri pelan. "Ya
aku sadar sih selama ini aku belum mendapat jodoh seperti kriteria
ibuku, ya karena diri ini agamanya masih kurang, penghasilan
pas-pasan, aku cuma seorang sopir, mau ngandelin ijazah tapi gak laku
di zaman sekarang. Jadinya seperti sekarang ini sebetulnya aku minder
juga dan kurang percaya dri dengan keterbatasanku itu. namun ibuku
selalu pingin aku punya istri yang baik-baik? sambung Supri yang
nadanya mulai bersedih juga. Supri melayangkan pikirannya ke
kehidupannya, kehidupan masa lalunya, dan masa depannya. "Entah kapan
aku bertemu dengan jodohku yang sesuai dengan kriteria ibuku" kata Supri.

       Akhirnya suasana bisa kembali mencair, dan tidak ada lagi
ketegangan seperti pertama. Supri mulai melunak dan memahami wanita
itu. Nining pun akhirnya bercerita tentang kisah masa lalunya. "Supri
kamu harus tahu. Sebetulnya aku dulu santri di sebuah madrasah
kampung. Mungkin karena aku bodoh, lugu, dan miskin maka aku gampang
dibohongi orang. Saat itu ada program KKN di kampungku, seorang
mahasiswa tiba-tiba sering main ke rumahku, mulanya dia iseng saja
ketika berpapasan dengan aku dan tanya nama serta rumahku. Dia sering
datang ke rumahku berkenalan dengan kedua orang tuaku, sudaraku malah
kadang-kadang sering membawa bingkisan katanya oleh-oleh dari kota.
Hingga di malam itu ketika dia bertamu di rumahku tiba-tiba hujan
lebat turun dan tak berhenti sampai pagi, lalu ia pun bermalam di
rumahku. Tentu saja orang tuaku setuju karena pada awalnya dia ank
baik dan anak kota yang orang tuaku tentu kepingin punya mantu anak
kota. Namuin itulah awal malapetaka bagiku. Malam hari ketika semuanya
terlelap tidur, diam-diam ia menyelinap masuk ke kamarku. Aku tidak
mengwetahui, tiba-tiba ia mulai beraksi dan menyetubuhi aku. Aku tak
bisa berteriak karena suara hujan yang deras sekali dan ia pun janji
akan menikahiku serta melarang untuk bercerita>'

       "Seminggu setelah itu, ketika hari minggu dia datang ke rumahku
membawa sebuah mobil kijang. Katanya ia ingin mengajak aku jalan-jalan
ke sebuah pantai, sebetulnya aku segan karena pingin nonton dangdutan
di kampung sebelah karena sudah janjian sama teman-teman. Tapi ia
memaksaku dan sudah minta izin orang tuaku. Akhirnya terpaksa aku
ikut. Namun ketika masuk ke dalam mobil ternyata teman laki-lakinya
banyak sekitar 4 orang. Aku hanya bisa pasrah saja apayang terjadi
biarkan terjadi. Aku dibawa ke sebuah pantai dan diajak masuk ke
sebuah rumah. Oh....aku tak bisa menceritakan mas. Betapa sakit,
menderita batin ini kalau mengingat peristiwa itu. Aku dianggap
seperti binatang pemuas nafsu bejat mereka. Mereka yang katanya anak
mahasiswa, anak kota, dan sering memberi penyuluhan sewaktu KKN
ternyata binatang" Nining menghentikan ceritanya dia tak kuat menahan
hasrat hati untuk menangis. " Ning tenang ning. Ini air teh minum
dulu?" kata Supri sambil menyodorkan segelas teh milik Nining. Sesudah
minum Nining merokok untuk menenangkan diri.

       "Barau tahu khan siapa diriku? ya maafkan aku kalau aku
mengastakan kamu masih bocah, masih anak kecil, yang belum pernah
merasakan kejamnya dunia. Setelah  peristiwa itu aku malu sam orang
tuaku, sama saudaraku, sama teman sekolahku, sama tetangga kampung,
meskipun mereka tak tahu apa yang telah kukerjakan. Akhirnya aku
berangkat ke kota, dengan alasan melanjutkan sekolah dan bekerja.
Akhirnya kehidupan kota membuatku menjadi seperti ini. Supri aku ingin
kembali jadi orang baik, kembali pulang, kembali ke arah benar, tapi
Supri mana ada laki-laki baik yang mau menerima aku. Mereka seperti
juga para pelangganku menganggap aku sebagai manusia kotor, najis, dan
hina. Ya biarkan yang terjadi biar terjadi, aku masih punya keyakinan
akan pertolongan Tuhan, akan pengampunan Tuhan. Aku masih percaya
bahwa Tuhan Maha Pengasih dan Pernyayang, dan Tuhan Maha penerima
taubatku ini" kata Nining dengan terbata-bat karena tak kuat menahan
isak tangis.

       Malam semakin larut. Suasana jalanan sudah sepi. Mobil, motor,
dan orang-orang sudah mulai sepi. Pelayan warung sudah siap
berkemas-kemas, membersihkan warung. Namun Supri hanya duduk diam,
bengong sambil memandangi Nining, seskali mengepulkan asap dji sam
soenya. Ia berfikir keras lagi, berfikir keras tentang dirinya,
tentang nining, dan tentang peristiwa yang baru dialami. "Sudah cukup
Ning. Mari kita pulang!" tiba-tiba suara Joko memecah kebisuan.
"Biarkan saja si Supri. Banyak mikir yang gak jelas. Pun gak usaha
Supri ditunggu, jawabannya sudah jelas. Mbakyu berapa makannya ini
semua? " sambung Joko untuk megakhiri pertemuan itu. Joko pun
mengeluarkan dari dompetnya beberapa lembar ribuan untuk membayar
makanan dan minuman  ketiga orang.

       "Supri aku pulang. Ayo Nining" Joko dan Ning pun sudah menaiki
motornya dan siap-siap menstaternya. "Supri kapan-kapan main ke
rumahku. Tar kukenalkan gadis-gadis temanku, siapa tahu cocok jadi
pacar atau jodohmu. Servisnya pasti oke loh kalau jadi istrimu.
hehehe...."Nining tersenyum ke Supri sekalian pamit pulang. Akhirnya
dua orang itu sudah pergi pulang berboncengan, entah Joko nganterin
Nining kemana.

       "Huh namanya juga pezinah ya ketemunya juga dengan pezinah.
biar pakai alsan kemanusiaan, cinta. tapi semua buat nafsu saja"
gerutu Supri setelah bertemu dengan kedua orang tadi. Teman Supri ,
Joko memang dikenal sebagai pezinah yang doyan main perempuan dan suka
mapir ke tempat pelacuran. "Semoga aku bisa terhindar dari perbuatan
terkutuk dan tercela itu" kata Supri. "Mbak yu saya pulang" Supri pun
pamit ke pemilik warung dan pulang menuju rumah kostnya.

Bekasi, 18 feb 2008      

      


Reply via email to