Syari'at Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan 
akhlaq, meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik 
kehidupan nafsi-nafsi (individu), maupun  kehidupan kolektif dengan substansi 
yang  bervariasi seperti  keimanan,  ibadah ritual (spiritualisme),  karakter  
perorangan,  akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum  serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. 

Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal 
- Iman dan Ilmu.  Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu.

one liner  Seri 216
insya-Allah akan diposting hingga no.800
no.terakhir 859

********************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
126. Pesan-pesan yang Bersifat Teknis Administratif              
dan yang Berupa Isyarat dalam Al Quran

    Pesan-pesan yang disampaikan yang bersifat teknis-administratif tidak akan 
membingungkan dan tidak akan menghebohkan bagi yang mendengarkan pesan itu, 
apapun latar belakang kebudayaan ataupun pendidikan mereka itu. Seperti 
misalnya tentang hal kewajiban menuliskan perjanjian dalam S. Al Baqarah, 282: 
    Wa idza- Tada-yantum bi Daynin ilay Ajalin Musammay Faktubuwhu, Walyaktub 
Baynakum Ka-tibun bi l'Adli,.....Falaysa 'Alaykum Juna-hun Alla- Taktubuwha-, 
artinya:
-- dan apabila kamu membuat perjanjian perikatan, hutang piutang, tuliskanlah, 
dan mestilah dituliskan oleh seorang penulis di antara kamu dengan 
adil,.....dan janganlah kamu malas untuk menuliskannya,
    Sejak zaman RasululLah SAW sampai kepada hari ini kepada siapa saja, kepada 
bangsa apa saja, dari latar belakang kebudayaan atupun pendidikan yang bercorak 
ragam, tidaklah akan membingungkan apatah pula akan menghebohkan jika disuruh 
menuliskan perjanjian. Mereka itu akan cukup mengerti.

    Namun apabila yang disampaikan itu berupa informasi seperti misalnya bumi 
itu bergerak mengelilingi matahari, maka ini pasti akan membingungkan bahkan 
menghebohkan masyarakat Arab pada zaman RasululLah SAW dan pada masyarakat di 
mana saja pada zaman itu. Mereka itu niscaya akan menolak kebenaran informasi 
itu, sebab berdasarkan pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman mereka bumi 
yang bergerak itu sangat bertentangan kenyataan. 

    Sebaliknya apabila sebuah Kitab Suci jelas-jelas mengatakan secara konkrit 
bahwa bumi itu diam, agar komunikatif pada masyarakat waktu permulaan Kitab 
Suci diturunkan, tentu akan ditolak oleh masyarakat seperti yang keadaannya 
sekarang ini yang umumnya sudah mempunyai latar belakang pengetahuan yang telah 
maju. Masyarakat sekarang yang telah maju itu bukan hanya sekadar menolak 
tentang informasi tentang bumi yang diam itu, bahkan mereka itu akan menolak 
keseluruhan Kitab Suci itu, karena kebenaran yang dikandungnya hanya temporer, 
yaitu hanya berlaku pada waktu Kitab Suci itu mulai dimasyarakatkan.

    Demikian pula informasi tentang bumi ini berpusing / berputar pada subunya 
yang menyebabkan terjadinya siang dan malam. Ini akan membingungkan bahkan 
menghebohkan masyarakat pada zaman Kitab Suci itu mulai dikomunikasikan. Itu 
sangat bertentangan dengan kenyataan. Ambillah pakaian basah, lalu putar. Air 
dari pakaian basah itu akan memercik, akan terlempar. Kalau bumi berpusing, 
niscaya akan habislah terlempar air laut meninggalkan bumi dan semua 
benda-benda yang tidak terpaku pada bumi, termasuk manusia. 

    Dalam hal bumi bergerak dan berpusing Al Quran memakai gaya bahasa yang 
tidak membingungkan dan tidak menghebohkan masyarakat Arab di zaman RasuluLlah 
SAW dan masyarakat lain di luar tanah Arab yang sezaman, ataupun yang latar 
budaya dan pengetahuaannya seperti masyarakat Arab itu, serta diterima pula 
oleh masyarakat yang latar belakang pengetahuannya seperti dewasa ini. 

    Perhatikanlah gaya bahasa Al Quran mengenai kedua materi informasi di atas 
itu. 
-- Wa Taray lJiba-la wa Tashabuha- Ja-midatan wa Hiya Tamurru Marra sSaha-bi, 
artinya:
-- Engkau lihat gunung-gunung dan engkau memperhitungkannya diam, pada hal 
gunung-gunung itu berlari, seperti larinya awan (S. An Namal, 88)

    Bagi masyarakat dahulu kala gunung yang diam yang berlari seperti larinya 
awan tidaklah membingungkan, karena tidak bertentangan dengan kenyataan yang 
berdasarkan pengalaman sehari-hari. Orang yang memacu kuda atau untanya, akan 
menyaksikan gunung itu berlari seperti pula dengan larinya awan dari kejauhan. 
Pada hal tadinya gunung itu diam sewaktu orang itu masih tegak dengan kudanya, 
diam seperti awan di kejauhan. Kitapun dapat menyaksikan hal serupa jika naik 
mobil dan melihat ke tempat yang jauh, gunung itu beralari mengikuti lari 
kencangnya mobil. Jangan melihat pada pohon-pohon ataupun tiang-tiang di 
pinggir jalan, yang berlari kencang ke belakang. Dan jika mobil kita berhenti, 
gunungpun berhenti, demikian pula pohon-pohon ataupun tiang-tiang di pinggir 
jalan.

    Ayat di atas itu mengisyaratkan bahwa kelak di kemudian hari ilmu 
pengetahuan akan mengungkapkan bahwa bumi ini sebenarnya bergerak. Kalau gunung 
itu diam terhadap bumi, sedangkan gunung itu berlari maka bumipun niscaya 
berlari atau bergerak pula. 

    Selanjutnya perhatikanlah pula ayat ini: 
-- Yukawwiru lLayla 'alay nNaha-ri, wa Yukawwiru nNaha-ra 'alay lLayli, (S. Az 
Zumar, 5). 
 Kata Yukawwiru dalam ayat di atas asal katanya Kawwara artinya menggulung atau 
memutar sorban di kepala. Output dari pekerjaan menggulung atau memutar serban 
di kepala, yaitu kepala itu tertutup. 

   Terjemahan Al Quran dengan Hak Cipta dari Departemen Agama Republik 
Indonesia bunyinya demikian: 
-- Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam. Adapun 
terjemahan secara tekstual itu dapat diterima baik oleh semua orang di mana 
saja dan kapan saja, tidak tergantung pada latar belakang budaya apa saja. 

    Ayat itu dapat pula diterjemahkan secara kontekstual dengan ilmu 
pengetahuan kontemporer apabila pemahaman kata Kawwara ditekankan pada proses 
menggulung atau memutar sorban. Maka ayat di atas itu dapat diterjemahkan 
seperti berikut: 
-- (Allah) Memutar malam atas siang dan memutar siang atas malam. Dengan kata 
Yukawwiru dalam ayat itu, menunjukkan mu'jizat Al Quran, yaitu suatu isyarat 
bahwa kelak di kemudian hari ilmu pengetahuan akan mengungkapkan bahwa 
terjadinya siang dan malam itu karena perputaran bumi pada sumbunya.

    Itulah dua buah contoh tentang hal informasi yang disampaikan Al Quran 
mengenai bumi yang bergerak dan berputar dengan gaya bahasa sedemikian rupa 
sehingga tidak membingungkan masyarakat dahulu kala dan diterima pula oleh 
masyarakat sejak ilmu pengetahuan mengungkapkan tentang hal bumi bergerak dan 
berputar itu. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 8 Mei 1994
  [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/1994/05/126-pesan-pesan-yang-bersifat-teknis.html

Kirim email ke