FPI Haramkan Pilih SBY
Selasa, 02 Juni 2009, 19:45:59 WIB

Laporan: Zul Sikumbang






 Jakarta, RMonline. Front Pembela Islam (FPI) tidak akan memilih SBY-Boediono 
dalam Pilpres 2009. 

“Haram bagi FPI untuk memilih SBY,” kata Sekjen FPI Ahmad Shobri Lubis pada 
RMonline, di Jakarta, Selasa (2/6). 

Alasannya, pertama, SBY sampai saat ini belum membubarkan Ahmadiyah. 

“SBY lebih senang mendengarkan orang asing, sehingga Ahmadiyah tidak 
dibubarkan,” lanjutnya. 

Alasan lainnya, pernyataan Ruhut Sitompul yang menyinggung SARA. 

Menurut Ahmad, ucapan jurubicara Partai Demokrat itu adalah bukti SBY terlalu 
mencintai Amerika Serikat. 

“Pernyataan Ruhut semakin mempertegas bahwa pemerintah Indonesia sangat, 
sangat, dan sangat mencintai Amerika Serikat. Indonesia menjadi budak Amerika 
Serikat,” ungkapnya. 

Ahmad melanjutkan, negara-negara Arab Timur Tengah lebih banyak membantu 
Indonesia daripada Amerika Serikat. 

Ahmad mengingatkan, saat Tsunami Aceh negara-negara Timur Tengah banyak 
memberikan bantuan kepada Indonesia. Bantuan yang diberikan bahkan lebih besar 
daripada bantuan Amerika Serikat. 

“Mereka, warga Arab yang ada di Indonesia, yang jumlahnya 6-7 juta itu akan 
berpikir ulang sebelum memilih SBY,” ucapnya. 

Ia menilai pernyataan Ruhut itu dalam rangka menghancurkan Islam. Ruhut secara 
tidak langsung menghujat Nabi Muhammad dan Al-Quran. 

“Untuk menghancurkan Islam dimulai dari anti Arab, barulah pada anti Islam,” 
tandas Ahmad dengan nada tinggi. [ald] 
 
 

Inilah Daftar Tuntutan Amerika Untuk SBY Bila Jadi Presiden 
Wildan Hasan 
 
Seorang mantan Menteri di era Pemerintahan pasca Soeharto, mengaku memperoleh 
banyak masukan dari beberapa orang yang selama ini menjadi anggota Tim Sukses 
SBY. Informasi itu menyangkut issue seputar keterlibatan Amerika Serikat 
dibelakang kenaikan SBY sebagai Presiden RI. Ternyata keterlibatan semacam 
AIPAC, Pentagon, NSC, China perantauan, dan para Lobbyist Indonesia di Kongres 
negara adidayaa itu tidak bohong 100 persen. Keterlibatan mereka memang ada, 
meski ditutup-tutupi oleh kedua belah pihak. 

Menurut mantan menteri yang hobbinya mancing itu, beberapa "tuntutan" negara 
adidaya itu memang masuk akal bagi kepentingan kapitalis globalnya. Dulu ketika 
dia masih menjabat di pemerintahan, daftar "keinginan" negara adidaya itu juga 
pernah disodorkan Presiden kepadanya yang menerima "pesan" itu melalui Dubes AS 
di Jakarta. Tapi kondisi dalam negeri yang saat itu sedang "chaos" akibat angin 
Reformasi yang berhembus kencang, sehingga beberapa bagian tuntutan itu tak 
semuanya bisa "dibayarkan" hingga dia keluar dari kabinet karena berubahnya 
pemerintahan saat itu. 

Menurut mantan menteri ini, mungkin saja AS masih menagih atas daftar 
tuntutannya yang belum kesampaian di negeri ini. "Nah, secara kebetulan pak SBY 
yang mau menerima "syarat" itu", katanya enteng. Apa saja sebenarnya yang 
diinginkan pihak Amerika untuk negeri kita saat ini?

Di bidang Ekonomi

Mantan Menteri itu mengatakan tuntutan negeri Paman Sam itu masih berkisar pada 
izin konsesi untuk tambang minyak dan gas bumi serta mineral lainnya. Misalnya 
saja izin konsesi untuk tambang tembaga dan emas di pulau Irian yang dikerjakan 
oleh PT Free Port. Mereka minta konsesi 100 thn untuk explorasi dan produksi, 
serta tambahan cakupan wilayah konsesi hingga mencapai 10 persen wilayah pulau 
kaya mineral itu. 

Sementara untuk minyak dan gas bumi, mereka minta jaminan yang sama untuk PT 
Caltex Indonesia di Riau, PT Exxon untuk Aceh serta perluasan konsesi tambang 
migas untuk perusahaan UNOCAL di Kalimantan dan lepas pantainya. Dan diizinkan 
pula perusahaan AS ini membuka konsesi baru di wilayah kepala burung pulau 
Irian yang kaya itu. 

Sementara untuk explorasi tambang gas terbesar di dunia, yaitu kepulauan 
Natuna, buah hasil kunjungan Presiden Clinton ke Jakarta beberapa tahun lalu, 
mereka juga prinsipnya meminta jaminan hukum dan kepastian yang membuat 
investasi mereka kelak di wilayah itu aman dari berbagai tuntutan rakyat 
Indonesia.

Untuk sektor diluar pertambangan, kepentingan ekonomi AS yang diangap penting 
di negeri ini adalah operasi Lembaga Keuangan dan Perbankan Internasionalnya. 
Kata pak mantan menteri itu, mereka meminta Bank Indonesia dan Depkeu 
mengizinkian pembukaan cabang-cabang yang lebih luas untuk operasi perbankan 
dan lembaga keuangan asing, termasuk pasar uang dan pasar modal, di semua 
ibukota propinsi dan kota-kota metropolis lainnya di Indonesia. Selama ini 
memang operasi bank-bank asing semacam Citibank, terbatas di Jakarta dan kota 
besar di Jawa saja seperti Bandung dan Surabaya.

Sementara itu mereka juga meminta SBY kelak lebih mempererat kerjasama ekonomi 
dengan teman lama yaitu IMF, WB dan forum APEC. Juga menyangkut kebijakan 
Pemerintah Indonesia ke depan yang menjamin terjadinya proses Liberasi Ekonomi 
yang lebih agresif dan sehat. Termasuk melanjutkan privatisasi BUMN seperti 
zaman pemerintahan Megawati. Dan diizinkannya pihak asing menguasai asset BUMN 
hingga 100 persen dalam 5-10 tahun ke depan. Pesanan yang terakhir ini, kata 
pak mantan menteri itu, lebih merupakan "pesanan" para China Hoakiao yang 
berjasa memberikan pendanaan kepada partai Demokrat. Mereka ini di koordinasi 
oleh BUMN Singapore yang selama ini rajin memborong asset-asset Pemerintah RI 
yang dilego Megawati melalui kementrian BUMN.

Bahkan atas titipan Singapore tampaknya, pihak AS minta agar diizinkannya 
'menyewa' dan 'mengexplorasi' beberapa pulau kecil yang tidak berpenghuni ke 
pihak asing dengan perlindungan hukum yang jelas. Juga ada tuntutan untuk 
diberikannya jaminan kebebasan oleh otoritas moneter Indonesia dalam proses 
transfer dana hasil keuntungan jaringan bisnis Internasional yang beroperasi 
disini tanpa ada lagi pembatasan jumlah dana yang keluar Indonesia. Dan untuk 
menjamin terlaksananya kebijakan ini, tak tanggung-tanggung mereka menitipkan 
sejumlah nama calon Menteri Ekonomi yang akan paham betul bagaimana kepentingan 
AS disini antara lain: Sri Mulyani, Marie Pangestu,Iwan Jaya Aziz, Dorojatun K 
Jakti, Baihaki Hakim, dan ECW Neloe.


Di bidang Militer dan Keamanan Regional

Informasi yang didapat pak Menteri menyebutkan bahwa Pemerintah AS, khususnya 
Pentagon, menginginkan Pemerintahan SBY kelak mendukung upaya AS dan negara 
sekutunya untuk melakukan internasionalisi selat Malaka dalam jangka waktu 2-3 
tahun ke depan. Sementara untuk dalam negeri, pihak AS tampaknya ingin sekali 
melihat reformasi juga terjadi secara prinsipiil dalam organisasi TNI. Mereka 
meminta Pemerintahan SBY mempelopori upaya penghapusan fungsi territorial TNI 
dalam kurun waktu 5 tahun pemerintahannya. Juga mereka mendesak agar kekuatan 
TNI-Laut yaitu armada timur dan barat dilebur dan dihapuskan menjadi komando 
utama saja yang berpusat di Jakarta.

Bagaimana dengan persenjataan TNI yang selama ini diboikot AS? Mereka meminta 
kepada Pemerintahan SBY kelak agar usaha modernisasi persenjataan TNI tetap 
mengacu pada sistem persenjataan negara adidaya itu. Mereka meminta pembelian 
senjata ex-AS dilakukan tidak langsung dan cukup senjata bekas pakai dari 
negara ketiga yaitu: Korsel, Taiwan dan Israel. Sementara itu mereka juga 
meminta Pemerintah SBY membentuk badan baru di bidang intelejen kepolisian 
(semacam FBI) dengan berintikan anggota Detasemen 88 yang sebelumnya telah 
dididik FBI untuk penanggulangan terrosime global.

Di bidang Politik dan Diplomasi

Mereka meminta agar Pelembagaan KPU dilakukan secara tetap untuk masa jabatan 5 
tahun yad, melalui mekanisme hukum yang tegas dan lebih kuat sehingga tak mudah 
di intervensi dan digoyang DPR. Sementara di bidang otonomi daerah, mereka juga 
mengusulkan revisi UU Otonomi Daerah yang menjamin tiap Propinsi di Indonesia 
bisa lebih luwes dalam berhubungan secara langsung dgn pihak luar negeri, 
terutama dalam arus modal, tanpa menunggu Jakarta. Mereka juga berkeinginan 
melalu revisi UU Otoda itu, kelak propinsi-propinsi diIndonesia bisa mandiri 
sehingga suatu saat nanti akan mengarahkan NKRI menjadi negara Federal. Di 
bidang kepartaian, mereka meminta SBY agar bisa memikirkan sistem Multi Partai 
yang ada sekarang ini mulai dibatasi sehingga tersisa sekitar 2-3 parpol saja 
di masa depan seperti di AS.

Dalam diplomasi Internasional, pihak AS minta bantuan Pemerintahan SBY sebagai 
negara berpenduduk muslim terbesar di dunia ikut aktif membantu kebijakan AS di 
Timur Tengah. Indonesia diminta untuk mendekati negeri-negeri Arab garis keras 
untuk bersikap moderat dan membantu Israel untuk merumuskan formula 
perdamainnya sendiri di Palestina. Indonesia diharapkan AS berperan aktif pula 
dalam kampanye melawan terrorisme internasional yang menjadikan Islam sebagai 
tameng.


Islam Fundamentalis dan Dunia Kampus

Sementara itu untuk mencegah munculnya Islam Fundamentalisme dalam pendidikan 
di ponpes-ponpes di seluruh Indonesia, mereka mendesak Pemerintahan SBY kelak 
memiliki kewenangan mengatur ponpes-ponpes itu seperti Departemen Pendidikan 
mengatur sekolah-sekolah swasta. Pengaturan dan intervensi Pemrintah itu 
meliputi sistem pembelajarannya dan terutama kurikulum. Dan untuk mengimbangi 
perkembangan paham fundamentalisme di Indonesia, mereka mendesak agar 
Pemerintahan SBY kelak mendorong tumbuh-berkembangnya kajian-kajian Keislaman 
Moderat semacam Lembaga Kajian yang ada di negara-negara maju saat ini. Mungkin 
yang mereka maksud adalah semacam Jaringan Islam Liberal (JIL) yang sudah 
mereka danai selama ini.

Bagaimana dengan dinamika kampus-kampus di Indonesia yang selama ini menjadi 
sumber perubahan di Republik ini? Ternyata Pemerintah AS berencana akan 
meyekolahkan ratusan pemuda Indonesia kembali setiap tahunnya seperti di masa 
lalu, dengan program bea siswa yang didanai oleh Deplu AS dan Lembaga Donasi 
lainnya di AS. Maksud program itu intinya agar mereka memiliki persepsi yang 
pas tentang Amerika Modern dewasa ini. Pihak AS juga sudah akan membuka 
pusat-pusat layanan Informasi di berbagai kampus di seluruh Indonesia (sebuah 
sudah di bangun AS di Univ. Muhammadiyah Malang tahun ini), menyangkut 
informasi seputar kehidupan bangsa Amerika. Hal sama akan mereka lakukan 
melalui badan penyiaran Internasional AS yaitu "Voice of America (VoA)" yang 
akan merintis lebih banyak lagi unit-unit siaran mereka di Indonesia dalam 
bentuk kerjasama dalam materi pemberitaan dan siaran untuk radio maupun 
televisi di sluruh Indonesia.

Sumber Forum.swaramuslim.net



 
http://wildanhasan.blogspot.com/2009/05/inilah-daftar-tuntutan-amerika-untuk.html


      

Reply via email to