"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah 
rahimmu."
(Kid 2:8-14; Luk 1:39-45)

"Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke 
pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah 
Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet 
mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan 
Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara 
nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan 
diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku 
datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai 
kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. 
Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan 
kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." (Luk 1:39-45), demikian 
kutipan Warta Gembira hari ini. 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-
catatan sederhana sebagai berikut:
•       Hari ini kepada kita ditampilkan dua tokoh perempuan, Maria 
dan Elisabet, yang penuh dengan Roh Kudus dan benar di hadapan 
Allah. Secara khusus saya mengajak kita semua untuk merefleksikan 
Elisabet, yang telah dihapuskan aibnya oleh Allah dan penuh Roh 
Kudus, memuji Maria, saudarinya, dengan berseru: "Diberkatilah 
engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu…Dan 
berbahagialah ia yang telah percaya sebab apa yang dikatakan 
kepadanya dari Tuhan akan terlaksana". Memuji keagungan karya Allah 
dalam diri saudari kita itulah ajakan atau panggilan kita, maka 
sekali lagi secara khusus saya mengajak rekan-rekan perempuan untuk 
menjadi teladan saling memuji antar rekan perempuan atas karya agung 
Allah dalam diri masing-masing. Dengan kata lain hendaknya saling 
membagikan pengalaman gembira dan bahagia atas karya agung Allah, 
terutama boleh berpartisipasi dalam karya penciptaan secara khusus 
dengan mengandung dan melahirkan serta merawat seorang anak, buah 
kasih, anugerah Allah. Marilah menjadi perempuan-perempuan yang 
menawan dan mempesona bukan karena kecantikan dan postur tubuh 
melainkan karena Roh Kudus hidup dan berkarya dalam diri kita. 
Ingatlah bahwa kehadiran kaum perempuan di manapun dan kapanpun pada 
umumnya memberi gairah dan kegembiraan orang lain dalam kehidupan 
bersama karena penampilan dan gaya hidupnya; semoga bukan hanya 
penampilan dan gaya hidup tubuh dan wajah saja tetapi penampilan dan 
gaya hidup yang dijiwai oleh Roh Kudus, sehingga cara hidup dan 
kehadirannya menghasilkan buah-buah Roh, yaitu : "kasih, sukacita, 
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 
kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23), keutamaan-keutamaan 
atau nilai-nilai kehidupan yang membahagiakan dan menyelamatkan. 
•       "Bangunlah manisku, jelitaku, marilah! Karena lihatlah, 
musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti dan sudah lalu. Di 
ladang telah nampak bunga-bunga, tibalah musim memangkas; bunyi 
tekukur terdengar di tanah kita. Pohon ara mulai berbuah, dan bunga 
pohon anggur semerbak baunya. Bangunlah, manisku, jelitaku, marilah! 
Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng 
gunung, perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu 
suaramu dan elok wajahmu!" (Kid 2:10-14), demikian kata-kata sang 
kekasih kepada yang terkasih. Kata-kata ini mungkin baik untuk 
direnungkan, direfleksikan dan dihayati oleh rekan-rekan laki-laki 
atau suami kepada rekan-rekan perempuan atau isterinya, sebagai 
pujian atas karya agung Alalh dan ajakan untuk saling mendekat dan 
mengasihi. Perempuan pada umumnya memang sering bagaikan bunga-bunga 
yang semerbak baunya, merdu suaranya dan cantik serta elok wajahnya, 
maklum pada umumnya mereka juga sering berlama-lama dalam merias 
diri dengan berbagai cara dan jenis kosmetik, bahkan sering tidak 
puas hanya berdandan atau merias diri tetapi minta bantuan dari 
salon-salon kecantikan. Dan saya percaya bahwa rekan-rekan laki-laki 
akan ceria dan bergairah ketika berhadapan dengan seorang perempuan 
yang semerbak baunya, merdu suaranya dan cantik serta elok wajahnya, 
serta kemudian dengan tanpa pikir panjang berniat untuk `menarik' 
perempuan tersebut semakin dekat pada dirinya. Semoga ketertarikan 
tersebut tidak hanya pada tingkat psiko-phisik atau psiko-sosial, 
melainkan pada tingkat psiko-spiritual, artinya sang laki-laki 
melihat dan menghayati karya Allah dalam diri sang perempuan, 
sehingga keduanya semakin dekat dengan Allah, dipenuhi oleh Roh 
Kudus serta menghasilkan buah-buah Roh sebagaimana saya kutipkan di 
atas. Biarlah `kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, 
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan 
diri'  semakin hidup dan terwujud dalam kehidupan bersama, sebagai 
persiapan untuk menyambut kedatangan Sang Penyelamat Dunia, Damai 
Sejahtera. 

"Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang 
kudus kita percaya. Kasih setia-Mu, ya TUHAN, kiranya menyertai 
kami, seperti kami berharap kepada-Mu " (Mzm 33:21-22)

Jakarta, 21 Desember 2007


Kirim email ke