“Aku tidak menuruti kehendakKu sendiri melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku” (Yes 49:8-15; Yoh 5:17-30) “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku” (Yoh 5:24-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini . Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Nasib orang yang diutus/utusan memang sering harus menghadapi ketidak-percayaan atau kecurigaan dari sementara orang, lebih-lebih dari orang-orang penting atau terkemuka dalam kehidupan bersama di masyarakat. Semakin yang diutus menjelaskan jati dirinya sering semakin memperparah atau mempertebal ketidakpercayaan atau kecurigaan sebagaimana dialami oleh Yesus. Kalau kita mawas diri serta menyadari kiranya kita semua adalah utusan-utusan, entah sebagai orang beriman, pekerja/pegawai atau jabatan, tugas dan pekerjaan apapun. Maka marilah kita meneladan Yesus yang bersabda serta melaksanakan apa yang Ia katakana: “Aku tidak menuruti kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku”. Secara konkret “Dia yang mengutus aku” menjadi nyata dalam surat tugas atau perintah dari atasan atau pembesar kita sehingga kita memiiliki pekerjaan, tugas atau jabatan dan panggilan sebagaimana sedang kita laksanakan atau hayati saat ini. Maka marilah kita laksanakan dan hayati tugas pekerjaan atau jabatan dan panggilan sesuai dengan aturan dan tatanan yang terkait serta tidak menuruti kehendak atau keinginan sendiri (Jawa: sak penake dewe = mengikuti selera pribadi). Selain melakukan aturan atau tantanan tersebut kiranya kita juga harus peka terhadap aneka macam isyarat atau kerinduan atasan atau pimpinan kita sesuai dengan tuntutan dan perkembangan yang sedang dan terus belangsung. Dengan kata lain marilah kita tingkatkan dan perdalam keutamaan ketaatan dalam permenungan masa Tobat atau Prapaskah ini. “Semua harus berkemauan teguh menepati ketaatan dan menjadi unggul di dalamnya; dan tidak hanya dalam hal-hal yang wajib saja, tetapi juga dalam hal-hal lain, meskipun yang dilihat hanyalah isyarat keinginan Pembesar, tanpa perintah yang jelas” (Ignatius Loyola, Konst SJ no 547) · “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes 49:15). Kutipan ini layak menjadi permenungan atau refleksi kita. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan atau melupakan kita, Ia senantiasa menyertai dan mendampingi langkah serta perjalanan kita. Penyertaan dan pendampinganNya memang secara konkret dapat kita lihat dan hayati melalui aneka tatanan dan aturan hidup yang terkait dengan panggilan maupun tugas perutusan kita atau doa dan perhatian dari mereka yang mengutus dan memberi tugas kepada kita. Sebaliknya kepada yang mengutus atau memberi tugas kami berharap tidak membiarkan yang diutus atau diberi tugas tetapi seorang perempuan yang menyayangi anak dari kandungannya. Seorang ibu/perempuan yang baik rasanya tidak akan pernah melupakan anak yang pernah dikandung dan dilahirkannya, tetapi dalam keadaan dan kondisi apapun anak senantiasa dalam kasih dan perhatiannya. Maka kepada para pembesar atau atasan kami berharap sungguh mengasihi dan memperhatikan para anggota atau bawahannya, entah dengan sentuhan/sapaan langsung ataupun tidak langsung dengan mendoakannya. Berdoa atau mendoakan kiranya tidak terlalu sulit serta tidak membutuhkan waktu dan tenaga maupun dana besar; kita dapat berdoa atau mendoakan orang lain dimanapun dan kapanpun. Marilah kita saling mengasihi, memperhatikan dan mendoakan agar masing-masing dari kita tetap taat dan setia pada aneka janji yang pernah kita ikhrarkan maupun tatanan dan aturan yang terkait dengan panggilan serta tugas perutusan kita. “TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.” (Mzm 145:8-9) Jakarta, 5 Maret 2008
____________________________________________________________________________________ Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping