Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun  kehidupan kolektif dengan substansi yang  
bervariasi seperti  keimanan,  ibadah ritual (spiritualisme),  karakter  
perorangan,  akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum  serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. 

Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal 
- Iman dan Ilmu.  Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu.

one liner  Seri 352
insya-Allah akan diposting hingga no.800
no.terakhir 904
*******************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
352. Khutbah Jum'at Tentang Pam Swakarsa

Ajaran Islam diklasifikasikan dalam tiga unsur: yang strategis, yaitu aqidah, 
yang taktis yaitu akhlaq dan yang operasional  yaitu hukum syari'ah. Supaya 
efektif, Khutbah Jum'at waktunya tidak boleh terlalu lama, paling lama sekitar 
20 menit. Untuk  itu seorang khatib walaupun materi khutbahnya mengandung 
ketiga unsur tersebut namun harus memilih penekanan atas salah satu di 
antaranya.

Generasi saya dan boleh jadi satu generasi sesudahnya tentu masih ingat materi 
Khutbah Jum'at di Masjid Raya oleh KH Muh.Danyal, adik A.M. Dg Miyala seorang 
pujangga di daerah ini yang tergolong dalam angkatan Pujangga Baru. KH Muh. 
Danyal kalau masih belum di atas mimbar raut mukanya masih biasa-biasa saja. 
Namun apabila di atas mimbar raut mukanya menampilkan  semangat yang tinggi, 
sorotan mata yang tajam. Nampak sekali tak ada yang ditakutinya selain Allah 
SWT. Materi khutbahnya yang diucapkan di samping dalam bahasa Al Quran, yang 
dijalinnya dalam 3 bahasa, yaitu: Indonesia, Bugis dan Makassar, bobotnya 
banyak-banyak mengenai yang operasional. Misalnya menyampaikan mengapa baru 
sekian di antara sekian banyak perkara yang belum diselesaikan pengadilan. 
Hasilnyapun ada, pengadilan meresponsnya, proses peradilan dipercepat.

Kalau dalam zaman tahun empat-puluhan, KH Muh.Danyal dan beberapa khatib yang 
lain melakukan kontrol sosial melalui Mimbar Jum'at, maka di zaman reformasi 
ini ada pula beberapa khatib bukan saja melakukan kontrol sosial melalui Mimbar 
Jum'at, melainkan mengkaunter pemberitaan mas media baik yang elektronika 
maupun yang grafika. Tepatnya memberikan perimbangan  terhadap informasi yang 
berat sebelah. Mimbar Jum'at berfungsi sebagai mas media. Inilah hal yang baru 
yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mas media yang melakukan kontrol sosial, 
dikontrol pula melalui Mimbar Jum'at. Seperti misalnya berita yang terlalu 
diekspos pada korban di pihak mahasiswa, kurang diekspos pada korban di pihak 
ABRI dan Pam Swakarsa. 

Harus diakui dengan jujur bahwa pemberitaan mas media sangat menyudutkan Pam 
Swakarsa yang anti komunis, sehingga seorang tokoh semacam Amin Rais bahkan 
terbius pula, dengan mengatakan supaya segenap para Pam Swakarsa kembali saja 
ke rumah masing-masing. Ini diakibatkan oleh pemberitaan yang mengekspos bambu 
runcing yang dipegang oleh beberapa orang Pam Swakarsa.

Beberapa Jum'at yang lalu di Masjid Syura, seorang khatib yang mengkhususkan 
diri pada materi yang operasional dalam khutbahnya mengkaunter dalam arti 
memberikan perimbangan berita mas media tentang Pam Swakarsa. Khatib ini 
mengatakan apa bedanya bambu runcing dengan batu dan bom molotov. Mengapa Amin 
Rais tidak pula menyuruh demonstran yang bersenjatakan batu  dan bom molotov 
itu pulang saja ke rumahnya masing-masing. Apabila kelompok yang bersenjatakan 
batu dan bom molotov itu  merasa berhak untuk menggagalkan SI MPR, lalu mengapa 
kelompok Pam Swakarsa yang umumnya dari Remaja Masjid (saya mempunyai daftar 
nama-nama Remaja yang dari Makassar ke Jakarta) itu tidak pernah digubris oleh 
mas media bahwa mereka Pam SwaKarsa  berhak pula mengambil sikap membela SI 
MPR, apakah  kelompok Pam Swakarsa itu warga negara kelas dua? Kelompok Pam 
Swakarsa berhasil  menggagalkan sidang tandingan kelompok radikal komunis di 
tugu prolkamasi, karena Pam Swakarsa lebih dahulu  menduduki lokasi itu. Bahkan 
korban yang tewas dari pihak Pam Swakarsa lebih banyak jumlahnya yaitu 7 orang. 
Mereka perlu  pula menjadi perhatian Kontrasnya Munir dan perlu pula diekspos 
oleh mas media. Anggota Pam Swakarsa yang tewas dibantai dengan kejam (saya 
punya rekamannya) itu yang sebagian terdiri atas para remaja dan pemuda masjid. 
Mereka juga termasuk pahlawan yang gugur dalam membela negara. 

Saya pikir benar juga sang khatib ini. Kalau saya tidak salah ingat pernah 
Menpen mengatakan bahwa pembentukan Pam Swakarsa ini didukung oleh 
undang-undang. Kemarin malam, yaitu malam Sabtu saya menyaksikan dalam tayangan 
TV dikemukakan tentang  Rakyat Terlatih menurut UU no.20, tahun 1982. Coba 
bayangkan, andaikata para demonstran yang radikal yang berupaya menggagalkan SI 
 MPR, yang belum tentu semuanya terdiri atas mahasiswa, dapat menerobos masuk 
menduduki dan menggagalkan SI MPR, maka Pemilu tahun  1999 tidak akan sampai 
terlaksana, demokrasi akan habis riwayatnya. Penanda-tangan komunike ke-17 
orang para benggolan dari Barnas, PUDI dan PDI Megawati, akan berhasil 
membentuk komite rakyat dan membentuk presidium yang  akan mengambil alih 
kekuasaan konstitusional dari pemerintahan Habibie. 

Tak terpikirkah ke-17 orang yang tersangka makar itu, bahwa Indonesia bukan 
Jakarta saja. Mereka tu ibarat keledai yang terantuk pada patok untuk kedua 
kalinya. Seruan untuk membentuk Dewan Revolusi di daerah-daerah yang 
dilontarkan oleh Gerakan 30 September 1965  (baca: komunis) tidak mendapat 
respons sama sekali. Mereka ke-17 orang yang ingin memebentuk komite  rakyat 
dan presidium itu tidak belajar dari kenyataan sejarah di Indonesia bahwa 
Indonesia itu bukan Jakarta. Boleh jadi  penanda-tangan komunike itu belajar 
dari sejarah pemberontakan Bolsyewik (baca: komunis) di Rusia yang berhasil 
dengan strategi, menguasai Moskow berarti menguasai seluruh imperium Czar 
Rusia. 

Jadi andaikata kelompok radikal dapat menembus barisan pagar betis penjaga 
keamanan dan dapat menggagalkan SI MPR, maka serta-merta kelompok 17 jadi 
membentuk komite rakyat dan presidium, maka daerah-daerah di luar awa tidakakan 
merespons dan  tidak akan mengakui komite rakyat dan presidium itu. Akibatnya 
Indonesia di luarJawa akan terpecah-pecah menjadi paling tidak negara bagian, 
bahkan akan terbentuk negara-negara tersendiri berdasarkan atas wilayah pulau 
ataupun kesatuan etnis. Sedangkan di Jawa akan timbul khaos yang berakhirkan 
revolusi sosial. AlhamduliLlah, SI MPR tidak sampai digagalkan, komite rakyat 
dan presidium tidak jadi terbentuk. Allah SWT masih melindungi bangsa Indonesia 
dari musibah terpecah-belah dan dari  musibah khaos dan revolusi sosial.

Kembali pada sejumlah khatib yang mengkhususkan diri pada materi yang 
operasional, supaya meneruskan mengambil bagian khusus  tersebut, mengontrol 
para pengontrol sosial:  
-- W  TWASHWA BALHQ  (S.AL'ASHR, 100:3) dibaca: 
-- watawa-saw bilhaqqi, artinya:
-- informasikanlah wasiat di atas kebenaran (100:3).

Mulai Seri 349 penulisan ayat-ayat Al Quran ditrans-literasikan secara huruf 
demi huruf demi pertimbangan keotentikan,  kemudian disusul cara  membacanya, 
terakhir baru artinya. Ini atas saran para pakar dosen senior IAIN. 

Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 13 Desember 1998
     [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/1998/12/352-khutbah-jumat-tentang-pam-swakarsa.html

Kirim email ke