Salam,
Terimakasih Daeng Matoa HMNA yang memberi informasi bahwa Nabi Mohammad 
saw ternyata menerima Firman Allah tidak langsung ,tetapi melalui perantaraan 
Malaikat Jibril (malaikat Yahudi Gibrael).Sehingga semua sekarang menjadi agak  
jelas dan lebnih bisa dimengerti bagi saya.

Wasalam,
Wal Suparmo

--- Pada Kam, 23/6/11, H. M. Nur Abdurrahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id> 
menulis:


Dari: H. M. Nur Abdurrahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id>
Judul: [Mayapada Prana] Seri 500
Kepada: mayapadaprana@yahoogroups.com
Tanggal: Kamis, 23 Juni, 2011, 12:48 PM


  




Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter 
perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua 
substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman 
dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu. 

one liner Seri 500
insya-Allah akan diposting hingga no.800 
no.terakhir 979
*******************************************************************
 
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
500. Sebab-Sebab Turunnya S alAn'am, Ayat 52
 
Demi keotentikan, sebagai pertanggung-jawaban kepada Allah SWT, dalam kolom ini 
setiap ayat Al Quran ditransliterasikan huruf demi huruf. Bila pembaca merasa 
"terusik" dengan transliterasi ini, tolong dilampaui, langsung ke cara 
membacanya saja. Dalam bulan suci Ramadhan ini elok kiranya para elit yang 
masih menganggap dirinya pemimpin bangsa merenung akan peristiwa penyebab 
turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu S. alAn'am, ayat 52. 
 
Dalam sebuah majelis (seat) Nabi Muhammad SAW berkumpul bersama para sahabat 
yang berpakaian lusuh, berjubah bulu yang kasar, pertanda mereka orang-orang 
miskin. Para sahabat dalam majelis itu hampir semuanya bekas budak-belian, 
namun mereka semuanya adalah Mujahidin sahabat senior Nabi Muhammad SAW, 
seperti Salman al-Farisi, Ammar bin Yasir, Bilal, Suhayb Khabab bin Al-Arat. 

Syahdan, masuklah serombongan bangsawan Quraisy yang baru masuk islam datang ke 
majelis Nabi. Ketika melihat orang-orang di sekitar Nabi Muhammad SAW, mereka 
mencibir dan menunjukkan kebenciannya. Mereka berkata kepada Nabi, "Kami 
mengusulkan kepadamu agar menyediakan majelis khusus bagi kami. Orang-orang 
Arab akan mengenal kemuliaan kita. Para utusan dari berbagai kabilah Arab akan 
datang menemuimu. Kami malu kalau mereka melihat kami duduk dengan budak-budak 
ini.Apabila kami datang menemuimu, jauhkanlah mereka dari kami. Apabila urusan 
kami sudah selesai, bolehlah anda duduk bersama mereka sesukamu."
 
Uyainah bin Hishn menegaskan lagi, "Bau Salman alFarisi menggangguku", Uyainah 
menyindir bau jubah bulu yang dipakai para sahabat Nabi yang miskin itu. 
"Buatlah majelis khusus bagi kami sehingga kami tidak berkumpul bersama mereka. 
Buat juga majelis bagi mereka sehingga mereka tidak berkumpul bersama kami."
 
Tiba-tiba turunlah malaikat Jibril AS menyampaikan Firman Allah: 
-- WLA TTHRD ALDZYN YD'AWN RBHM BALGHDWT WAL'ASYY YRYDWN WJHH MA 'ALYK MN 
HSABHM MN SYYa WMA MN HSABK 'ALYHM MN SYYa FTTHRD HM FTKWN MN ALZHALMYN (S. 
ALAN'AAM, 52), dibaca:  wala- tathrudil ladzi-na yad'u-na rabbahum bil ghada-ti 
wal 'asyiyyi yuri-du-na wajhahu- ma- 'alayka min hisa-bi him min syay.iw wama- 
min hisa-bika 'alayhim min syay.in fatathruda hum fataku-na minazh zha-limi-n, 
artinya: 
-- Dan janganlah kamu mengusir (hai para bangsawan Quraisy) orang-orang yang 
menyeru Maha Pemeliharanya di pagi hari dan di petang  hari, sedang mereka 
menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun 
terhadap perbuatan mereka (para sahabat miskin itu). Begitu pula mereka tidak 
memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu 
(merasa berhak) mengusir mereka, sehingga  kamu termasukorang-orang yang zalim 
(6:52). 
 
Nabi Muhammad saw setelah menerima wahyu itu dari malaikat Jibril AS, segera 
menyuruh para sahabat berbaju lusuh yang veteran senior itu duduk lebih dekat 
lagi sehingga lutut-lutut mereka merapat dengan lutut Rasulullah saw seraya 
menatap berkeliling kepada para sahabat miskin itu, kemudian bersabda: 
"Assalam'Alaikum." Salam Nabi Muhammad SAW yang ditujukan kepada para sahabat 
yang berjubah bulu kasar itu, merupakan jawaban tegas atas usul para pembesar 
Quraisy itu. Sejak itu, apabila kaum fukara ini berkumpul bersama Nabi, beliau 
tidak meninggalkan tempat sebelum orang-orang miskin itu pergi. Apabila beliau 
masuk ke majelis, beliau memilih duduk dalam kelompok mereka.
 
***
 
Pengungsi Afghanistan yang ada di Wisma Palar Bogor, tidak disenangi oleh 
rakyat Indonesia sekitarnya. Menurut para pengurus Wisma Palar, pengungsi dari 
Afghanistan itu rewel, sebab untuk mandi, mereka sering beralasan, airnya 
joroklah, tidak bisa tidur karena banyak nyamuklah, seprei yang dipasang tidak 
rapilah, yah ciri - ciri kelas tinggi, para elit yang kaya-kaya. Coba, mereka 
mampu membayar biaya pelarian dari Afghanistan dengan mengeluarkan biaya 
sekitar 5000 sampai 25000 US Dollar. 
 
Dengarlah apa kata Tetsu Nakamura, seorang dokter yang bertugas melayani 
kesehatan para pengungsi Afghanistan di Pakistan sebelum hancurnya WTC dan 
Pentagon: "The people most vocal in criticizing the Taliban are upper-class 
Afghans who have been deprived of their privileges. Afghan women speaking 
critically of the Taliban are dressed in shiny silk-like costumes, with large 
rings on their fingers."
 
Alhasil, para pengungsi Afghanistan yang di Bogor tersebut adalah "bangsawan 
Quraisynya" Afghanistan. Mereka membenci Thaliban miskin-miskin yang berpakaian 
lusuh itu seperti Uyainah bin Hishn mencibir dan menunjukkan kebenciannya 
kepada  Mujahidin miskin yang berjubah bulu kasar, sahabat senior Nabi Muhammad 
SAW. 
 
***
 
Arkian, hai para elit yang merasa pemimpin bangsa. Bukalah cermin di hati 
kalian itu. Tariklah nafas sejenak untuk berkaca ke dalam cermin itu. Apakah 
kamu sekalian hai yang merasa pemimpin bangsa, tidak sampai melihat dirimu 
dalam cermin itu seperti pembesar Quraisy yang terganggu dengan bau tubuh orang 
miskin?. Atau tidak sampai seperti "upper-class" Afghan refugees yang membenci 
Thaliban yang miskin-miskin berpakaian lusuh itu? Apakah dalam cermin itu masih 
sampai terlihat refleksi kota-kota yang selama ini mesti dibersihkan dari 
mereka, kaum fukara, kaum pinggiran? Atau masih sampai terlihat dalam cermin 
itu visi bahwa kota baru gemerlap bila mereka kaum marginal disingkirkan? Atau 
pemandangan baru indah bila rumah-rumah kumuh digusur? Renung, renungkanlah itu 
semuanya dalam bulan suci Ramadhan ini! WaLlahu a'lamu bishshawab.
 
*** Makassar, 18 November 2001
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2001/11/500-peristiwa-penyebab-turunnya-s.html
 
 




Kirim email ke