Syari'at Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan 
akhlaq, meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik 
kehidupan nafsi-nafsi (individu), maupun  kehidupan kolektif dengan substansi 
yang  bervariasi seperti  keimanan,  ibadah ritual (spiritualisme),  karakter  
perorangan,  akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum  serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. 

Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal 
- Iman dan Ilmu.  Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu.

one liner  Seri 212
insya-Allah akan diposting hingga no.800
no.terakhir 857

********************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
212. Menebus Dosa dan 
     Memahami Puasa Dengan Pendekatan Input Proses Output


    AlhamduliLlah kita dipanjangkan umur oleh Allah SWT, sehingga Insya-Allah 
besok kita sempat pula tiba pada tonggak sejarah perjalanan hidup kita yaitu 
bulan Ramadhan. Umur kita bertambah dari tahun ke tahun dan setiap tahun kita 
melintasi tonggak sejarah yang berwujud sebulan penuh merenungkan diri dengan 
Ihtisaban, introspeksi diri, seperti sabda RasuluLlahi SAW yang diriwayatkan 
oleh Imam Bukhari: 
-- Man Sha-ma Ramadha-na Iymanan waHtisa-ban Ghufiralah Ma- Taqaddama min 
Dzanbihi. Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan iman dan introspeksi diampuni 
dosanya yang lalu. 

    Setelah meliwati bulan Ramadhan dengan kesungguhan berpuasa dan introspeksi 
diri, Allah SWT menjanjikan pengampunan dosa, sehingga setelah melampaui 
tonggak sejarah itu, mereka yang berhasil ibarat lahir kembali, suci dari dosa. 
Dengan kesungguhan introspeksi diri menurut RasuluLlah, orang dapat terbebas 
dari dosa, menebus dirinya sendiri. Menurut ajaran Islam, membebaskan diri dari 
dosa haruslah oleh diri sendiri, tidak membutuhkan seorang penebus. Seseorang 
tidak ditimpa dosa yang dibuat oleh orang lain. Kakek dan Nenek kita Adam dan 
Hawa yang melanggar perintah Allah SWT dengan makan buah larangan, tidaklah 
menurunkan dosa kepada anak cucunya. Tidak ada konsep dosa warisan (erf zonde) 
menurut ajaran Islam.

    Laha- Ma- Kasabat wa 'Alayh- Ma- Ktasabat (S. AlBaqarah, 286), baginya 
(pahala kebajikan) yang diusahakannya, dan atasnya (dosa  kejahatan) yang 
diperbuatnya (2:286).

                                  ***

    Selanjutnya tulisan ini mencoba untuk memberikan pemahaman tentang puasa 
kepada orang-orang yang bergelimang dalam bidang-bidang ilmu-ilmu exakta. Dalam 
Teknik Mengatur dikenal sebuah diagram (gambar) aliran input, proses, output 
seperti berikut:

       +--------+
input  |        | output
------>| proses | ------>
       |        |
       +--------+

    Banyak sekali yang dapat dijelaskan dengan diagram di atas itu. Gambar itu 
menunjukkan aliran mulai dari panah masuk (input, masukan), selanjutnya kotak 
proses, kemudian panah keluar (output, luaran). Kalau gabah yang menjadi input, 
diproses oleh mesin penggiling padi, maka yang menjadi output adalah beras. 
Gabah itu diberi nilai tambah oleh mesin penggiling padi. Dengan teknologi 
penggiling padi, gabah diberi nilai tambah menjadi beras. Teknologi alu dan 
lesung juga dapat memberikan nilai tambah pada gabah untuk menjadi beras. Mesin 
penggiling padi lebih tinggi mutunya ketimbang kombinasi alu dengan lesung. Itu 
berarti makin canggih proses makin tinggi pula nilai tambah yang dihasilkan.

    Contoh itu dapat digeneralisasikan, sehingga kita dapat memberikan 
pemahaman tentang teknologi yang lebih jelas. Teknologi adalah suatu proses 
yang memberikan nilai tambah pada suatu komoditi. Makin canggih teknologi, 
makin tinggi pula nilai tambah yang dihasilkannya. Itulah sebabnya dalam 
menghadapi pembangunan orang selalu mengingatkan akan pentingnya sumberdaya 
manusia yang memiliki ilmu dan teknologi.

    Itu dari segi lahiriyah (substantial). Sumberdaya manusia itu bukan hanya 
dilihat dari segi lahiriyah, akan tetapi yang lebih penting adalah dari segi 
ruhaniyah. Berfirman Allah SWT dalam Al Quran:

    Ya-ayyuha- Lladziyna Kutiba 'Alaykumu shShiya-mu Kama- Kutiba 'alay 
Lladziyna min Qablikum La'allakum Tattaquwna (S. AlBaqarah, 183). Hai 
orang-orang yang beriman telah ditetapkan atasmu berpuasa seperti telah 
ditetapkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa (2:183).

    Ada tiga kata yang kita garis bawahi, iman, puasa dan taqwa. Iman adalah 
input, puasa adalah proses dan taqwa adalah output, seperti diperlihatkan dalam 
diagram berikut:

       +--------+
iman   |        | taqwa 
------>| puasa  | ------>
       |        |
       +--------+

    Iman diberi nilai tambah menjadi taqwa dengan melalui proses puasa. Artinya 
bertaqwa lebih tinggi nilai ruhaniahnya ketimbang beriman. Menurut Al Quran, 
iman adalah salah satu komponen dari taqwa:

    Alif, lam, mim. Dzalika lKita-bu La- Rayba Fiyhi Hudan lilMuttaqiyna. 
Alladziyna Yu'minuwa bilGhaybi waYuqiymuwna shShala-ta wa Mimma- Razaqna-hun 
Qunfiquwna (S. AlBaqarah, 1-3). Alif, lam, mim. Inilah Al Kitab tidak ada 
keraguan di dalamnya petunjuk bagi orang-orang taqwa. Yaitu yang beriman kepada 
yang Ghaib, mendirikan shalat dan dari sebagian dari apa yang Kami 
rezekikan kepada mereka, mereka nafaqahkan (2:1-3).

    Menurut ayat di atas itu jelaslah bahwa iman, shalat dan zakat merupakan 
komponen-komponen yang membentuk taqwa. Artinya taqwa mempunyai nilai ruhaniyah 
yang lebih tinggi ketimbang iman. Atau dengan perkataan lain, nilai ruhaniyah 
iman dapat ditingkatkan ke nilai ruhaniyah yang lebih tinggi, yaitu taqwa. Hal 
ini lebih diperjelas dengan gambar anak panah iman (input) kotak puasa (proses) 
dan anak panah taqwa (output). 

    Walhasil, dalam ungkapan kalimat yang sering kita dengar: meningkatkan iman 
dan taqwa, kata penghubung dan harus diganti dengan untuk menjadi, sehingga 
ungkapan kalimat itu seharusnya menjadi: meningkatkan iman untuk menjadi taqwa. 
Kalaupun ingin dihubungkan kata meningkatkan dengan kata taqwa, maka 
dikatakanlah: Meningkatkan taqwa menjadi sebenar-benarnya taqwa, sesuai dengan 
ayat: 

    Ya-ayyuha- Lladziyna Amanuw Ittaquw Llaha Haqqa Tuqa-tihi (S. Ali 'Imra-n, 
102). Hai orang-orang beriman taqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya 
taqwa (3:102).

    Orang-orang beriman meningkatkan dirinya menjadi taqwa dan orang-orang 
bertaqwa meningkatkan dirinya menjadi sebenar-benarnya taqwa. Ungkapan 
sebenar-benarnya taqwa adalah penyataan kualitatif yang tidak bertepi, sebatas 
kemampuan manusiawi. WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 21 Januari 1996
    [H.M.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/1996/01/212-menebus-dosa-dan-memahami-puasa.html

Reply via email to