Hi mang Ucup....

Apa kabarnya, neh?

Alih-alih, check and recheck apakah kita adalah keturunan Tionghoa adalah 
sangan gampang; caranya?

Coba lihat kelingking kaki kita masing-masing apakah lurus seperti jari-jari 
kaki lainnya?
Kalau miring, maka jelas bahwa anda adalah keturunan dari nenek moyang 
Tionghoa:-)

Nuwun, Dipo



----- Original Message ----
From: Mang Ucup <[EMAIL PROTECTED]>
To: mayapadaprana@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, February 27, 2008 4:43:58 PM
Subject: [Mayapada Prana] Terbuktikan bahwa Walisongo itu Cino !

Entah kenapa banyak sekali sdr kita umat Muslim merasa gerah, apabila mendengar 
bahwa delapan dari Sunan Walisongo itu adalah orang Tionghoa, padahal Nabi 
Muhammad saw sendiri pernah bersabda “Tuntutlah ilmu walau sampai negeri Cina” 
(Al Hadits), nah pada saat itu orang Tionghoa nya sendirilah yg datang ke 
Indonesia, sehingga mereka tidak perlu repot2 harus pergi belajar ke Tiongkok 
untuk menuntut ilmu disana.

Prof Slamet Mulyana pernah berusaha untuk mengungkapkan hal tsb diatas dlm 
bukunya “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di 
Nusantara”, tetapi pada th 1968 dilarang beredar, karena masalah ini sangat 
peka sekali dan mereka menilai menyakut masalah SARA. Kenapa demikian?

Bayangkan saja yg mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa adalah orang 
Tionghoa, bahkan Sultan nya yg pertama pun adalah orang Tionghoa: Chen Jinwen 
alias Raden Patah alias Panembahan Tan Jin Bun/Arya (Cu-Cu).

Walisongo atau Walisanga yg berarti sembilan (songo) Wali, tetapi ada juga yg 
berpendapat bahwa perkataan songo ini berasal dari kata “tsana” yg berarti 
mulia dlm bhs Arab sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa kata tsb berasal 
dari kata “sana” dlm bhs Jawa yg berarti “tempat”

Para wali tsb mendapatkan gelar Sunan, yg berarti guru agama atau ustadz, namum 
perkataan Sunan itu sebenarnya diambil dari perkataan “Suhu/Saihu“ yg berarti 
guru dlm bhs dialek Hokkian, sebab para wali itu adalah guru2 Pesantren 
Hanafiyah, dari mazhab (sekte) Hanafi. “Su” singkatan dari kata “Suhu” dan 
“Nan” berarti selatan, sebab para penganut sekte Hanafi ini berasal dari 
Tiongkok Selatan. 

Perlu diketahui bahwa sebutan “Kyai” yg kita kenal sekarang ini sebagai sebutan 
untuk guru agana Islam setidak-tidaknya hingga jaman pendudukan Jepang masih 
digunakan untuk panggilan bagi seorang lelaki Tionghoa Totok, seperti 
pangggilan “Encek”. 

Walisongo ini didirikan oleh Sunan Ampel pada th. 1474. Yg terdiri dari 9 wali 
yaitu:

Sunan Ampel alias Bong Swie Ho
Sunan Drajat alias Bong Tak Keng 
Sunan Bonang alias Bong Tak Ang
Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang
Sunan Gunung Jati alias Du Anbo – Toh A Bo
Sunan Kudus alias Zha Dexu – Ja Tik Su
Sunan Giri adalah cucunya Bong Swie Ho
Sunan Muria
Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/Tan Eng Hoat

Sunan Ampel (Bong Swie Ho) alias raden Rahmat lahir pada th 1401 di Champa 
(Kamboja), ia tiba di Jawa pada th 1443. Pada saat itu di Champa banyak sekali 
orang Tionghoa penganut agama Muslim yg bermukim disana. Pada th 1479 ia 
mendirikan Mesjid Demak. Ia juga perencana kerajaan Islam pertama di Jawa yang 
beribu kota di Bintoro Demak, dengan mengangkat Raden Patah alias Chen Jinwen - 
Tan Jin Bun sebagai Sultan yang pertama, ia itu puteranya dari Cek Kopo di 
Palembang.

Orang Portugis menyebut Raden Patah “Pate Rodin Sr.” sebagai "persona de grande 
syso" (orang yg sangat bijaksana) atau "cavaleiro" (bangsawan yg mulia), 
walaupun demikian orang Belanda sendiri tidak percaya moso sih sultan Islam 
pertama di Jawa adalah orang Tionghoa. Oleh sebab itulah Residen Poortman 1928 
mendapat tugas dari pemerintah Belanda untuk menyelidikinya; apakah Raden Patah 
itu benar2 orang Tionghoa tulen?

Poortman diperintahkan untuk menggeledah Kelenteng Sam Po Kong dan menyita 
naskah berbahasa Tionghoa,dimana sebagian sudah berusia 400 tahun sebanyak tiga 
cikar/pedati. Arsip Poortman ini dikutip oleh Parlindungan yang menulis buku 
yang juga kontroversial Tuanku Rao, dan Slamet Mulyana juga banyak menyitir 
dari buku ini. 

Pernyataan Raden Patah adalah seorang Tionghoa ini tercantum dlm Serat Kanda 
Raden Patah bergelar Panembahan Jimbun,dan dalam Babad Tanah Jawi disebut 
sebagai Senapati Jimbun. Kata Jin Bun (Jinwen) dalam dialek Hokkian berarti 
“orang kuat”. 

Cucunya dari Raden patah Sunan Prawata atau Chen Muming/Tan Muk Ming adalah 
Sultan terakhir dari Kerajaan Demak, berambisi untuk meng-Islamkan seluruh 
Jawa, sehingga apabila ia berhasil maka ia bisa menjadi "segundo Turco" 
(seorang Sultan Turki ke II) setanding sultan Turki Suleiman I dengan 
kemegahannya.

Sumber:
- D. A. Rinkes “De heiligen van Java” 
- Jan Edel “Hikajat Hasanoeddin”
- B. J. O. Schrieke, 1916, Het Boek van Bonang – Utrecht: Den Boer 
- G.W.J. Drewes, 1969 The admonitions of Seh Bari : a 16th century Javanese 
Muslim text attributed to the Saint of Bonang, The Hague: Martinus Nijhoff 
- De Graaf and Pigeaud “De eerste Moslimse Vorstendommen op Java” – “Islamic 
states in Java 1500 -1700”.
- Amen Budiman “Masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia”
- Prof. Slamet Mulyana “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya 
Negara-negara Islam di Nusantara

Maranatha
Mang Ucup
Email: [EMAIL PROTECTED] nl
Homepage: www.mangucup. org
Recent Activity
 13New Members
 7New Links
 3New Files
Visit Your Group 
Yahoo! Avatars
Express Yourself
Get animated.
Change your style
Yahoo! Groups
Start a group
in 3 easy steps.
Connect with others.. 
 


      
____________________________________________________________________________________
Never miss a thing.  Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo.com/r/hs

Kirim email ke