Mas Ndoe, berikut ini tulisan sharing dr Mas Lilik, yg juga bisa dikontak di
FB: zamrud.kathulistiwa.

 

Pesan Leluhur

By: Lilik Subiyanto

Mas Sony, 

Ya. Begitulah, lepas benar tidaknya angka-angka tahun dan statistik. Tetapi
pesannya jelas. 
++
Sejarah para leluhur pepundhen bangsa kita dahulu juga tidak jauh berbeda,
kerajaan yang satu bertikai melawan kerajaan lain. Banyak hal bisa
dipolitisir, banyak hal bisa dijadikan instrumen dan banyak hal bisa menjadi
pembenar sikap dan tindakan. Dan sialnya, sebagian masih terwariskan sampai
hari ini dan terawat dengan baik. 
++
Awal penelusuran dan perjalanan spiritual persisnya kami mulai dengan "doa
rekonsiliasi trauma pascakematian" , yang telah menjadi amnesia kolektif
ratusan bahkan ribuan tahun. 
++
Setiap bertemu dengan "oknum" leluhur yang bersejarah pertikaian menonjol,
selain kita doakan agar bahagia dan sempurna atman-nya, kita mohon dengan
sangat agar berkenan saling memaafkan. 
++
Caranya, kita yang memintakan maaf atas nama pihak leluhur yang menjadi
rivalnya. Begitu pula sebaliknya. Sama seperti kalau kita nglobi antarteman
yang bertengkar atau jothakan itu, lho. 
++
Yaaa... tentu saja tidak mudah, dengan proses panjang, lama dan
berliku-liku. Kalau sudah mendapat konfirmasi positif, kita meminta
beliau-beliau berdoa bersama-sama kita, suatu doa syukur dan mohon berkat
untuk yang masih hidup. Tidak lupa mohon restu untuk meneruskan perjuangan
yang belum selesai, mewujudkan cita-cita yang tertunda. 
++
Cita-cita menterengnya: "menyambung benang sejarah keselamatan tak kunjung
putus" berisi perdamaian abadi dan kemakmuran berkelanjutan. 
++
Menurut informasi seorang "oknum" leluhur, pada hari perayaan Kenaikan
Tuhan: "sebagian sudah berbahagia; sebagian seharusnya sudah berbahagia,
tetapi masih ingin terus berkarya karena trunyuh dengan anak-cucu yang
bergandengan dalam pergulatan memperbaiki keadaan; sebagian memang masih
harus bersabar, melalui pemurnian di api pencucian". 
++
Kalangan yang paling terlupakan dan hampir tidak diperhatikan adalah: mereka
yang menjadi korban tidak sengaja, atau korban sia-sia. Jumlah
amaaaaaaattttt. .... buaaanyaaaaakkkkkkk . Yang tempo hari kulihat sendiri
sewaktu misa Kenaikan Tuhan, di sekitar altar dan lingkungan Gereja: sekian
ribu kali lipat jumlah umat yang menghadiri perayaan ekaristi di Gereja.
Belum lagi yang berduyun-duyun ikut berdoa rosario bulan Maria dan novena
Roh Kudus di sore harinya: wuaaalllaaaaahhhhhh ..... akeeeeheeeeee. ... 
++
Aku tidak tahu, dari mana saja mereka berdatangan. Tetapi dari sosok
penampilannya, seperti lintas bangsa dan lintas jaman, lintas ruang dan
waktu!!
++
Tak satupun disia-siakan oleh kerahiman Tuhan. Doa-doa kita tidak untuk
"meluluhkan hukumanTuhan" , tetapi menjadi penghiburan jiwa-jiwa dan
mempercepat terwujudnya pengharapan "karahayon langgeng" bagi "kang wus
sumare lan kang mrucut anglembara" serta, mudah-mudahan, untuk lebih
mudahnya kehidupan bagi yang masih berkelana dengan segala babak-belur dan
carut-marutnya.
++ 
Untuk yang satu ini, aku tidak peduli dianggap klenik. Anggap saja
teman-teman salah ucap, maunya bilang klinik: penyembuhan jiwa-jiwa
terlantar... .. dan tidak menyesal keluar dari novisiat: isih kebagian lahan
makarya. Pinjam ajakan Mas Sony, "Let's do the rest!!"
++ 
GBU - Lilik

======

 

Sekedar meneruskan,

 

Sony H Waluyo

 

* You are what you think about. Beware of your mind. 

 

Reply via email to