BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
659 Buruk Muka Cermin Dibelah
 
Sebermula terasa perlu dikemukakan tentang "Early Warning System" (EWS), Sistem 
Peringatan Dini. Sistem ini hanya mulai berfungsi melacak SESUDAH gempa dipicu 
malaikat. Jadi misalnya jika sepanjang pesisir pantai barat Meulaboh dipasangi 
EWS, maka gempa yang 150 kilometer sebelah Barat Daya Aceh yang menyebabkan 
timbulnya tsunami, yang merambat sekitar 750 km perjam, maka waktu yang 
dibutuhkan untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat tentang bahaya tsunami 
ditambah waktu untuk menghindar hanya 150/750 x 60 menit = 12 menit.
 
***
 
Seorang bernama Radityo Djadjoeri (RD) memberikan tanggapan terhadap Seri 657 
seperti berikut:
Artikel yang Bapak tulis bukannya mencerdaskan pembaca, tapi malah 
membingungkan. Bapak itu seperti 'tukang jahit', cuma merangkai kejadian 
bencana di Aceh, cuplikan dari bahasan ilmiah tentang gempa tektonik, 
penyangkalan kemajuan teknologi yang diciptakan manusia, tragedi Sodom dan 
Qamran (Gomorah?), plus tulisan Emha Ainun Nadjib (EAN) di Kompas. Namun satu 
sama lain bertentangan, jatuhnya seperti 'baju yang dibuat dari kain perca 
warna-warni' - sungguh tak nyaman dipakai kan? Ayat dari kitab suci Al-Quran 
yang Bapak kutip dan tulisan Emha juga saling tabrakan. Amat kontradiktif. 
Tsunami itu tak ada hubungannya dengan perseteruan TNI dan GAM. Ratusan tahun 
lalu wilayah, Sumatra (termasuk Aceh) dan Jawa pernah terlanda bencana yang 
sama, jauh sebelum TNI dan GAM ada.
 
***
 
Kalau yang RD maksud pembaca = RD, silakan bingung sendiri, tetapi jangan 
bawa-bawa pembaca lainnya. RD tidak faham membaca kolom. Kolom yang saya asuh 
bertemakan Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu. Dari thema ini diturunkan judul yang 
aktual, yaitu gempa tektonik, ini porsi akal dan ilmu, sedangkan porsi wahyu 
dan iman, yaitu Isyarat Allah. Bahasan ilmiyah tentang gempa tektonik adalah 
keniscayaan, karena itu bagian dari judul: "Gempa Diikuti Tsunami, Isyarat 
Allah". Karena RD tidak faham membaca kolom, lalu ia bingung, lalu menulis: 
Seri 657 ibarat 'baju yang dibuat dari kain perca warna-warni' yang tak nyaman 
dipakai. RD kena sindiran Bidal Melayu: "Buruk muka cermin dibelah."
 
Di samping RD tidak bisa membaca, RD juga memberhalakan teknologi dengan sikap 
kesal ia menyatakan saya menyangkal kemajuan teknologi yang diciptakan manusia, 
padahal yang saya tulis itu adalah fakta. Dalam Seri 657 saya tulis: "Manusia 
dengan ilmunya tidak mampu "menciptakan" teknologi yang dapat melacak kapan 
terjadinya dan apa yang menjadi "pelatuk" gempa tektonik itu." Di mana dalam 
pernyataan saya tentang fakta tersebut mengandung penyangkalan kemajuan 
teknologi? 
 
Kasihan sekali RD tidak tahu Qamran itu Gomorra. Dan katanya itu bertentangan 
satu sama lain dengan tulisan EAN. Saya tidak ambil tulisan EAN dari Kompas, 
melainkan dari cyber space. Tulisan EAN yang saya sisipkan tidak bertentangan 
dengan tragedi Sodom dan Qamran serta tidak tabrakan dan tidak kontradiktif 
dengan ayat (33:9). Tulisan EAN saya sisipkan dalam pesan-pesan Seri 657, yaitu 
pada paragraf terakhir. Itu Sodom dan Qamran saya tulis dalam hubungannya Allah 
campur tangan secara langsung dengan memerintahkan malaikat memicu gempa 
tektonik, seperti Allah campur tangan secara langsung pada perang Khandaq 
seperti Firman Allah:
-- FARSLNA 'ALYHM RYhA WJNWDA LM TRWHA (S. ALAhZAB, 33:9), dibaca: fa arsalna- 
'alayhim ri-haw wajunu-dal lam tarauha- (s. al ahzab), artinya: maka Kami kirim 
kepada mereka angin badai dan pasukan yang kamu tidak melihatnya.
Ayat (33:9) menjelaskan campur tangan "secara langsung" dari Allah SWT dengan 
mengirim malaikat yang menghembuskan angin topan yang sangat dingin pada malam 
Sabtu dalam perang Khandaq. Dengan ayat (33:9) saya jelaskan campur tangan 
"secara langsung" dari Allah SWT dalam hubungannya dengan bagian dari judul: 
Isyarat Allah. Yaitu seperti saya tulis dalam Seri 657: "Tak ayal lagi gempa 
tektonik 150 kilometer sebelah Barat Daya Aceh yang menyebabkan timbulnya 
tsunami yang menyapu Aceh sebagai front terdepan adalah Isyarat Allah SWT yang 
perlu kita tepekur merenungkan makna isyarat itu.
 
RD betul-betul tidak tahu membaca, sehingga ia tidak mampu melihat makna 
Isyarat tsunami itu dalam kaitannya dengan konflik di Aceh. Padahal sangat 
mudah untuk menyimak kaitan itu. Ini saya tulis ulang paragraf terakhir dari 
Seri 657: 
"Benarlah yang dikatakan EAN itu. Air mata dan duka menyatukan dan melapangkan 
dada kedua pihak yang bertikai(*) yaitu Jakarta vs GAM. Aceh perlu dibangun 
dari reruntuhan. Sejarah pertikaian politik dan senjata perlu dilupakan. 
Blok-blok psikologis(**) ditepis, semuanya memfokuskan perhatian pada kerja 
berat, dan dana yang tidak sedikit sekitar Rp.10 triliun, serta makan waktu 
yang panjang untuk membangun Aceh kembali. Ya, semuanya, bukan orang Aceh saja 
tetapi seluruh rakyat Indonesia, rakyat sipil, birokrat, Polri, ABRI dan GAM. 
Darurat sipil dicabut disertai amnesti umum dan GAM mundur selangkah, menerima 
kenyataan Otonomi Khusus "Syari'at Islam" di Nanggroe Aceh Darussalam dalam 
pangkuan Republik Indonesia. Semoga isyarat Allah berupa tsunami itu dapat 
dihayati dengan baik, sehingga terciptalah damai di Aceh."
 
Itulah dia RD yang disindir Bidal Melayu: Buruk muka cermin di belah. Awak tak 
pandai menari dikatakan lantai yang terjungkat(***). WaLlahu a'lamu bisshawab.
 
*** Makassar, 16 Januari 2005
     [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2005/01/659-buruk-muka-cermin-dibelah.html
-------------------
(*)Potongan kalimat ini diambil dari tulisan EAN
(**)ungkapan blok-blok psikologis juga diambil dari tulisan EAN
(***)jungkat = miring, tilt dalam bahasa Inggris; 
     jungkat-jungkit = up and down

Reply via email to