"Murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus" (1Yoh 1:1-4; Yoh 20:2-8)
"Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya" (Yoh 20:2-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yohanes, rasul dan pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: Setelah merayakan St.Stefanus, martir pertama, hari ini kita rayakan pesta St.Yohanes, rasul dan pengarang Injil serta dikenal sebagai murid terkasih dari Yesus. Orang yang saling mengasihi pada umumnya saling peka/ terbuka terhadap kebutuhan yang terkasih dan dengan cekatan atau cepat menanggapinya; demikian jika yang terkasih/dikasihi dalam kesulitan atau `hilang' maka ia dengan cekatan serta bergairah untuk menolong atau mencarinya. Ketika Petrus dan Yohanes memperoleh berita bahwa "Tuhan/Yesus telah daimbil orang dari kuburnya", maka berangkatlah mereka menuju ke kubur dan murid yang lain/Yohanes berlari lebih cepat dan lebih dahulu sampai di kubur. Kiranya kita semua dipanggil untuk meneladan Yohanes, yang berlari cepat menanggapi apa yang sedang terjadi di sekitar hidup atau di lingkungan hidup kita. Misalnya hal-hal kecil yang tidak beres atau tidak baik dalam hidup sehari-hari seperti sampah di gang/halaman, air kran mengalir terus, listrik menyala di siang hari dst baiklah kita langsung bertindak membereskan atau memperbaikinya. Dengan terbiasa cepat tanggap terhadap hal-hal atau perkara-perkara kecil setiap hari di rumah, kantor/tempat kerja, kiranya kita akan menjadi terampil dan cekatan juga menghadapi masalah atau perkara besar di dalam kehidupan kita. Kita adalah murid-murid atau sahabat-sahabat Yesus, Penyelemat Dunia, dan dipanggil untuk sungguh mendunia, dan ketika ada hal-hal, masalah atau perkara sekecil apapun di sekitar lingkungan hidup kita hendaknya segera kita selamatkan. Kehadiran, sepak terjang atau cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun hendaknya senantiasa bersifat menyelamatkan lingkungan hidup, membahagiakan dan mensejahterakan sesama dan saudara-saudari kita. "Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus "(1Yoh 1:3). Apa yang dikatakan oleh Yohanes ini rasanya baik menjadi permenungan dan pedoman atau tuntunan hidup dan cara bertindak kita. Pengalaman persahabatan kita dengan Yesus, apa yang kita dengar dan lihat tentang bagaimana Ia bersabda dan bertindak sebagaimana diwartakan oleh para penginjil, baiklah kita teruskan kepada sesama dan saudara-saudari kita. Dengan rahmat atau anugerahNya kita orang-orang lemah dan berdosa telah dijadikan sahabat-sahabatNya, maka kita dipanggil dan diutus untuk menjadikan atau menarik sesama dan saudara-saudari kita bersekutu denganNya, menjadi sahabat-sahabatNya, sehingga kebersamaan hidup kita penuh persahabatan dan persaudaraan sejati. "Damai sejahtera menjadi nyata dalam setiap manusia yang berkenan kepadaNya". Maka hemat saya doa St.Fransiskus Assisi ini dapat membantu permenungan dan cara bertindak kita: "Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai. Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cintakasih. Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan. Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan. Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian. Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran. Bila terjadi kecemasan, jadikanlah aku pembawa harapan. Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa kegembiraan. Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang" (PS no 221). Perdamaian atau persahabatan sejati menjadi dambaan atau kerinduan semua orang, marilah kita wartakan perdamaian atau persahabatan. Tentu saja untuk itu kita sendiri senanitiasa harus dalam keadaan damai, penuh kasih pengampunan, jauh dari kebencian dan balas dendam. "Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. Bersukacitalah karena TUHAN, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus" (Mzm 97:5-6.11-12) Jakarta, 27 Desember 2007