Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun  kehidupan kolektif dengan substansi yang  
bervariasi seperti  keimanan,  ibadah ritual (spiritualisme),  karakter  
perorangan,  akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum  serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. 

Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal 
- Iman dan Ilmu.  Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu.

one liner  Seri 368
insya-Allah akan diposting hingga no.800
no.terakhir 915
*******************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
368. Kenangan-Kenangan Bagi Almarhum H.M. Dg Patompo'

-- ANA LLH WANA ALYH RJ'AWN (S. ALBQRT, 2:156), dibaca: inna- lilla-hi wainna- 
ilayhi ra-ji'u-n, sesungguhnya kita kepunyaan Allah dan sesungguhnya kita akan 
kembali kepadaNya.

Pada waktu autobiografi almarhum H.M. Dg Patompo' sementara dalam persiapannya 
yang diketuai oleh Drs A. Razak Mattaliu', saya diminta oleh panitia penyusun 
untuk menggoreskan sepatah dua patah kata sebagai salah seorang sahabat 
almarhum. Berikut adalah goresan yang diminta oleh panitia penyusun 
autobiografi tersebut.

Almarhum adalah salah seorang dari trio pendiri IMMIM dan pengambil inisiatif 
MTQ. Seperti diketahui tahun 1963 PKI sedang sengit-sengitnya meluaskan 
pengaruhnya di seluruh Indonesia dengan membonceng, memanfaatkan Presiden 
Soekarno yang mempunyai visi membanting stir ke kiri, yang berakhir dengan 
perebutan kekuasaan oleh PKI pada 30 September 1965. Tahun 1963 itu mas-media 
mengalami sensor, berda'awah di mana-mana selalu diikuti oleh kaki-tangan 
Subandrio yang telah menahan tokoh-tokoh Islam di Jakarta seperti antara lain: 
H.A.Malik Karim Amrullah, Muhammad Natsir, Syafruddin Prawira Negara, Yusuf 
Wibisono, Moh. Rum, Burhanuddin Harahap serta banyak yang lain. Suasana 
mencekam ini terasa di seluruh Indonesia, tidak terkecuali di Makassar. 
Tokoh-tokoh Islam di Makassar tidak tinggal diam untuk berupaya melawan tekanan 
yang kian memojokkan dari PKI itu, dengan mengambil strategi Mina lMasjid Ilay 
lMasjid, dari masjid ke masjid, back to masjid, berbenteng masjid.

Atas prakarsa trio H.M. Dg.Patompo', H.Fadeli Luran dan Andi Baso' Amir dalam 
bulan Ramdhan 1383 H. berkumpullah sekitar 50 tokoh Islam, utusan dari sejumlah 
masjid dan Mushalla di Makassar di rumah almarhum Andi Baso' Amir. Maksud 
pertemuan itu ialah merembukkan kemungkinan terwujudnya masjid sebagai benteng 
pertahanan ummat Islam di Makassar, sebagai upaya strategis melancarkan 
serangan balik (counter attact) melawan PKI. Perembukan Ramadhan itu membuahkan 
hasil dengan terbentuknya lembaga Perjuangan Ummat Islam di Makassar yang 
berbenteng masjid pada 16 Syawal 1383, 1 Januari 1964, yaitu sebuah organisasi 
yang beranggotakan masjid diberi bernama IKATAN MASDJID MUSHALLA INDONESIA 
MAKASSAR, disingkat IMMIM. Oleh karena organisasi yang beranggotakan masjid ini 
dalam kurun waktu selanjutnya melebarkan sayap ke luar daerah Kotapradja 
Makassar, yaitu ke Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku dan 
Irian Jaya, maka dalam Musyker I yang bertempat di Markas KAMI tgl 25 s/d 29 
Juli 1966 disepakati mengubah nama IMMIM menjadi IKATAN MASJID MUSHALLA 
INDONESIA MUTTAHIDAH. IMMIM dalam nama yang lama dan nama yang baru diketuai 
oleh almarhum H.Fadeli Luran selama hayat beliau.

Almarhum sebagai walikota Makassar peride I, adalah pengambil inisiatif 
melembagakan perlombaan membaca Kitab Suci Al Quran, yaitu lembaga Musabaqah 
TilawatilQuran (MTQ), yang kemudian hari lembaga MTQ ini terangkat menjadi 
lembaga yang bertaraf Nasional. Adapun MTQ yang pertama terhitung mulai dari 
MTQ yang diprakarsai oleh almarhum.

Almarhum sebagai walikota adalah pendiri komplex pemukiman Ujungpandang Baru 
(PKUB). Almarhum sebagai walikota mempunyai cara yang khas untuk mempromosikan 
KPUB yang dibanguni rumah-rumah permanen dan rumah tumbuh. Kalau Datoka 
Ripa'gentungan menyulut rokoknya pada kilat (ri kila' tabebea), memanfaatkan 
kesempatan yang lowong walaupun hanya sesaat, maka almarhum juga melihat dan 
mempergunakan lowongan sesaat untuk mempromosikan KPUB. Kesempatan sesaat itu 
dilihat beliau tatkala kami bertiga, Drs A.Rahman Rahim (sekarang Prof DR 
H.A.Rahman Rahim), Drs Husen Abas (sekarang Prof DR Husen Abas) dan saya 
sendiri menandatangani kontrak jual-beli secara menyicil masing-masing sebuah 
rumah permanen di KPUB. Almarhum sebagai walikota Makassar mengontak rektor 
Unhas, yang pada waktu itu Let.Kol. DR Mr Muh.Nazir Said (yang juga sudah 
almarhum), untuk membarter mobil ROBUR Unhas dengan sejumlah (saya sudah lupa 
jumlahnya yang tepat) rumah guna dihuni oleh para dosen Unhas. Dalam 
hubungannya dengan itu Drs A. Rahman Rahim dan saya sendiri ditunjuk oleh 
rektor Unhas menjadi Panitia Inti. Barter ROBUR dengan RUMAH itu menjadi pemicu 
bagi masyarakat selain wartawan dan dosen untuk datang bermukim di komplex yang 
baru itu. Sebelum para dosen bermukim di komplex tersebut, telah dihuni pula 
secara nyata dan teoritis oleh sejumlah kecil wartawan. Yang dimaksudkan secara 
nyata yaitu betul-betul pindah, seingat saya Ramiz Parenrengi (diangkat sebagai 
ketua suku oleh para pemukim wartawan dan dosen), A.Rahman Arge (sebagai 
komandan upacara dengan aba-aba yang diikuti komentar seenaknya, seperti 
setelah mengucapkan aba-aba (ber)siap ditambah dengan komentar suara kecil, 
jari angngapaminjo siap ngasemmi taua), Masyhudul Haq R.Sanggu, kepala keamanan 
yang cukup berani, (waktu itu KUP masih daerah pinggiran yang rawan), almarhum 
Arsal Al Habsyi dan almarhum Djamaluddin Latif. Yang saya maksud dengan pemukim 
teoritis, yaitu hanya nama saja, orangnya tidak. Saya tidak usah dan tidak 
perlu menyebutkan namanya. Untuk sampai ke KPUB harus melalui jalur utara, 
yaitu Pannampu' ke Timur menempuh jalan berlumpur. Ada satu hal yang saya lihat 
bagaimana H.M. Dg.Patompo' berpikiran praktis, yaitu dengan anggaran hanya 
untuk 50% dapat ditingkatkan hasilnya menjadi 100%. Jalan Pongtiku, jalur 
selatan untuk ke KPUB yang kemampuan anggrannya hanya separuh jarak, dapat 
mencapai jarak sepenuhnya ke KPUB dengan hanya mengaspal setengah lebar jalan. 
Memakai cepereq (kali-kalian) 2 = 4 x 1/2, anggaran untuk 2 km menjadi 4 km 
dengan setengah lebar.

Terkadang antara pemukim KPUB mengadakan kongkow dengan almarhum. Walaupun 
pertemuan itu bersifat tidak resmi, kalau kita menagih janji-janji beliau, 
mengapa air belum masuk, listrik belum ada. Lalu apa jawab almarhum? "Janji itu 
sudah acting, kalau menepati janji over acting, saya segan over acting". Maka 
meledaklah gelak ketawa yang segar. Sewaktu ada yang mengatakan (saya sudah 
lupa siapa penanya tsb): "Pak Patompo' itu Ali Sadikinnya Makassar", maka 
almarhum membantah: Oh, itu tidak betul, Ali Sadikin Patompo'nya Jakarta". 
Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 11 April 1999
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/1999/04/368-kenangan-kenangan-bagi-almarhum-hm.html

Reply via email to