Mbah Wal,
betul itu...emang susah... klo udah pake kacamata kuda perang maunya perang
mulu... hahahha...

salam,
sonyhw


On 6/20/10, Wal Suparmo <wal.supa...@yahoo.com> wrote:
>
>
>
>   Salam,
> Teori agamanya setinggi langit, prakteknya serendah comberan.Tetapi karena
> sudah kena cuci otak ala komunis sedari dalam kandungan oleh orang tua dan
> lingkungan.Semua DILIHAT DENGAN KACA MATA KUDA (  seperti perktaannya
> sendiri)..
>
> Wasalam,
> Wal Suparmo
>
> --- Pada *Ming, 20/6/10, H. M. Nur Abdurahman <
> mnur.abdurrah...@yahoo.co.id>* menulis:
>
>
>
> Dari: H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id>
> Judul: [Mayapada Prana] Seri 394
> Kepada: mayapadaprana@yahoogroups.com
> Tanggal: Minggu, 20 Juni, 2010, 10:32 AM
>
>
>  *Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan
> akhlaq, meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik
> kehidupan nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi
> yang bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme) , karakter
> perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah
> non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi,
> administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban
> warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum
> yang teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan
> perdata-pidana, damai-perang, nasional-internasio nal, pranata subsistem
> peradilan dan apresiasi hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam
> masyarakat yang berakhlaq. Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya
> ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi
> akal , dan Iman memayungi ilmu.
>
> one liner Seri 394
> insya-Allah akan diposting hingga no.800
> no.terakhir 928
> ************ ********* ********* ********* ********* ********* ********* *
>
> BISMILLA-HIRRAHMA- NIRRAHIYM
>
> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar
> 394. Pengamat Politik dan Pemain Politik
>
> Fakhri Ali dalam diskusi yang ditayangkan RCTI mengenai Pidato Pertanggung-
> jawaban Presiden Habibie mengatakan bahwa banyak orang sekarang asal yang
> datang dari Pak Habibie ditolak dahulu, kemudian baru dicari-cari alasannya.
> Sri Mulyani tersinggung, walaupun ucapan Fakhri itu benar, tetapi pahit
> dirasa oleh Sri Mulyani yang disindir oleh Umar Juaro sebagai bakal Menteri
> Keuangan jika andaikata Megawati menang. Apa yang dikatakan oleh Fakhri Ali
> itu secara substansial sama dengan judul Seri 392: The Singer Not the Song.
> Kalau pemain politik menganut prinsip tolak dahulu kemudian cari alasan
> masih dapat difahami, walaupun secara etika tidak terpuji. Namun apabila
> yang menganut prinsip tolak dahulu baru mencari-cari alasan bukan pemain
> politik melainkan pemain ilmu seperti Sri Mulyani, Rizal Ramli, Syahrir, AS
> Hikam dan orang-orang LIPI yang dijuru-bicarai oleh Pabottingi yang
> menyerukan menolak pertanggung- jawaban Presiden Habibie sebelum
> pertanggung- jawaban itu dikemukakan, maka mereka itu telah melanggar nilai
> yang esensial dalam dunia ilmu. Lebih baik orang-orang yang disebut namanya
> tersebut mengikuti jejak Faisal Basri, Pak Amin Rais dll meninggalkan dunia
> ilmu pengetahuan, berhenti menjadi pengamat politik, lalu terjun ke dalam
> kacah politik sebagai pemain poltik.
>
> Ada pepatah yang mengatakan untuk melempar orang mudah didapatkan batu. Hal
> ini tidak berlaku bagi yang berdemonstrasi secara damai, oleh karena di
> jalan-jalan raya di kota-kota sukar didapatkan batu. Jadi kalau para
> demonstran yang melempar petugas keamanan dengan batu, berarti batu itu
> dicari dan dikumpul terlebih dahulu. Itu berarti maksudnya yang semula
> memang bukan untuk berdemonstrasi secara damai, apa pula jika telah
> menyediakan botol berminyak tanah. Bagi Sri Mulyani batu yang dipakai
> melempar itu berwujud ucapan yang mengatakan utang yang ditumpuk sebagai
> harga menurunkan inflasi dan menaikkan rupiah baru akan terbayar dalam waktu
> lebih seratus tahun, yang katanya menurut matematika Habibie. Itu bukan
> matematika Habibie, melainkan matematika khas Sri Mulyani, yaitu matematika
> kuda bendi. Mata kuda bendi hanya dapat melihat satu arah, yang dalam
> konteks matematika khas Sri Mulyani, hanya melihat ke arah privatisasi BUMN.
> Sangatlah naif, ibarat pandangan kuda bendi, jika untuk membayar utang itu
> hanya mengandalkan privatisasi BUMN. Masih banyak sumber lain yang dapat
> dipakai untuk membayar hutang, lebih-lebih jika industri sudah marak
> kembali. Di zaman Orde Lama utang itu sukar dibayar, karena dana itu dipakai
> untuk keperluan yang konsumtif, bukan yang produktif. Batu pelempar Abimanyu
> berupa koreksi data dalam pidato pertanggung- jawaban Presiden Habibie
> mengenai dana rekapitalisasi perbankan sejumlah tiga ratus sekian triliyun.
> Menurut Abimanyu seharusnya lima ratus sekian triliyun. Batu pelempar
> Abimanyu itu dijadikan bola besi oleh Sri Mulyani dengan menuduh ada apa
> gerangan dibalik upaya menyembunyikan jumlah uang dua ratus triliyun
> tesebut. Batu pelempar Abimanyu yang dijadikan bola besi oleh Sri Mulyani
> tersebut luluh lantak menjadi abu setelah Menteri Keuangan mengatakan bahwa
> yang mengatakan lima ratus sekian triliyun itu tidak tahu membaca. Jumlah
> yang tiga ratus sekian triliyun dalam pidato pertanggung- jawaban tersebut,
> benar tidak salah, yaitu dana rekapitalisasi tok. Sedangkan yang lima ratus
> sekian triliyun itu adalah dana rekapitalisasi ditambah dengan uang jaminan.
> Ini adalah cerita tentang pengamat politik, pengamat ekonomi yang telah
> meninggalkan nilai esensial dalam ilmu pengetahuan, yaitu bersih dari sikap
> prejudice.
>
> Sekarang kita beralih kepada pembicaraan tentang para pemain politik. Kita
> mulai dahulu dengan juru bicara fraksi PDIP dalam memberi sanggahan terhadap
> pidato pertanggung- jawaban Presiden Habibie. Prinsip tolak dahulu baru
> mencari alasan dipakai di sini, buktinya jauh-jauh sebelumnya sudah
> dilontarkan akan menolak pidato pertanggung- jawaban tersebut. Prinsip ini
> dipakai pula oleh dua fraksi lain yang menolak yaitu fraksi PKB dan KKI.
> Namun yang sangat disesalkan ialah bentuk kalimat yang penuh gaya sarkasme,
> semangat kebencian dan penampilan juru-bicara PDIP yang vulgar menunjukkan
> akhlaq yang rendah dari penyusun sanggahan itu. Berbeda dengan gaya kedua
> fraksi yang lain yang menolak itu. Sikap keduanya tidak menunjukkan rasa
> kebencian, tidak bernuansa sarkasme, tidak vulgar. Yang lebih disesalkan
> lagi juru bicara fraksi PDIP tersebut membuka dengan salam ditambah dengan
> hamdalah serta salawat segala, yang sangat bertentangan dengan sarkasme,
> semangat kebencian, vulgar dan tidak berakhlaq itu. Inilah yang memancing
> haa, huu, haa itu, sedangkan Presiden Habibie kelihatannya senyum-senyum
> saja, tetap sabar. AN ALLH M'A ALSHBRYN, dibaca: InnaLla-ha ma'ash
> sha-biri-n, artinya: Sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang sabar.
> Yang paling simpatik ialah juru bicara dari fraksi PBB. Walla-hu a'lamu
> bishshawa-b.
>
> *** Makassar 17 Oktober 1999
>     [H.Muh.Nur Abdurrahman]
> **http://waii- hmna.blogspot. com/1999/ 10/394-pengamat- politik-dan-
> pemain-politik. html*
>
>
> 
>

Kirim email ke