Note: forwarded message attached.
       
---------------------------------
Yahoo! oneSearch: Finally,  mobile search that gives answers, not web links. 
--- Begin Message ---
Doaku Untuk Indonesia
Oleh: KH. A. Mustofa Bisri

Untuk mencapai Multazam, daerah antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah,
terutama di musim haji, sungguh diperlukan 'perjuangan' tersendiri.

Meskipun tidak sesulit mencium Hajar Aswad, untuk mencapai tempat mustajab
itu, di samping diperlukan keberanian, juga keahlian berjalan di
tengah-tengah gelombang manusia yang nota bene saudara-saudara sendiri yang
sama-sama mencari ridha Allah.

Lain soal jika kita hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan
mengabaikan kepentingan orang lain hingga menganggap wajar menyikut
kanan-kiri.

Kepada istri saya yang ingin sekali memanjatkan doa di tempat mustajab itu,
saya janji: kita boleh kesana, asal tidak mendesak-desak dan apalagi
menyakiti orang. "Caranya," kata saya, "kau lentur-lemaskan tubuhmu; kalau
ada sikut mendesakmu, ikuti saja arahnya. Jangan kau lawan dengan tenagamu.
Ikuti arus mereka yang menuju kesana."

Alhamdulillah; tanpa merasa sakit atau menyakiti, kami bisa sampai ke
Multazam. 'Silakan kau panjatkan doa-doamu;" kata saya kepada istri saya
ketika posisi kami sudah cukup dekat dengan Ka'bah, "aku akan menjagamu agar
kau tetap khusyuk."

Setelah cukup lama dia berdoa, dia pun berputar mengambil posisi di belakang
punggung saya seraya katanya, "Sekarang kau yang berdoa biar aku ikut
mengamini."

Saya pun berdoa. Singkat saja; mendoakan Indonesia dan bangsa Indonesia.

Dari Multazam, kami – Alhamdulillah – berhasil salat sunnah di Maqam Ibrahim
dengan relatif dapat menjaga kekhusyukan. Disini saya berdoa lagi dan istri
mengamini.

Pulang dari Masjidil Haram, istri saya membisiki saya dengan berbagai
pertanyaan. Di Multazam dan Maqam Ibrarim yang mustajab itu, mengapa doa
saya itu-itu saja. Mendoakan Indonesia dan bangsa Indonesia. Mengapa saya
tidak berdoa untuk keluarga, untuk anak-anak dan kawan-kawan dekat kita.

"Kita kan masih mempunyai waktu banyak untuk berdoa;" kata saya menjelaskan,
"lagi pula, bukankah kita sudah berniat dan bertekad sejak dari Indonesia
akan memprioritaskan doa untuk negeri dan bangsa kita?"

"Kau pun harus ingat," kata saya selanjutnya, "kita, keluarga, dan
kawan-kawan kita adalah bagian dari bangsa Indonesia yang tinggal di
Indonesia. Kalau kita berdoa untuk bangsa Indonesia bukankah berarti kita
juga mendoakan diri kita; keluarga; dan kawan-kawan kita juga. Kalau kita
mendoakan Indonesia berarti mendoakan tempat tinggal kita sendiri. Bukankah
cobaan atau azab yang saat ini menimpa negeri dan bangsa kita terasakan juga
oleh kita?"

"Doa baik sama saja dengan kebaikan itu sendiri. Maksud saya; apabila kita
terlalu mementingkan dan mengharapkan kebaikan untuk diri atau keluarga kita
sendiri, salah-salah justru kita tidak dapat 'menikmati' kebaikan tersebut.
Taruhlah misalnya kita atau keluarga kita makmur, damai, dan sejahtera; tapi
lingkungan dan tempat di mana kita tinggal melarat, kacau, dan rusuh, apakah
artinya? Kita baik, tapi lingkungan kita buruk, apakah kau yakin dapat
mempertahankan kebaikan itu?"

"Itulah sebabnya," lanjut saya seperti pengkhotbah, "kebanyakan doa-doa yang
diajarkan kitab suci Quran, menggunakan shiighah jamak, bentuk kata ganti
orang pertama jamak: kami bukan mufrad, tunggal: aku. Dan agaknya itu
pulalah sebabnya, bila kau cermat memperhatikan, mengapa kita diwajibkan
ber-amar-makruf-nahi-'anil-munkar."

"Seperti kau ketahui, amar makruf dan nahi 'anil-munkar bertujuan untuk
kebaikan bersama. Karena itu orang yang ananie, egois, tidak memiliki rasa
kasih sayang, dan rasa kebersamaan, tidak mungkin diharapkan mampu melakukan
amar makruf nahi 'anil-munkar yang sebenarnya."

Waba'du; mungkin ada baiknya saya tuliskan doa saya tersebut. Satu dan lain
hal, agar bila Anda cocok, dapat ikut mengamini. Siapa tahu Anda lebih
didengar oleh Allah. Inilah doa yang saya ulang-ulang di tempat-tempat
mustajab saat berhaji waktu itu:

*"Bismillahirrahmanirrahim walhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. **

Ya Allah ya Tuhan kami Yang Maha Pengampun dan suka mengampuni; ampunilah
kami, khususnya hamba-hambaMu bangsa Indonsia. Ampunilah dosa-dosa kami dan
dosa-dosa para pemimpin kami.

Ya Allah ya Tuhan kami Yang Maha Pengasih; kembalikanlah kasih-sayang dan
rahmatMu kepada rakyat dan negeri kami, Indonesia. Kembalikan akal sehat dan
rasa kemanusiaan kepada rakyat dan pemimpin-pemimpin kami. Lepaskan kami dan
pemimpin-pemimpin kami dari belenggu penjajahan apa saja, termasuk
penjajahan oleh diri dan kepentingan sendiri.

Ya Allah ya Tuhan kami Yang Maha Penyayang; rekatkanlah kembali kesatuan dan
persatuan di antara kami. Jangan biarkan nafsu; angkara; dan kepentingan
sesaat mencabik-cabik persaudaran kebangsaan kami. Lepaskanlah kami dari
krisis-krisis jalin-jemalin yang melilit bangsa kami dan keluarkanlah kami
dari kemelut berkepanjangan yang menimpa kami.

Ya Allah ya Tuhan kami Yang Maha Kuasa. Jangan lagi kuasakan atas kami,
karena kesalahan-kesalahan kami, penguasa-penguasa yang tidak takut kepadaMu
dan tidak mempunyai belas-kasihan kepada kami.

Rabbanaa aatina fiddunya hasanah; wafil akhirati hasanah; waqinaa 'adzaaban
naar. Washallallahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aalihi washahbihi
wasallam. Walhamdulillahi Rabbil 'alamiin." []*


[Non-text portions of this message have been removed]



http://www.assyaukanie.com 
Yahoo! Groups Links




--- End Message ---

Kirim email ke