--- In mayapadaprana@yahoogroups.com, puthut yulianto
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> sodara hafsah salim alias ny.muslim binti muskitawati,
> mbok yao anda perhatikan dulu perihal analisis anda
> antara filem dan agama.
> anda belum sama sekali menjawabnya, tapi masih terus
> saja mewartakan perihal yang sedang dipertanyakan....
> tulisan anda ini, bukanlah jawaban atas pertanyaan
> itu....





Filem itu hanyalah analogi bukan analisis, sedangkan analisisnya
adalah mengupas hubungan filem dan agama dimana menerangkan keheranan
umat yang menganggapnya seorang yang tidak percaya agama sebagai Atheist.

Itulah sebabnya, saya memulainya dengan kenyataan bahwa saya diakui
dan meleburkan diri saya sebagai umat Islam yang tidak mempercayai
atau tidak perlu mempercayai agama Islam, AlQuran, Allah dan nabi2nya.

Berbeda dengan A-theist yang artinya anti-agama, mereka merupakan
kelompok yang selalu berusaha melarang semua ajaran agama, padahal
saya sebaliknya justru menganggap agama sebagai kebutuhan entertaiment
yang juga bisa menjadi media yang membantu penyembuhan maupun
pengobatan dalam penyakit2 yang terbatas.

Kelompok Atheist ini merupakan kelompok anti agama yang sangat
fundamentalist yang juga merusak sama seperti umat agama yang
fundamentalist.  Oleh karena itulah saya sangat berseberangan dengan
kelompok Atheist ini yang sebenarnya sama bahayanya dengan terorist
Islam itu sendiri.

Dilain pihak, semua ajaran agama terbatas memberi dan menjanjikan
kebahagiaan hanya kepada umatnya yang percaya, sedangkan menimpakan
ancaman, kutuk dan malapetaka kepada yang tidak percaya, dalam hal ini
terjadi konflik dimana disatu pihak para ulama berpropaganda bahwa
agamanya membawa kebahagiaan dilain pihak kenyataannya menimbulkan
malapetaka kemanusiaan.

Banyak sekali cacat2 ajaran semua agama, antara lain Romo yang
beragama Katolik yang berusaha menutup konflik ini dengan mengeluarkan
pernyataan bahwa "Semua agama mengajarkan kebaikan" sama sekali bukan
realitas ajaran agama yang sebenarnya justru cuma untuk kebaikan
umatnya saja yang percaya tetapi menimbulkan malapetaka kepada yang
tidak percaya.

Tidak ada satupun orang2, ulama, pejabat, pendidik dan umat agama di
Indonesia yang mampu menjelaskan bagaimana seharusnya kita bersikap
dalam beragama dalam kaitan mendamaikan konflik2 yang dihadapi oleh
semua agama.

Atas dasar itulah, saya mengemukakan bagaimana cara masyarakat Amerika
dalam meredam konflik agama dengan kenyataan2 bahwa Agama hanyalah
angan2 sama seperti fantacy yang kita nikmati dalam menonton filem.

Meskipun kita menyadari bahwa filem itu hanyalah fantacy yang tidak
real atau tidak benar, namun sewaktu menonton kita harus menyerahkan
kepercayaan kita kepada fantacy yang dibuat oleh sang sutradara agar
kita bisa menikmati fantacy tadi.  Kalo anda tidak mau atau selalu
menyangkal apa yang ditayangkan dalam filem itu dengan menganggapnya
"aah....tidak mungkin, tidak benar, bohong, dlsb", maka tentunya tidak
mungkin anda bisa menikmati fantacy yang diciptakan sang sutradara
untuk anda nikmati.

Demikianlah dalam menonton filem anda harus mempercayai apapun yang
disodorkan oleh sang sutradara dalam rangka menikmatinya sebagai
hiburan.  Namun selesai menonton filem, setelah keluar dari gedung
bioskop, semua kepercayaan2 tadi harus anda hapuskan agar tidak
terjadi "conflict of reality" yang merupakan "delusion" yang
mengganggu kehidupan anda.  Anda bisa membayangkan, apabila filemnya
sedih, anda bisa menangis, apabila filemnya lucu anda bisa tertawa,
dan hal ini tidak berlaku kalo anda tidak percaya sehingga emosi yang
berusaha diciptakan sang sutradara tidak bisa mempengaruhi perasaan
anda.  Tetapi, apabila setelah filem berakhir, semua perasaan dan
kepercayaan itu harus dapat anda buang dan tidak perlu anda
mempercayainya lagi karena kepercayaan itu cukup berlaku hanya
sepanjang waktu pemutaran filem itu saja, karena, apabila dalam filem
itu ada seorang penjahat pemerkosa yang berkepala botak, sedangkan
kepercayaan itu masih melekat pada diri anda setelah diluar gedung
bioskop, maka anda akan menembak atau membunuh orang yang kepalanya
botak diluar gedung bioskop akibat kepercayaan yang melekat itu
merusak kemampuan anda dalam membedakan realitas dan fantacy.  Dan hal
inilah yang kita namakan "delusion".  Hal inilah yang diderita oleh
para terorist akibat brainwash ajaran agama sehingga tidak bisa
membedakan antara fantacy dan reality yang dalam psikologi dinamakan
"conflict of reality" yang merupakan ciri khas para penderita
"delusion" atau waham.

Dalam kaitan inilah, saya selalu menyatakan diri saya sebagai "umat
Islam yang tidak percaya Islam".  Karena kepercayaan saya kepada agama
Islam hanya berlaku dalam konteks atau situasi2 tertentu seperti yang
saya analogikan waktu yang terbatas sepanjang pemutaran filem itu
berlangsung.  Artinya, saya bisa shalat 5 waktu untuk menghibur
keluarga saya yang akan kecewa melihat saya mengabaikan kepercayaan
agama Islam yang mereka percaya.  Saya juga bisa berdoa kepada Yesus
dan meminta penyembuhan untuk teman saya yang beragama Kristen yang
sedang dirawat di Rumah sakit.

Berulang kali muncul pertanyaan2 pembaca yang heran disatu pihak saya
katanya tidak percaya Islam, namun dilain pihak saya berdoa kepada
Allah.  Keheranan2 ini hanya timbul dari pemikiran yang dangkal yang
tidak mungkin saya menghabiskan waktu saya untuk menjelaskannya
panjang lebar berulang kali.  Dengan bantuan perumpamaan filem inilah,
saya berusaha menjelaskan kepada semua pembaca, bahwa kepercayaan
kepada Agama, Allah, kitab sucinya bukanlah merupakan realitas yang
harus kita jalani, melainkan untuk kita nikmati seperti halnya
menikmati tontonan filem diatas.

Oleh karena itulah saya selalu menekankan agar kita sebagai umat
janganlah menggunakan agama kepercayaan kita untuk mempertimbangkan
benar salah, menggunakan kepercayaan untuk menghukum, menggunakan
kepercayaan kita untuk menimbulkan malapetaka bagi yang tidak percaya
dalam kerangka mengejar pahala.  Perlu anda sadari, bahwa malapetaka
yang ditimbulkan ini bukanlah angan2 bukan fantacy melainkan reality,
padahal pahala yang dikejar hanyalah fantacy yang sama sekali bukan
reality.

Seperti juga filem, ada filem yang kita anggap bagus, tetapi yang
lainnya menganggapnya jelek.  Tidak berbeda dengan agama, anda
menganggap agama kepercayaan anda yang paling benar, sedangkan bagi
umat lainnya dianggap paling salah.  Oleh karena itu, bisa terjadi
filem yang hari ini anda anggap bagus, besoknya anda anggap jelek.
Demikian juga dengan agama, bisa jadi hari ini anda anggap agama
Islamlah yang paling benar, dan besoknya anda menganggap agama Hindu
yang terbaik.

Realitasnya, orang2 di Amerika menyikapi agama sebagai hiburan yang
tidak perlu dipercaya, dan boleh dipercaya tergantung sikon-nya, namun
satu hal yang harus kita perhatikan, bahwa sebagai hiburan, agama
hanyalah alternative entertainment yang bertujuan cuma memberi dan
membagi kebahagiaan kepada baik yang percaya maupun yang tidak
percaya, padahal ajaran agama justru cuma memberi kebahagiaan hanya
kepada yang percaya dan menimpakan kutuk, serapah, ancaman, bahkan
malapetaka kepada mereka yang tidak percaya.

Demikianlah atas dasar kesadaran inilah, disusun HAK ASASI MANUSIA
yang wajib dijunjung oleh semua negara didunia yang menjadi anggauta
PBB, yang intinya melindungi kebebasan beragama kepada setiap manusia
tanpa mem-beda2kan agamanya.

Seburuk apapun adanya ajaran agama, sama sekali tidak perlu dilarang.
Karena kalo anda bandingkan dengan upacara penyembahan dewa Zeus
dulunya menggunakan korban2 darah Gladiator yang diadu sampai mati.
Namun dizaman sekarang upacara yang sama tetap dilestarikan umat
manusia atas prakarsa Amerika dimana seluruh negara2 didunia ikut
berpartisipasi merayakannya tanpa harus percaya ataupun harus
menimbulkan malapetaka kemanusiaan.  Setiap manusia baik yang percaya
ataupun yang tidak percaya akan bersuka cita menikmati upacara
penyembahan dewa2 Yunani Kuno yang dipimpin oleh Dewa Zeus !!!  Tidak
berbeda halnya dengan ajaran agama Hindu yang yang mewajibkan untuk
membakar hidup2 seorang isteri yang suaminya meninggal dunia.  Oleh
pemerintah Belanda dulunya dilarang sehingga umat Hindu berdemo untuk
mengusir penjajah yang dianggapnya anti-agama Hindu.  Tidak sedikit
korban yang jatuh akibat perlawanan umat Hindu yang ingin
mempertahankan kebiadaban2 ajaran agamanya dimasa lalu untuk
dilestarikannya dimasa sekarang.  Namun ternyata, sikap umat Hindu
sekarang ini bisa menerima larangan itu tanpa perlu adanya konflik
lagi.  Hal yang sama juga terjadi dalam dunia Islam, hukum potong
tangan yang dijatuhkan terhadap pencuri tidak lagi dipraktekan oleh
semua negara yang berdasarkan syariah Islam, hanya beberapa negara
Islam saja yang memotong ujung jari pelaku pencurian yang sifatnya
simbolis.  Karena tekanan lembaga HAM inilah pemotongan tangan itu
dilarang karena selain korbannya menjadi cacat sehingga menjadi beban
masyarakat, juga perasaan nurani umat Islam diseluruh dunia juga
berubah dibandingkan perasaan nurani umat yang hidup dizaman nabi
Muhammad.

Demikianlah seluruh penjelasan saya yang panjang lebar dengan harapan
semua umat Islam menyadarinya dan membantu menyadarkan saudara2nya
yang seumat untuk mencegah terjadinya terorist2 yang cuma oleh
segelintir umat Islam.  Kita tidak boleh melindungi atau berpihak
kepada kejahatan meskipun merupakan kewajiban agama.  Setiap perbuatan
teror atas kewajiban agama harus ditentang bukan didukung.  Hilangkan
prejudice yang menuduh semuanya membenci agama Islam, karena hal itu
hanya menguburkan umat dan diri anda dalam kebohongan2 yang
menyebabkan keterbelakangan.

Ny. Muslim binti Muskitawati.










>
>
>
>
> --- Hafsah Salim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> > Tom Hank sendiri adalah seorang Kristen aliran
> > scientology yang sangat
> > fanatist.  Dia diwawancara mengenai filem ini yang
> > dianggap menghina
> > agama Kristen dan Yesusnya.
> >
> > Namun Tom Hank menyatakan, sebuah karya filem
> > semuanya fictive
> > merupakan angan2 pengarangnya sehingga tak ada
> > alasan untuk
> > melarangnya ataupun marah sehingga melarangnya.
> > Darimana atau siapa
> > yang bisa membuktikan kesalahannya, karena juga
> > tidak ada yang bisa
> > membuktikan kebenaran Bible.  Setiap umat Kristen
> > berhak untuk percaya
> > kebenaran Bible-nya, namun umat Kristen lain juga
> > berhak untuk percaya
> > kebenaran Da Vinci Code yang spektakuler ini !!!
> > Baik Da Vinci Code,
> > Bible, dan AlQuran semuanya hanyalah angan2 yang
> > dipercaya umatnya
> > karena tidak seorangpun yang mampu membuktikan
> > kebenarannya.  Lebih
> > dari itu, karya filem sama sekali tidak terikat oleh
> > kebenaran apapun
> > juga selain fantacy sutradaranya sehingga tidak ada
> > yang salah dalam
> > hal ini.
> >
> > Pada dasarnya semua agama adalah kepercayaan dan
> > kepercayaan adalah
> > angan2 atau fantacy masing2 umatnya yang tidak
> > pernah bisa sama
> > meskipun Gereja ataupun Ulama berusaha
> > menyeragamkannya.
> >
> > Darimana anda tahu Yesus itu Tuhan, apakah anda bisa
> > membuktikannya??
> >  Tidak berbeda dengan Da Vinci Code, kebenarannya
> > sama2 tidak bisa
> > dibuktikan siapapun juga !!!  Oleh karena itu apapun
> > yang anda
> > khayalkan tentang Yesus adalah bebas tidak bisa
> > dilarang.
> > Bandingkanlah dengan umat Islam yang menyamakan
> > Yesus dengan nabi Isa
> > padahal semua karakter nabi Isa dalam AlQuran sama
> > sekali dengan
> > karakter yang dipercaya umat Kristani yang tertulis
> > dalam Bible-nya.
> >
> > Kalo anda mau berpihak kepada realitas, maka yang
> > bernama Yesus tidak
> > pernah ada didunia ini, namun berdasarkan
> > kepercayaan, maka Yesus itu
> > adalah Tuhan yang disalib oleh manusia untuk menebus
> > dosa2
> > penyalibnya.  Padahal setan2 yang tidak menyalib
> > dirinya tidak pernah
> > diampuni dosa2nya !!!!
> >
> > Agama Kristen, Islam, Hindu, Buddha, dan Dewa2
> > Yunani semuanya
> > hanyalah kepercayaan dan kepercayaan itu hanyalah
> > bagian dari angan2
> > pribadi setiap orang, oleh karena itu tidak pada
> > tempatnya kita saling
> > memperdebatkan kebenaran angan2 siapa yang lebih
> > benar !!!
> >
> > Angan2 adalah bagian dari kebutuhan manusia dalam
> > menghibur dirinya,
> > oleh karena itu janganlah anda menjadi sakit akibat
> > angan2 orang lain
> > karena anda berhak membahagiakan diri anda dengan
> > angan2 ciptaan anda
> > sendiri tanpa perlu menjiplak angan2 orang lain !!!!
> >  Anda bebas untuk
> > ber-angan2 atau untuk mempercayai angan2, namun kalo
> > angan2 anda
> > kemudian dipaksakan secara kekerasan kepada orang
> > lain, maka korban2
> > yang jatuh itu bukan lagi angan2 melainkan
> > malapetaka kemanusiaan yang
> > kita dalam peradaban modern sangat mengutuknya.
> >
> > Agama sebagai angan2 tidak perlu benar karena memang
> > angan2 tidak
> > pernah merupakan kebenaran.  Gunakan atau
> > manfaatkanlah angan2 anda
> > baik berupa agama ataupun kepercayaan lainnya
> > sebagai alternative
> > hiburan yang memberi kebahagiaan kepada siapapun
> > baik yang percaya
> > ataupun yang tidak percaya.  Dimasa lalu memang,
> > agama hanya
> > memberikan kebahagiaan kepada umatnya yang percaya
> > dan menimpakan
> > berbagai malapetaka kepada yang tidak percaya.  Hal2
> > seperti itu bukan
> > lagi menjadi cita2 kita manusia yang modern.
> >
> > Secara rata2 saya mengakui bahwa memang umat Kristen
> > bisa berpikir
> > lebih maju dari umat Islam, dan umat Islam merupakan
> > umat
> > terkebelakang didunia modern sekarang ini.  Oleh
> > karena itulah,
> > berkaca kepada kesalahan2 agama Islam, tidak
> > seharusnya anda apriori
> > untuk melarang atau menyalahkan hasil karya seni
> > perfileman yang
> > sangat kreative yang diproduksi oleh sutradara Da
> > Vinci Code yang
> > berdasarkan dokument ahli ilmu pengetahuan yang
> > paling jenius didunia
> > ini yaitu Leonardo Da Vinci !!!!
> >
> > Ny. Muslim binti Muskitawati.
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
>
>
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
> http://mail.yahoo.com
>







Quotes :
" Spirituality is essentially a journey within. You need no preparations, no luggage to carry - nothing absolutely. What you need is just : LOVE ! And this Love, can only come as an after effect of self-actualization, achieved though the practice of meditative way of life."
- Anand Krishna -





Yahoo! Groups Links

Kirim email ke