Benarkah Benua Atlantis Yang Hilang Berada di Indonesia? Yesterday at
5:47pm
oleh Ahmad Yulden Erwin

Tak perlu terlalu serius membaca tulisan ini, anggaplah sebagai suatu
fiksi kalau anda tidak suka. Tapi, kalau anda mau serius dan sedikit
membuka pikiran terhadap berbagai kemungkinan, ya, silahkan saja."

Setelah berkonsultasi dengan "pakar" soal Atlantis dari Indonesia, saya
dapat jawaban sebagai berikut: "Ada banyak versi tentang Atlantis, Edgar
Cayce bilang bahwa Lemuria itu nama benuanya, dan Atlantis itu nama
negaranya (diperkirakan eksis 24.000 - 10.000 SM.)

"Negara Atlantis itu terbagi dalam beberapa daerah atau pulau atau kalau
sekarang istilahnya mungkin provinsi atau negara bagian. Daerah
kekuasaan Atlantis terbentang dari sebelah barat Amerika sekarang sampai
ke Indonesia. Atlantis menurut para ahli terkena bencana alam besar
paling sedikit 3 kali sehingga menenggelamkan negara itu.

"Jadi, kemungkinan besar Atlantis itu tenggelam tidak sekaligus, tetapi
perlahan-lahan, dan terakhir yang meluluh lantakkan negara itu terjadi
sekitar tahun 10.000 SM. Pada masa itu es di kutub mencair dan
menenggelamkan negara itu. Terjadi banjir besar yang dahsyat, dan
penduduk Atlantis pun mengungsi ke dataran-dataran yang lebih tinggi
yang tidak tenggelam oleh bencana tersebut. Itulah sebabnya di beberapa
kebudayaan mulai dari timur sampai barat, terdapat mitos-mitos yang
sejenis dengan kisah perahu Nabi Nuh.

"Kemungkinan besar karena memang mereka berasal dari satu kebudayaan dan
tempat yang sama. Mereka mengungsi ke daerah yang sekarang kita kenal
dengan Amerika, India, Eropa, Australia, Cina, dan Timur Tengah. Mereka
membawa ilmu pengetahuan-teknologi dan kebudayaan Atlantis ke daerah
yang baru."

Di kalangan para Spiritualis, termasuk Madame Blavitszki -- pendiri
Teosofi -- yang mengklaim bahwa ajarannya berasal dari seorang "bijak"
berasal dari benua Lemuria di India, Atlantis ini lebih dikenal dengan
nama benuanya, yaitu Lemuria. Di dalam kebudayaan Lemuria,
spiritualitasnya didasari oleh sifat feminin, atau mereka lebih memuja
para dewi sebagai simbol energi feminin, ketimbang memuja para dewa
sebagai simbol energi maskulin.

Hal ini cocok dengan spiritualitas di Indonesia yang pada dasarnya
memuja dewi atau energi feminin, seperti Dwi Sri dan Nyi Roro Kidul (di
Jawa) atau Bunda Kanduang (di Sumatera Barat, Bunda Kanduang dianggap
sebagai simbol dari nilai-nilai moral dan Ketuhanan). Bahkan di Aceh
pada masa lalu yang dikenal sebagai Serambi Mekkah pernah dipimpin 5
kali oleh Sultana (raja perempuan) sebelum masuk pengaruh kebudayaan
dari Arab yang sangat maskulin. Sebelum itu di kerajaan Kalingga, di
daerah Jawa Barat sekarang, pernah dipimpin oleh Ratu Sima yang terkenal
sangat bijak dan adil. Di dalam kebudayaan lain, kita sangat jarang
mendengar bahwa penguasa tertinggi (baik spiritual atau politik adalah
perempuan), kecuali di daerah yang sekarang disebut sebagai Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Setelah masa Atlantis (Lemuria) ada 5 ras yang berkuasa, yaitu: kulit
kuning, merah, coklat, hitam, dan pucat. Pada masa itu kebudayaan yang
menonjol adalah kulit merah, jadi kemungkinan besar kebudayaan
Indian/Aztec/Maya juga berasal dari Atlantis. Tetapi, kemudian
kebudayaan itu mengalami kemunduran dan selanjutnya kebudayaan kulit
hitam/coklat di India yang mulai menguasai dunia. Inilah kemungkinan
besar jaman kejayaan yang kemudian dikenal menjadi Epos Ramayana (7000
tahun lalu) dan Epos Mahabarata (5000 tahun lalu). Tetapi, kemudian
kebudayaan ini pun hancur setelah terjadi perang Baratayuda yang amat
dahsyat itu, kemungkinan perang itu menggunakan teknologi laser dan
nuklir (sisa radiasi nuklir di daerah yang diduga sebagai padang
Kurusetra sampai saat ini masih bisa dideteksi cukup kuat).

Selanjutnya, kebudayaan itu mulai menyebar ke Mesir, Mesopotamia (Timur
Tengah), Cina, hingga ke masa sekarang. Kemungkinan besar setelah perang
Baratayuda yang meluluhlantakkan peradaban dunia waktu itu, ilmu
pengetahuan dan teknologi (baik spiritual maupun material) tak lagi
disebarkan secara luas, tetapi tersimpan hanya pada sebagian kecil
kelompok esoteris yang ada di Mesir, India Selatan, Tibet, Cina,
Indonesia (khususnya Jawa) dan Yahudi. Ilmu Rahasia ini sering disebut
sebagai "Alkimia", yaitu ilmu yang bisa mengubah tembaga menjadi emas
(ini hanyalah simbol yang hendak mengungkapkan betapa berharganya ilmu
ini, namun juga sangat berbahaya jika manusia tidak mengimbanginya
dengan kebijakan spiritual)

Kelompok-kelompok esoteris ini mulai menyadari bahwa mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi saja, tanpa mengembangkan kebajikan spiritual,
akan sangat berbahaya bagi peradaban dunia. Itulah sebabnya
kelompok-kelompok esoteris ini memulai kerjanya dengan mengembangkan
ilmu spiritual seperti tantra, yoga, dan meditasi (tentu saja dengan
berbagai versi) untuk meningkatkan Kesadaran dan menumbuhkan Kasih dalam
diri manusia. Ajaran-ajaran spiritual inilah yang kemudian menjadi dasar
dari berbagai agama di dunia. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
disimpan dahulu dan hanya diajarkan kepada orang-orang yang dianggap
telah mampu mengembangkan Kesadaran dan Kasih dalam dirinya.

Tetapi, manusia memang mahluk paling ironik dari berbagai spesies yang
ada di bumi. Berabad kemudian, ilmu spiritual ini justru berkembang
menjadi agama formal yang bahkan menjadi kekuatan politik. Agama justru
berkembang menjadi pusat konflik dan pertikaian di mana-mana. Sungguh
ironik, ilmu yang tadinya dimaksudkan untuk mencegah konflik, justru
menjadi pusat konflik selama berabad-abad. Tapi, itu bukan salah agama,
tetapi para pengikut ajaran agama itulah yang tidak siap untuk memasuki
inti agama: spiritualitas.

Pada masa abad pertengahan di Eropa, masa Aufklarung dan Renaissance,
kelompok-kelompok esoteris ini mulai bergerak lagi. Kali ini mereka
mulai menggunakan media yang satunya lagi -- ilmu pengetahuan dan
teknologi -- untuk mengantisipasi perkembangan agama yang sudah
cenderung menjadi alat politis dan sumber konflik antar bangsa dan
peradaban. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang selama ini disimpan mulai
diajarkan secara lebih luas. Kita mengenal tokoh-tokoh seperti Leonardo
Da Vinci, Dante Alegheri, Copernicus, Galelio Galilae, Bruno, Leibniz,
Honore de Balzac, Descartes, Charles Darwin bahkan sampai ke Albert
Einstein, T.S. Elliot, dan Carl Gustave Jung adalah tokoh-tokoh ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni modern yang berhubungan -- kalau tidak
bisa dikatakan dididik -- oleh kelompok-kelompok esoteris ini.

Tetapi, sejarah ironik kembali berkembang, kebudayaan dunia saat ini
menjadi sangat materialistis. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang
seharusnya digunakan untuk "menyamankan" kehidupan sehari-hari manusia,
sehingga manusia punya lebih banyak waktu untuk mengembangkan potensi
spiritualitas di dalam dirinya, justru menjadi sumber pertikaian dan
alat politik. Konflik terjadi di mana-mana. Ribuan senjata nuklir yang
kekuatannya 10 - 100 kali lebih kuat dari bom yang dijatuhkan di
Hirosima dan Nagasaki pada tahun 1945, kini ada di bumi, dan dalam
hitungan detik siap meluluhlantakkan spesies di bumi.

Belum lagi eksploitasi secara membabi buta terhadap alam yang
menyebabkan kerusakan lingkungan dan pemanasan global di mana-mana.
Menurut para ahli, hutan di bumi saat ini dalam jangka seratus tahun
telah berkurang secara drastis tinggal 15%. Ini punya dampak pada
peningkatan efek rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global,
diperkirakan kalau manusia tidak secara bijak bertindak mengatasi
kerusakan lingkungan ini, maka 30 sampai 50 tahun lagi, sebagian besar
kota-kota di dunia akan tenggelam, termasuk New York City, Tokyo, Rio De
Jenero, dan Jakarta. Dan sejarah tenggelamnya negeri Atlantis akan
terulang kembali.

Jaman ini adalah jaman penentuan bagi kebudayaan "Lemuria" atau
"Atlantis" yang ada di bumi. Pada saat ini dua akar konflik, yaitu
"agama" dan "materialisme" telah bersekutu dan saling memanfaatkan satu
sama lain serta menyebarkan konflik di muka bumi. Agama menjadi
cenderung dogmatik, formalistik, fanatik, dan anti-human persis seperti
perkembangan agama di Eropa dan timur tengah sebelum masa Aufklarung.
Esensi agama, yaitu spiritualitas yang bertujuan untuk mengembangkan
Kesadaran dan Kasih dalam diri manusia, malah dihujat sebagai ajaran
sesat, bid'ah, syirik, dll. Agama justru bersekutu kembali dengan
pusat-pusat kekuasaan politik, terbukti pada saat ini begitu banyak
"partai-partai agama" yang berkuasa di berbagai negara, baik di negara
berkembang maupun di negara maju. Di sisi lain perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan pada paham materialisme juga
sudah terlanjur menguasai dunia. Persekutuan antara kaum agama dan
materialisme, atau "agama-materialistik" ini mulai menggejala di
mana-mana, berwujud dalam bentuk-bentuk teror yang mengancam dunia.

Sudah saatnya, para spiritualis di "Lemuria" mulai bersatu kembali.
Segala pertikaian remeh-temeh tentang materialisme-spiritualistik atau
spiritualisme-materialistik harus diselesaikan sekarang. Tugas yang
sangat penting tengah menanti, bukan tugas profetik, tetapi tugas yang
benar-benar menyangkut keberlangsungan eksistensi seluruh spesies di
"Lemuria", di bumi yang amat indah ini. Tugas ini tidak bisa dikerjakan
oleh satu dua orang Buddha atau Nabi atau Wali atau Resi atau Avatar
seperti pada masa lalu. Tetapi, seluruh "manusia-biasa" juga harus
terlibat di dalam tugas ini.

Jika hipotesis Prof. Santos*) memang benar, bahwa Atlantis pada masa
lalu itu berada di Indonesia, maka hal itu berarti kita yang tinggal di
sini punya tugas yang penting. Ini bukan suatu kebetulan. Kita yang
tinggal di Indonesia harus bangkit kembali, bangkit Kesadarannya,
bangkit Kasihnya, bangkit sains dan teknologinya untuk mengubah jalannya
sejarah Lemuria yang selama ini sudah salah arah.

Kejayaan masa lalu bukan hanya untuk dikenang, atau dibanggakan, tetapi
harus menjadi "energi-penggerak" kita untuk mengambil tanggung jawab dan
tugas demi kejayaan Indonesia dan keberlanjutan peradaban Lemuria
beserta seluruh spesies yang ada di bumi ini. Seperti kata Bapak Anand
Krishna, dalam bukunya yang bertajuk Indonesia Jaya, "Masa depanmu jauh
lebih indah dan jaya daripada masa lalumu, wahai putra-putri Indonesia!"

Indonesia Jaya!

ahmad yulden erwin

CATATAN:
*) Prof. Arysio Nunes Santos is a Nuclear Physicist with a Ph. D. in
Nuclear Physics and a Free-Docency in Physical-Chemistry. In the course
of his protracted professional career as a scientist, Prof. Santos also
worked as a geologist and climatologist, disciplines he came to master,
making substantial contributions to Ice Age Theory, particularly in what
concerns Catastrophism and the reality of the Flood, the cataclysm which
ultimately led to the demise of Atlantis-Eden.

Prof. Santos also wrote several other books and articles on Science and
Engineering, as well as on arcane subjects such as Symbolism, Alchemy,
the Holy Grail, Comparative Mythology and Religion, etc.. Pursuing these
studies with a multi-disciplinary approach based on both the Exact and
the Human Sciences, as well as the more traditional disciplines, the
author finally managed to discover Atlantis' true location; to prove
its identity with Eden and the other traditional Paradises, and to
reconstruct in detail the secret history of the Lost Continent described
by Plato and several other ancient sages.

A gifted amateur linguist, Prof. Santos masters several tongues,
including Greek, Latin, Sanskrit and Dravida, which are essential for
the understanding of the ancient myths on Paradise and its destruction
by the Universal Flood. This knowledge has enabled him to decipher
Etruscan and Pelasgian, the languages of the predecessors of the Greeks
and the Romans in the Mediterranean region. Prof. Santos traced these
languages back to Sanskrit and Dravida, establishing an ineluctable
connection with the East Indies, the true site of Atlantis.

Sumber: http://atlantis-lemuria-indonesia.blogspot.com/
<http://atlantis-lemuria-indonesia.blogspot.com/>
-------------------------------------------

sebagian tanggapan atas tulisan sdr. Ahmad

Nadia Siregar <http://www.facebook.com/s.php?k=100000080&id=1001520495> 
at 6:43pm February 6Kalo liat kebelakang,emang mungkin juga sih,bang.
Könsep atlantis adl indonesia skr ini jg dipakai E.S ITO dlm novelnya
Negara Kelima.

Putri Sarinande
<http://www.facebook.com/s.php?k=100000080&id=1262618312>  at 8:31pm
February 6Bang Yulden, bener tuh kata nadia siregar. baca ini malah jd
ingat Segitiga Bermuda dan apalah itu...
intinya, sains ada untuk mencerahkan, dan mitos untuk menakut-nakuti.
lhah agama? oh, untuk menebarkan L O V E, bukan hantem kromo (harusnya
sih. jd ingat demo protes berwujud barbar a.k.a. violence - lepas dari
pejabat DPR ntuh salah apa kagak... capek deh,,, kudu disediakan banyak
psikiater internasional...)

Hanggardityo Primatoro
<http://www.facebook.com/s.php?k=100000080&id=660814494>  at 8:43pm
February 6Seru juga Dongengnya Bang Ahmad.. Bisa dijadikan tandingan
film Lord of The Ring kalo digarap serius.. Hehehehe.. Btw, kalo ini
benar terjadi berarti teori evolusi Darwin yg mengatakan bahwa manusia
mulai eksis sekitar 15.000 tahun yg lampau telah terbantahkn donk..
Hehehehehe...

Srisetiowati Seiful
<http://www.facebook.com/s.php?k=100000080&id=739838019>  at 9:58pm
February 6Penggemar Edward Cayce juga rupanya... dan Madame Balvitski! 
It's time to "wake up"... I do agree with that... :p

Ahmad Yulden Erwin <http://www.facebook.com/profile.php?id=1365876242> 
at 10:29pm February 6Bung Hanggar yang baik, Stephen Hawking, ilmuwan
fisika toeritis terbesar abad ini pernah berkata dalam bukunya "Brief of
History Time": "Berpikirlah secara imajinatif." Maka lahirlah teorinya
tentang kosmologi kuantum, black hole, wram hole, baby universe -- yang
secara teoritis dan matematis sahih secara ilmiah, namun belum dapat
diuji secara empiris.

Al-Hallaj pernah juga berkata dalam kitab At-Tawasin: "Rahasia terbesar
dari Keilahian adalah rahasia imajinasi."

Fakta? Fiksi? Kadang-kadang sulit juga ditentukan batasnya di dalam
wilayah pikiran manusia. Atau mungkin semua ini hanya labirin di dalam
Semesta yang Sadar. "Aku menuruti prasangkaan (imajinasi) hamba-Ku,"
begitu Allah SWT pernah berfirman kepada Baginda Rasul Muhammad SAW.

So, mari kita berimajinasi untuk mencipta suatu FAKTA. :)

As-Salam.

Hanggardityo Primatoro
<http://www.facebook.com/s.php?k=100000080&id=660814494>  at 11:12pm
February 6Awesome!?.. Kalau teori Darwin terbantahkn berarti Manusia
ternyata diciptakan ya? Dan berarti terdapat kesamaan dongeng2 dari
masing2 tradisi negara.. Hmmm..

Dan ternyata peradaban manusia jauh lebih tua dari perkiraan kita?!

Tapi kenapa telah diketemukan Bahtera Nuh, dekat perbatasan dengan Uni
Sovyet dulu, dan peradaban Sumeria kuno yg ditenggelamkan ternyata
berumur 5000 tahun SM yg lampau..

Agak ga match Kisah Nuh dgn Hilangnya Atlantis 10.000 SM. However, it's
still great to dig in.. Hehehe.. Bang, cerita ini patut jadi kebanggaan
Indonesia dengan difilmkan sbg penghapus film saur sepuh yg uda jadul
amat.. Sekali2 Indonesia bikin film kolosal lagi, siapa tahu jadi
tandingannya Lord Of The Ring.. Hehehehe..

Mungkin menurut Bang Ahmad, mari mengembangkan Semesta.. Hahahaha..

Ambara Sugama <http://www.facebook.com/s.php?k=100000080&id=1142228646> 
at 11:27pm February 6Ini 'dongeng' yg bikin betah melek. Apalagi dikasi
link ya. Jadi makin penasaran deh.

Sy setuju banget dgn notes bang Erwin ini. Manusia memang ironis :
pintar dgn ipteknya, sekaligus bodoh krn diperkuda nafsunya dan tak mau
belajar dr masa lalu.Tenggelamnya Atlantis seharusnya jd pelajaran
berharga, bukan dongeng belaka.
Pemanansan global akibat penyelahgunaan iptek demi materialisme akan
membuat kita tenggelam pelan2..mirip2 Atlantis khan...?

Trims bang Erwin..
Saatnya  ke www.atlan.org, baca2 sekilas  artikel Prof Santos (lumayan
sblm punya duit utk beli bukunya)......

Erfen Gustiawan Suwangto
<http://www.facebook.com/s.php?k=100000080&id=1023848844>  at 11:31pm
February 6Hmmm,interesting&mysterious....













Kirim email ke