T = Dear Mas Leo,


Saya lagi muak nih sama 'atmosfir' sekarang yang dengan mudahnya orang
bicara/ menulis mohon maaf lahir-bathin (most of them very shallow to
me). Kenapa mereka bisa berpikir kalo segala kesalahan mereka terhadap
sesama manusia ataupun terhadap mahluk hidup lainnya bisa otomatis
terhapuskan simply karena mereka akan melakukan ibadah tertentu ?



J = Biarin aja, urusan orang.



T = Orang ini terpuruk Mas Leo, and the saddest part is, mereka sudah
merasa cukup ! I've been there and I know how it felt like, dulupun aku
pernah merasakan hidup as a 'hamba'. Menjalankan perintahNya, menjauhi
laranganNya. Sampai akhirnya saya menyadari, beberapa perintahNya
menyakiti perasaan orang yang berbeda, orang yang memilikiNya yang
berbeda, dengan satu set perintah dan larangan yang berbeda pula.



J = Kalau sudah sadar artinya bagus, and then ?



T = I'm also sick of reading comments from your notes di facebook yang mostly
isinya kopian dari textbook, ajakan untuk dialog lintas-agama, mencoba
untuk membenarkan, etc. 



J = Komentar di notes saya isinya "dialog" (dalam tanda kutip). 



Ini dialog di dalam diri orang itu sendiri. Kalau orangnya sudah sadar,
maka akan terlihat di tulisannya. Kalau orangnya masih terbutakan, itu
juga akan terlihat di tulisannya. Mereka melakukan dialog dengan diri
mereka sendiri saja, dengan persepsi (cara pandang) mereka sendiri.



Persepsi orang selalu bergerak dalam proses. Dari tidak oke menjadi
lebih oke. Dari lebih oke menjadi paling oke. Yg paling oke itu yg
tidak perduli lagi orang lain mau berpendapat apapun. Pendapat apapun
merupakan pendapat thok. Dan itu adanya di dalam pikiran orang lain,
dan bukan di dalam pikiran kita. Pikiran orang, persepsi orang, hidup
orang,... semuanya ada di luar diri kita. Dan tidak ada hubungannya
dengan kita.



So, apapun yg mau orang lain bilang tentang kita merupakan "milik"
(dalam tanda kutip). Milik orang itu sendiri dan bukan milik kita.
Kalau miliknya itu isinya pendapat klise, ya biar sajalah. Itu hidupnya
sendiri bukan ? Kalau ternyata pendapat klise itu nyaman bagi orangnya,
biar sajalah. Kalau orang itu tidak nyaman dengan pendapatnya sendiri,
dan akhirnya memaki-maki di notes saya, itupun sebaiknya dibiarkan
saja. Yg dia maki-maki adalah "saya" (dalam tanda kutip).



Tetapi apakah saya yg dia maki adalah saya sebagai saya sendiri ? Tentu
saja bukan. Yg dia maki adalah saya yg ada di dalam pikiran dia.
Persepsi dia sendiri saja. Dan tiap orang bisa mempersepsikan apapun
tentang diri saya. Itu termasuk HAM juga, namanya HAM Kebebasan
Berpikir.



Orang bebas berpikir apapun tentang saya dan mengekspresikannya melalui
ucapan dan tulisan, namanya HAM Kebebasan Berpendapat. Saya sama sekali
tidak keberatan karena saya tahu bahwa apapun yg orang pikir tentang
saya merupakan persepsi yg ada di dirinya. Jadi, seperti orang itu
melakukan "dialog" (dalam tanda kutip) dengan saya.



Pedahal yg dilakukannya cuma dialog antara orang itu dengan dirinya
sendiri. Orang itu berdialog dengan kesadaran di dirinya sendiri
menggunakan saya sebagai simbol. Seolah-olah saya yg diajak berbicara,
pedahal dia cuma berbicara dengan dirinya sendiri saja. Makanya bisa
ada komentar yg memuja-muji setinggi langit, bisa ada komentar yg
bernada misterius, seperti melecehkan tapi saya tahu sebenarnya
mengungkapkan kekaguman juga. Ada yg vulgar memaki seolah-olah saya
menginjak ekornya terus dan tidak saya lepaskan dari kemarin. 



Pedahal saya tidak merasa berdialog dengan siapapun. 



Mereka itu berdialog dengan "saya" yg ada di dalam imajinasi mereka.
Dan itu sah saja, valid saja. Sama saja seperti mereka melakukan
"dialog" (dalam tanda kutip) dengan Allah. 



Kita bisa puja-puji as well as memaki Allah bukan ? Pedahal Allah yg
kita puja-puji dan maki-maki itu cuma simbol saja, sesuatu yg kita
anggap ada, pedahal cuma merupakan figment dari imajinasi kita saja.
Proyeksi dari pikiran kita saja. Kita bisa proyeksikan sesuatu dari
pikiran kita dan kita sebut itu "Allah" yg lalu kita ajak berdialog.



Anda juga bisa memproyeksikan sesuatu di dalam pikiran anda ke suatu
obyek yg anda sebut "Mas Leo" (dalam tanda kutip). Pedahal itu cuma
proyeksi dari kesadaran anda yg bisa anda ajak berdialog dengan penuh
kagum ataupun anda caci maki. 



Allah seperti itu bagi anda. Saya juga seperti itu bagi anda. Allah dan saya 
adalah proyeksi dari pikiran anda saja.



T = Is it true Mas Leo, after 2012 there will be a world without religion ? 
Cause that would be heaven to me...



J = No, there will even be many more religions after 2012. 



Bahkan akan ada lebih banyak lagi agama setelah tahun 2012. Sekarang
saja agama sudah tidak terhitung banyaknya. Setiap orang sedikit banyak
memiliki agama pribadi, apa yg benar diyakini dan dijalaninya. Dan
agama pribadi ini tidak perlu di-syiarkan dan di-khotbahkan. Kita semua
memilikinya bukan ? Dan kita nabi as well as Allah dari agama pribadi
kita. Umatnya juga cuma satu, yaitu diri kita sendiri. Kita menjadi
Allah, nabi dan umat dari agama pribadi kita. 



Dan dari saat ke saat kita melakukan reformasi di dalam agama pribadi
kita. Kalau tadinya kita ikut cuap-cuap seperti radio rusak, maka
akhirnya kita akan mulai berpikir sendiri. In the end kita akan
mengambil kesimpulan bahwa memang benar segalanya merupakan buatan
pikiran kita saja. Buatan pikiran manusia.



Akhirnya kita akan menyadari juga setelah jatuh bangun puluhan tahun.
Kita akan menyadari bahwa ternyata Allah yg kita sembah itu cuma
figment dari imajinasi di diri manusia-manusia yg hidup sebelum kita.
Kita akan tahu dengan pasti karena Allah yg ada di dalam pikiran kita
juga cuma figment dari imajinasi kita saja. Ciptaan pikiran kita.



Segala asma Allah itu apa kalau bukan hasil olah pikir manusia ? Segala
syariat agama, haram halal, larangan dan kewajiban,... itu semua apa
kalau bukan hasil olah pikir manusia juga ? Dan Allah yg selalu namanya
dicantumkan ternyata memang cuma simbol dari sesuatu yg kita konsepkan
di dalam pikiran kita. 



Tetapi ini semuanya proses. Ada yg dalam usia belasan tahun sudah bisa
mencapai pengertian seperti itu, dan ada juga yg sudah puluhan tahun
mempraktekkan amal ibadah tetapi masih belum bisa melihat essensi dari
semuanya itu. Ada yg sampai mati percaya bahwa benar ada Allah, pedahal
itu cuma proyeksi dari pikiran kita saja. 



Yg mutlak dan abadi itu kesadaran di dalam diri kita dan bukan segala
macam ajaran agama dan Allah-nya. Tetapi untuk mencapai pengertian ini
tentu saja tidak instant. Dan kalau prosesnya harus dilalui melalui
acara caci maki, ya laluilah. Caci makilah orang-orang lain yg
berpendapat berbeda karena anda diajarkan untuk membela agama dengan
cara mencaci maki orang lain. Cara itu sah saja, namanya HAM juga. HAM
untuk mencaci-maki orang lain yg berbeda pendapat. Tetapi sebenarnya,
yg dicaci-maki bukanlah orang lain, melainkan bagian dari kesadaran di
diri orang itu sendiri. 



Ada bagian dari kesadarannya yg tahu bahwa agamanya itu seperti
rekayasa belaka. Tetapi orangnya diajar untuk tidak bertanya dan tidak
berpikir. Dan ketika ada orang lain yg memperlihatkan bahwa agamanya
itu ternyata benar rekayasa, maka orang itu merasa memiliki kesempatan
untuk meyakinkan dirinya sekali lagi. Caranya bisa dengan memaki.
Tetapi yg dimakinya sebenarnya cuma dirinya sendiri saja. Dirinya
sendiri yg meragukan ajaran agamanya.



Dan tahun-tahun akan berlalu sampai sedikit demi sedikit orangnya akan
menyadari bahwa apa yg dipraktekkan dan dipercayainya semasa muda
ternyata isapan jempol belaka. Amal dan ibadah kepada siapa ? Kepada
Allah ? ... Ini semua akhirnya akan disadarinya sebagai isapan jempol.
Tapi itu nanti. 



T = Trus mas, aren't you tired of being an online messiah ? Karena pola
pikir society di sini sangatlah 'Semit-Javanic'. Orang selalu mencari
something to worship or at least somebody to lead. Sehingga in case
something goes wrong, mereka bisa murtad/ mencaci pemimpinnya.



J = Am I an online messiah ?



As far as I know everybody is a messiah. You are a messiah too, an
almasih. Everybody reading this is a messiah. Kalau belum menyadarinya,
maka hal itu tidak akan membatalkan ke-messias-an dirinya. Even a
messiah needs time to realize his / her messiahship, ke-almasih-an
dirinya.



Almasih is Ratu Adil. Bukan Isa AS yg akan datang pada hari kiamat,
melainkan anda sendiri yg menyadari bahwa ternyata Isa AS itu diri anda
sendiri. Dan anda cuma bisa menyadarinya di sini dan saat ini saja.
Bukan di hari kiamat nanti melainkan di sini dan saat ini. Here and now.



T = Thanx Mas Leo, have a nice phony Ramadhan !





+



Leo

@ Komunitas Spiritual Indonesia 
<http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>.



Have a nice phony Ramadhan !


      New Email names for you! 
Get the Email name you&#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Reply via email to