Antara Shofa
& Marwah….

 

Written By : Ruli Amirullah

 

Assalamualaikum Wr Wb,

 

Dear all,

Kemarin saya datang lagi di
training ESQ. Senang melihat peserta begitu antusias mengikuti setiap sesi yang
ada. Walaupun bukan sebagai peserta, tapi tetap saja saya ikut menikmati 
“perjalanan
menembus batas” itu. Sekedar info, di training ini ada beragam sesi.. Sesi yang 
hanya
duduk mendengarkan, sesi games, sesi renungan maupun sesi yang mengharuskan
semua peserta aktif bergerak. Dan sesi yang saya sebutkan terakhir salah
satunya adalah simulasi ibadah haji. Dari mulai lempar jumrah, tawaf sampai 
sa’i.
Ngapain ada simulasi haji segala? Ya, karena memang ritual-ritual yang ada
dalam haji adalah symbol dari apa-apa yang harusnya kita lakukan dalam
menjalani hidup di dunia ini..

 

Mau tau lengkapnya? Ikut aja
trainingnya (hehehe.. kok ada iklan lewat..?!)

 

Nah gara-gara ikut simulasi itu,
saya jadi ingat tulisan saya tentang sa’i yang udah lama banget saya memulainya,
tapi gak pernah selesai. Makanya sekarang saya bertekad harus menyelesaikannya..


 

Saya ingin bercerita tentang sa’i.
Yaitu berlari-lari kecil bulak balik 7 kali dari bukit Shofa ke bukit Marwah…

 

Apa maknanya bagi hidup kita
sendiri yang katanya modern ini?

 

Sebelumnya akan saya refresh
sedikit, masih ingat ketika Siti Hajar, ibunda Nabi Ismail, ketika harus
sendirian berada di tengah padang
pasir di daerah Arab? Ia bingung karena anaknya (Nabi Ismail) menangis
kehausan, sementara ia tidak bisa mengeluarkan air susu..

 

Iapun berlari antara bukit Shofa
dan bukit Marwah.. mencari air demi anaknya.. terus berlari… 

Menuju puncak Shofa.. ketika ia
tidak menemukan air disana, iapun berlari menuju bukit Marwah.. mencari air
disana..

Ia tidak menemukan yang dicari.. 

Tapi tanpa putus asa, ia kembali
berlari menuruni bukit Marwah dan menaiki bukit Shafa lagi.. mencari air disana
atau mungkin seseorang yang bisa memberikan ia air..

Tapi, lagi-lagi tidak ada yang ia
temukan..

Begitu terus yang terjadi,
berlari menaiki bukit, mencari, tidak menemukan, menuruni bukit menyusuri 
padang pasir yang tandus,
menaiki bukit, mencari, tidak menemukan lagi, kembali menuruni bukit…

Sampai tujuh kali bulak-balik..

 

Sampai akhirnya, Allah memberikan
apa yang ia cari..

Tiba-tiba air segar menyembur
dari dalam tanah..

Air yang mampu menghilangkan
dahaga sang bayi..

 

Masih ingat, dari mana munculnya
air tersebut? Bukan di bukit Shofa, bukan di bukit Marwah, bukan pula di antara
keduanya….

 

Tapi dari bawah kaki Nabi
Ismail.. dari sebuah tempat yang tadinya mungkin dianggap paling tidak mungkin
ada air oleh Siti Hajar…

Dari arah yang tidak
diduga-duga..

 

Itulah hidup… Itulah ketidak
pastian yang ada dalam hidup.. 

 

Indah ya?! Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil
dari kejadian tersebut..

 

Sekarang mari lihat di kehidupan
kita sekarang.. 

 

Coba perhatikan, gak usah
jauh-jauh dikehidupan orang. Tapi dikehidupan kita sendiri. Ketika kita ingin
sesuatu, biasanya kita akan berusaha mendapatkannya dengan cara yang menurut
kita paling baik, paling memungkinkan untuk mewujudkan keinginan kita tersebut..

Beberapa berhasil.. beberapa
gagal..

Bagaimana bila gagal? Kadang kita
putus asa, tapi untuk beberapa hal mungkin kita akan terus berusaha..

Gagal lagi..?

Yakin gagal..?

 

Perhatikan..mungkin kita memang menganggapnya
gagal..

Tapi, coba perhatikan lebih
seksama, bisa jadi sebenarnya Allah telah mengabulkan keinginan kita tersebut,
tapi bukan dari tempat dimana kita berusaha, tapi dari suatu tempat yang tidak
pernah kita duga..

 

Mau contoh?

Lihat dari yang saya alami ya.
Saya dulu pernah jadi marketing di sebuah perusahaan cargo. Saya bulak balik
menelepon dan mendatangi berbagai calon customer yang saya anggap potensial.. 
Mungkin
sampai orang-orang tersebut bosen saya hubungi dan saya kunjungi terus. Tapi
coba tebak dari mana akhirnya saya mendapat customer yang lumayan besar? Ketika
saya sambil lewat mengangkat telepon yang berdering di kantor…

 

Nah, saya sempat menganggap itu
bukan hasil dari kerja keras saya. Wong orang itu nelepon ke kantor saya. Saya
kerja atau tidak kerja, tetap saja orang itu akan nelepon ke kantor, dan
mengatakan akan kirim suatu barang dengan jumlah besar. Hanya saja kebetulan
saya yang angkat.. 

 

Tapi.. tidak ada yang kebetulan
bukan? 

 

Bisa jadi Tuhan memang mengatur
segala sesuatunya agar orang tersebut menelepon tepat disaat saya sedang berada
di kantor, agar saya yang mengangkat. Mengapa? Karena Tuhan telah melihat usaha
saya jungkir balik nelepon dan mendatangi banyak orang, Tuhan telah melihat
saya “berlari dari shofa dan marwah”, maka dikirimkankah “air zam zam” dari
tempat yang tidak terduga..

 

Nah.. itu cuma salah satu
contoh.. 

 

Kalau kita perhatikan, banyak
hal-hal yang sebenarnya merupakan jawaban dari usaha kita. Hanya saja, kita
sering menganggapnya itu kebetulan. Kita sering mengucapkannya “duh saya sudah 
usaha setengah mati tapi
gagal terus, untung aja waktu itu ada ….. “ 

Nah padalah, bisa jadi sebenarnya
“untung aja waktu itu…” sebenarnya
adalah jawaban atas usaha kita, bukan sekedar kebetulan… 

 

Kalau kita tidak pernah usaha, tidak
pernah jungkir balik, tidak pernah lari dari shofa dan marwaf, kalimat “untung 
aja waktu itu..” bisa jadi tak
akan pernah terucap, karena memang air zam-zam itu tidak keluar…

 

Begitulah manusia, kita memang
sering menganggap gagal ketika kita tidak berhasil mendapatkan sesuatu dari
jalan yang kita ingin. Padahal bisa jadi Allah memberinya lewat jalan lain. 
Lewat
jalan yang seolah-olah gak berhubungan dengan usaha kita, tapi sebenarnya
terjadi karena Allah telah melihat usaha kita… (dan ketika itu terjadi, kita
malah menganggap itu kebetulan.. hik hik.. sedih ya?) 

 

Coba bayangkan bila Siti Hajar
berpikir air zam-zam itu keluar hanya kebetulan dan berkata “jika tau begini, 
lebih
baik saya diam aja, gak usah lari-lari dari shofa ke marwah, ntar juga muncul
sendiri airnya..”  duh, mana sisi
semangatnya? 

 

Atau kalau Siti Hajar tipe yang
ambisius, dia tetap akan terus berlari dari shofa marwah, karena dia ngotot
bahwa harusnya airnya ada di antara dua bukit itu. Air yang muncul dari kaki
Ismail hanyalah kebetulan semata. Dan ketika dia tetap tidak menemukan air di
jalan yang dia inginkan, akhirnya dia menganggap Allah tidak mengabulkan doanya,
tidak menjawab ikhitiarnya yang begitu melelahkan…

 

Jadi teman..

Intinya adalah, jangan pernah
menyerah dalam berusaha. Teruslah ikhtiar, teruslah berlari dari shofa dan
marwah, setelah itu tawakal. Serahkan hasilnya pada Allah. Biarlah Allah yang
menentukan dari mana Dia menjawab doa dan ikhtiar kita. Allah pasti akan
memberi yang terbaik bagi kita, bagi hambaNya yang telah berikhtiar semampu
tenaganya..

 

Perhatikan dengan seksama, karena
jawaban atas doa dan usaha kita, bisa muncul dari tempat yang tidak kita duga..

Dan percayalah, itu bukan
kebetulan, tapi itu adalah jawaban atas doa dan usaha kita..

 

Wassalam… 


Ruli Amirullah
Feel the love of Ar Rahmaan
Wanna feel it? Join ESQ Training..
Ponsel: 085888509931
Office : 021 - 75915710
Email : [EMAIL PROTECTED]
Website : www.esqway165.com




      Get your new Email address!
Grab the Email name you've always wanted before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Kirim email ke