Wah menarik nih mas, terima kasih atas tulisan2nya selama ini.. Saya sudah lama bercokol dimilis ini dan selalu mengamati siapa2 yang hilir mudik di pasar spiritual ini. Dan selamat anda salah satu dari sedikit yg tulisannya pasti saya baca, dan maaf kebanyakan sih langsung saya delete, hehe..
Jadi kira2 jalan manapun yang kita tempuh dengan kendaraan apapun kita menempuhnya, pasti akan bermuara pada satu samudera, bukan? Kalau begitu gak perlu dong ya, ada yg merasa jalan yg ditempuhnya paling benar dan kendaraan yg digunakannya paling bagus.. Semuanya akan terlihat dari sikap perilaku sehari-harinya koq, apakah yang ditempuhnya sudah memberikan manfaat bagi dirinya atau belum, bukan begitu mas? Bagaimana dgn pertanyaan2 berikutnya mas; 1. Siapakah aku? 2. Kenapa dan untuk apa aku berada dikehidupan ini? 3. Apa tujuan, dan akan kemanakah kelak? Mohon pencerahannya, terima kasih.. [Selamat berevolusi sa-udara2ku, teruskan perjalananmu] --- Achmad Zakaria <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Pada dasarnya, bagi saya agama adalah sebuah jalan > atau cara untuk mencapai > tujuan. Apa tujuan kita? Diri kita sendirilah yang > bisa menjawabnya. Hakekat > siapa aku... Atau pencarian mencari kebenaran sejati > tentang Tuhan itu akan > banyak membantu kita mengarahkan apa tujuan kita > sebenarnya. Karena itulah > saya berpendapat yang terpenting bukanlah dia > beragama atau tidak atau > beragama apa atau berkepercayaan apa, yang > terpenting adalah dia mengetahui > tujuan hidup sebenarnya. Hal inilah yang tidak bisa > didapatkan dari orang > lain, karena di sini mengandung nilai rasa. > > Berikut adalah sebuah contoh pertanyaan yang pada > dasarnya tidak bisa kita > jawab: > > 1. Siapakah Tuhan? > 2. Apakah kamu percaya Tuhan? > 3. Yakinkah Tuhan itu ada? > 4. Bisakah kamu membuktikan bahwa Tuhan itu ada? > > Dulu, itu adalah pertanyaan2 yang sulit dijawab. > Walaupun saya menjawab > bahwa Tuhan itu ada, itu hanyalah berdasarkan > keyakinan karena terdapat > dalam Kitab Agama apapun. Kadang saya memaksa diri > saya untuk percaya secara > logika, bahwa segala yang ada di dunia ini pasti ada > penciptanya. Bukankah > itu kesimpulan yang saya paksakan karena keadaan. > > Proses belajar tiada henti sampai kapanpun > membuahkan banyak sekali > pemikiran baru tentang makna Tuhan. Dari situ pula > akhirnya membuahkan > pemikiran tentang makna agama. Pemikiran tersebut > hanyalah pada sebuah > kalimat "God is omnipresent". Tuhan itu berada di > mana pun. Meresap ke > segala ruang dan waktu, meliputi ada dan tiada. Ini > pula lah yang menjawab > pertanyaan mendasar tentang Dewa-Dewi di Hindu, > Trinitas di Kristen dengan > tetap memegang teguh bahwa Tuhan itu Tunggal. > > Kadang saya juga membayangkan agama2 itu ibarat kita > yang sedang menggali > lubang untuk mendapatkan inti bumi. Jika kita > membayangkan bumi ini bulat, > kita semua sedang menggali, bukankah untuk menemukan > inti yang sama? Ya > itulah Tuhan! Masalah akan terjadi, ketika kita > gemar berpindah2 agama, kita > akan memulai menggali lubang yang baru untuk > mendapatkan inti bumi tersebut. > Lalu bolehkah kita berpindah agama? Bagi saya boleh2 > saja asal yakin dengan > setelah berpindah akan bisa menggali lebih cepat. > Mana yang paling cepat, > tentunya yang paling membuat kita nyaman. Mengutip > wacana seorang Guru > Spiritual, berpendapat bahwa pada hakekatnya, setiap > pertanyaanmu itu telah > terjawab di agama masing2. So... pandai2lah belajar > dan selalu belajar untuk > itu... > > wassalam, > AZ > ____________________________________________________________________________________ Never miss a thing. Make Yahoo your home page. http://www.yahoo.com/r/hs