Solidaritas Politik: Pornomoralita Yang Kontraproduktif

Pornografi dihujat,  padahal ia hanya berupa gambar atau tulisan. 
Kenapa? Karena pornog­rafi mencerminkan perilaku tak bermoral, 
merendakan martabat sendiri dengan membuka aurat. Aurat adalah 
sesuatu yang tidak semestinya dibuka, karena menimbulkan rasa malu, 
baik bagi pemiliknya maupun bagi yang melihat. Aurat yang terbuka 
juga dapat merangsang orang melakukan tindakan asusila.

Penghujat pornografi boleh jadi seorang moralis, yang secara sungguh 
menentang dan berusaha memberantasnya. Ada juga orang yang  
mengeluarkan suara lantang terhadap pornografi, tetapi secara diam-
diam justeru melakukan pornoaksi. Di tempat terbuka ia menentang 
pornografi dan menutup aurratnya, tetapi di tempat tersembunyi ia 
membuka auratnya dan bukan hanya melukis porno, tetapi menjalankan 
praktek porno, atau pornoaksi.

Bagi orang yang bermoral, perbuatan menonton aurat orang lain, 
apalagi mempertontonkan aurat sendiri di muka orang lain, merupakan 
hal yang sangat memalukan, menjijikkan dan memuakkan. Tapi bagi 
orang yang tak bermoral, hal itu merupakan hal yang sederhana, 
bahkan aurat bisa diekploitir untuk kepentingan bisnis.

Sesungguhnyalah bahwa perbuatan porno bukan hanya yang berhubungan 
dengan aurat sex. Semua perbuatan  memalukan tetapi dilakukan secara 
ter­buka hakikatnya adalah perbuatan porno, yakni por­nomoralita. 
Seorang koruptor yang membela diri perbuatannya dengan tanpa beban 
psikologis pada hakikatnya adalah kepornoan juga, pornomoral. 
Demikian juga politisi yang nuraninya  berkata salah, tetapi di 
depan publik masih bisa berargumen dengan sangat logis menurut 
bahasa hukum atau bahasa politik, yang dengan itu sebenarnya ia 
sudah tidak bernurani, maka ia telah melakukan perbuatan porno, 
porno moral.

Dewasa ini praktek pornomoral itu banyak sekali dipertontonkan oleh 
para politisi. Aurat moralnya dipertontonkan secara terbuka kepada 
publik dalam debat publik, dalam konferensi pers dan dalam pidato 
resmi di parlemen. Banyak kalimat-kalimat indah dan logis, tetapi 
sebenarnya bertentangan dengan nu­raninya sendiri. Kalimatnya benar, 
tetapi maksudnya yang buruk, kalimat al haqq yuridu biha al bathil, 
kata kitab kuning. Solidaritas politik memang sangat riskan terhadap 
moral porno. Politik adalah satu pandangan yang berhubungan dengan 
cita-cita kekuasaan. Partai politik memang didirikan untuk menggapai 
kekuasaan politik. Para politisi adalah orang yang secara psikologis 
memiliki "ambisi" untuk mencapai tingkatan kekuasaan tertentu dalam 
kehidupan politik. Tegasnya, setiap politisi berharap suatu ketika 
akan dapat menduduki kursi kekuasaan.  

Secara fitri manusia memang memiliki interest, baik interest politik 
maupun interst ekonomi, apa yang di dalam ilmu tasauf disebut hubbul 
jah war riyasat. Sepanjang hanya interst, hal itu merupakan fitrah 
manusia dan tidak mengapa. Hal itu akan menjadi masalah moral ketika 
cara menggapainya mengabaikan nilai-nilai moral. Syahwat politik itu 
sangat dahsyat kekuatannya. Banyak orang sanggup melakukan apa saja 
termasuk perselingkuhan politik asal tujuan politiknya tercapai. 

Sumpah palsu, per­sekongkolan jahat, suap, tipuan dan tekanan me­
rupakan sederetan tawaran transaksi politik. Politisi yang bermoral 
akan menghindari perbuatan tak bermoral, tetapi bagi politisi tak 
bermoral, jika diperlukan, why not ? namanya juga politik, katanya. 
Berpolitik bukan hanya membela yang benar, tetapi jika perlu maju 
tak gentar membela yang bayar. Ia akan bela mati-matian dengan 
segala cara, temannya yang sealiran politik meski ia tahu bahwa 
temannya itu salah. Ia juga siap menghancurkan lawan politiknya 
dengan segala cara meski ia tahu bahwa lawannyalah yang benar.

Sebenarnyalah bahwa dorongan untuk berperan serta dalam kepemimpinan 
politik merupakan per­wujudan dari tanggung jawab seorang khalifah 
Allah. Manusia yang memiliki kemampuan berkewajiban membangun dan 
memimpin masyarakat bangsanya menuju kepada cita-cita politik yang 
sehat dan ber­moral. Politisi bisa jatuh bangun, tetapi kepentingan 
politik tidak akan pernah hilang dari kehidupan manusia. Oleh karena 
itu seorang politisi yang bijak akan memilih orientasi politik 
jangka panjang dengan membangun konsistensi hingga terbangun pada 
dirinya citra politik yang tinggi nilainya. Partai politik yang 
dewasa tak akan segan-segan memecat dan mengajukan ke pengadilan, 
kader-kadernya yang ter­baik sekalipun jika didapati melanggar moral 
politik. Meski sedih, ia akan dengan tegas dan tegar meng­hukum 
kadernya yang salah. 

Solidaritas politk yang menutup mata dari nilai moral sebaliknya 
justru akan merugikan partai itu dalam jangka panjang, karena 
masyarakat luas pemilihnya justeru akan menjauhinya, meski dalam 
waktu pendek berhasil memenangkan pembelaan terhadap kadernya yang 
salah. Solidaritas politik yang porno pada gilirannya akan membuat 
rakyat muak terhadap partai politik, dan ini dapat memanggil kembali 
kekuatan repressif untuk tampil kembali ke panggung kekuasaan, hanya 
karena mereka bisa menyembunyikan aurat moralnya. Wallohu a`lam. 

Wassalam,
agussyafii
http://mubarok-institute.blogspot.com

Kirim email ke