Spiritualisme Ki Hajar Dewantara
Kepedulian seseorang yang telah sadar

Konon Kanjeng Nabi Muhammad SAW setelah mi'raj, bertemu Gusti Allah
SWT, turun lagi ke dunia, memberikan panduan Shalat agar umat Islam
selamat dalam menjalani kehidupan ini. Demikian pula Kanjeng Nabi Musa
AS setelah mendapatkan pencerahan memberikan panduan dengan memberikan
Sepuluh Perintah Tuhan. Mereka yang telah sadar berupaya memandu
masyarakat agar selamat dalam menjalani kehidupan ini. Seorang pilot
harus menurunkan pesawatnya agar dapat mengambil penumpang dan
membawanya naik menuju tempat tujuan. Seseorang yang telah sadar, perlu
menurunkan tingkat kesadarannya, menyamakan diri dengan tingkat
kesadaran mereka yang akan ditingkatkan kesadarannya untuk dapat
memandunya. Sehingga sebuah Sabda yang sama akan mempunyai pemahaman
berbeda bagi mereka yang mempunyai tingkat kesadaran yang berbeda: ada
yang hanya memahami kulitnya; dan ada juga yang memahami hakikatnya. Ki
Hajar Dewantara, Leluhur kita, Bapak Pendidikan kita, telah merumuskan
cara memandu masyarakat dengan rumus, "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing
Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani".



Ing Ngarsa Sung Tulada

Di depan memberikan keteladanan. Sebagai orang tua, guru atau sebagai
pimpinan sebuah organisasi macam apa pun, anak-anak, para murid dan para
bawahan akan memperhatikan tingkah laku orang tua, guru atau
pimpinannya. Dakwah yang baik adalah dakwah dengan perbuatan. Sejak
masih muda, masyarakat telah melihat keteladanan Kanjeng Nabi Muhammad
SAW dalam hal kejujuran, maka Kanjeng Nabi diberi gelar Al Amin. Angin
tidak perlu gembar-gembor, cukup bertiup dengan pelan, akan menyejukkan
orang yang kepanasan. Masyarakat membutuhkan keteladanan, bukan untaian
kata-kata belaka. Betapa banyak petinggi negara kita yang pandai
bebicara, tetapi tindakannya tidak sesuai dengan yang diucapkannya.
Kepandaian bicara tanpa keteladanan itulah yang dicontoh masyarakat masa
kini.

Ing Madya Mangun Karsa

Di pertengahan memberi semangat. Dalam pergaulan sehari-hari ketika
melihat anak-anak, murid atau bawahan mulai mandiri, menjalankan hal
yang benar, mereka wajib diberi dorongan, diberi semangat. Kepedulian
terhadap perkembangan anak, murid dan bawahan diwujudkan dengan memberi
dorongan kepada mereka untuk menjalankan hal yang benar. Seorang anak,
murid atau bawahan perlu diberi semangat dalam menjalankan kewajibannya.



Tut Wuri Handayani

Di belakang memberi dukungan. Anak-anak, murid atau bawahan yang mulai
percaya diri perlu didorong untuk berada di depan. Orang tua, guru atau
pimpinan perlu memberi dukungan dari belakang. Sudah seharusnya generasi
tua memberi kesempatan kepada generasi yang lebih muda untuk berkiprah.
Para sesepuh yang masih bercokol dan tidak mau meninggalkan jabatannya
menunjukkan kelalaian dan ketidakberhasilan diri mereka dalam membina
generasi penerusnya.

Membentuk Gembala yang mumpuni, bukan membentuk Domba yang patuh

Mengikuti perkembangan anak, murid atau bawahan dengan penuh perhatian
berdasar cinta kasih tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan
memaksanya. Seorang tua, guru atau pimpinan termasuk pemimpin spiritual
dapat diibaratkan sedang membentuk Gembala yang mumpuni dan bukan
membuat Domba yang patuh yang tergantung sepenuhnya kepada orang tua,
guru atau pimpinan. Memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada yang
muda untuk membina disiplin pribadi secara wajar, melalui pengalamannya
sendiri, pemahamannya sendiri dan usahanya sendiri. Yang penting
diperhatikan adalah menjaga agar pemberian kesempatan ini tidak akan
membahayakan mereka sendiri atau memungkinkan timbulnya ancaman bagi
keselamatan orang lain. Demikian nasehat Ki Hajar Dewantara yang
mengingatkan para orang tua, guru dan pimpinan sebagai Pemandu, agar
masyarakat dapat memberdaya diri. Terima kasih Guru.

Triwidodo

http://www.oneearthmedia.net


Kirim email ke