Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter 
perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua 
substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman 
dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu. 

one liner Seri 570
insya-Allah akan diposting hingga no.800 
no.terakhir 996
*******************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
570. Surah Al Baqarah, Ayat 62(#)

-- AN ALDZYN AMNWA WLDZYN HADWA WALNSHRY WALSHABaYN MN AMN BALLH WALYWM ALAKHR 
W'AML SHALhA FLHM AJRAN 'AND RBHM WLA KHWF 'LYHM WLAHM YhZNWN (S. ALBQRt, 62), 
dibaca: Innal ladziina aamanuw wal ladziina haaduu  wan nashaaraa wash 
shaabi.iina man aamana biLlaahi  wal yawmil aakhiri wa 'amila shaalihan falahum 
ajruhum 'inda Rabbihim wa laa khawfun 'alayhim wa laahum yahzanuun (s. al 
baqarah), artinya: 
-- Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi (haaduu), orang-orang 
Nashrani (nashaaraa), dan orang-orang Shaabi.iin, barang siapa beriman kepada 
Allah dan Hari Akhirat serta beramal shalih, maka untuk mereka pahala di sisi 
Rabbnya, tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tiada mereka berduka cita 
(2:62).

Siapa-siapa itu:
1. aamanuu
2. haaduu
3. nashaaraa
4. shaabi.iin.

1. Aamanuu, orang-orang beriman, ini menunjuk kepada ummat Nabi Muhammad SAW, 
yaitu iman yang dita'rifkan (didefinisikan) menurut Hadits (Shahih Bukhari), 
Rukun Iman: 1. Allah; 2. Malaikat-malaikatNya; 3. Kitab-KitabNya; 4. 
Rasul-RasulNya, 5. Hari Kemudian; 6. Qadha dan Qadar. 

2. Haaduu dibentuk oleh akar kata fi'il madhi [Ha, Alif, Dal] atau mashdar [Ha, 
Waw, Dal] artinya berpaling menuju kepada kebenaran, menuju kepada Allah, dapat 
pula berarti kembali perlahan-lahan kepada sesuatu. Kata Haaduu menunjuk kepada 
ummat Nabi Musa AS.

3. Nashaaraa dibentuk oleh akar kata [Nun, Shad, Ra] artinya menolong. 
Nashaaraa berarti penolong-penolong agama Allah. 
-- QAL MN ANSHARY ALA ALLH QAL ALhWARYWN NhN ANSHAR ALLH (S.AL 'AMRAN, 52), 
dibaca: qaala man anshaarii ilaLlaahi qaalal hawaariyyuuna nahnu anshaaruLlaahi 
(s. ali 'imra-n), artinya: 
-- Berkata ('Isa) siapa yang menolongku kepada Allah?, (sahabat-sahabat) 
hawariyyun berkata kami penolong (-mu kepada) Allah (3:52). 

Dapat pula kata itu terkait dengan kata Naasharah (Nazaret), suatu perkampungan 
tempat 'Isa bnu Maryam menempuh masa kecil beliau. Nashaaraa menunjuk kepada 
ummat Nabi 'Isa AS.

4. Shaabi.iin, Shabiah (Sabean) berasal dari bahasa Aramik ('Ibriyyah 
Al-Jadiydah), shaba'a. Padanan katanya dalam bahasa Arab adalah ta`ammada yang 
berarti pembabtisan dan penyucian diri dengan air. Shaabi.iin adalah agama yang 
dianut oleh Salman al Farisi RA sebelum masuk Islam. Salman al Farisi RA 
bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang nasib teman-temannya penganut 
Shaabi.iin.(##) Maka turunlah ayat (2:62). Shaabi.iin, dibentuk oleh akar kata 
[Shad, Ba, Alif], artinya meninggalkan. Shaabi.iin berarti orang-orang yang 
meninggalkan agama mereka untuk memeluk agama lain. Shaabi.iin menunjuk kepada 
sejenis sekte yang bermukim di semenanjung Arabia dan di negeri-negeri yang 
berbatasan dengannya. Maka Shaabi.iin adalah 
(1) kaum monotheist di Mesopotamia dengan menjadikan bintang-bintang sebagai 
perantara, 
(2) sebuah keyakinan yang berupa potongan-potongan dari agama Yahudi, Nashrani 
dan Zarathustra, 
(3) orang-orang yang bermukim dekat Mosul di Iraq yang monotheist, namun tidak 
mempunyai kitab dan syari'at, mereka berkeyakinan mengikuti agama yang 
dibawakan Nabi Nuh AS, 
(4) orang-orang yang sekarang bermukin sekitar Iraq Selatan yang beriman kepada 
semua Nabi-Nabi dan mempunyai cara bersembahyang dan puasa tersendiri,(###) 
(5) ada yang berpendapat mereka tergolong dalam Ahli Kitab. 

Kalau kita perhatikan sejarah, bahwa Raja Parsi Cyrus yang taat beragama 
Zarathustra, yang mengembalikan ke Palestina komunitas Bani Israil yang ditawan 
di Babilonia, maka saya lebih cenderung berpendapat bahwa Shaabi.iin adalah 
para penganut agama Zarathustra. Boleh jadi (mungkin ya atau tidak) Zarathustra 
ini seorang Nabi, hanya saja sulit untuk melacaknya, oleh karena Kitab Suci 
mereka, yaitu Gatha telah ikut terbakar semua tatkala Iskandar Raja Macedonia 
membakar habis ibu kota Kerajaan Parsi, yaitu Percepolis, sehingga Kitab Suci 
agama Zarathustra hanya berupa rekaman ingatan dari para pendetanya. Ada aliran 
agama Zarathustra di Amerika yang bersemboyan: "Kembali ke Gatha", mereka ini 
berkeyakinan Zatahustra tidak mengajarkan dua tuhan: Tuhan Terang Ahura Mazda 
(ormuzd) dan Tuhan Gelap, Angra Manyu (Ahriman). Zarathustra mengajarkan Satu 
Tuhan, yaitu Ahura Mazda menciptakan Angra Manyu, seperti Allah menciptakan 
iblis dalam agama Yahudi, Nashrani dan Islam. 

Maka makna potongan ayat: "barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat 
serta beramal shalih, untuk mereka pahala di sisi Rabbnya, tidak ada 
kekhawatiran atas mereka dan tiada mereka berduka cita", adalah dalam konteks 
para penganut agama-agama Yahudi, Nashrani dan Shaabi.iin pada zamannya Nabi 
mereka itu masing-masing, yaitu penganut agama Yahudi pada zaman rentang waktu 
dari Nabi Musa AS hingga Nabi 'Isa AS, penganut Nashrani pada rentang waktu 
dari Nabi 'Isa AS hingga Nabi Muhammad SAW dan penganut Shaabi.iin pada rentang 
waktu dari Nabi(?) Zarathustra hingga Nabi Muhammad SAW. Tegasnya ayat (2:63) 
tidak kena mengena dengan para penganut agama Yahudi, Kristen dan penganut 
Zaratshustra yang hidup setelah Nabi Muhammad SAW membawa Risalah.

Ayat (2:62) menekankan beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, oleh karena 
kenyataan sejarah mencatat bahwa ada sekelompok penganut agama Yahudi yang 
tidak percaya kepada hari akhirat, penganut agama Trinitarian Christian yang 
menyembah Jesus Kristus, dan umumnya penganut Zarathustra yang menyembah dua 
tuhan. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 13 April 2003
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2003/04/570-surah-al-baqarah-ayat-62.html
-------------------------------------
(#)
Ayat yang sama dengan ini S. Al-Maaidah, 5:69

(##)
Hadits ttg Salman al Farisi, asbabun nuzul S Albaqarah-62

Diriwayatkan Ibnu Jarir dari Mujahid bahwa Salman al-Farisi bertanya kepada 
Nabi saw tentang orang-orang Nasrani dan pandapat beliau tentang amal mereka. 
Beliau menjawab, "Mereka tidak mati dalam keadaan Islam." Salman berkata, "Bumi 
terasa gelap bagiku dan aku pun mengingat kesungguhan mereka." Lalu turunlah 
ayat ini. Setelah itu Rasulullah saw memanggil Salman seraya bersabda, "Ayat 
ini turun utuk para sahabatmu." Beliau kemudian bersabda, "Barang siapa yang 
mati dalam (agama) Isa, sebelum ia mendengar aku, kemudian dia mati, maka dia 
berada dalam khairi (kebaikan), dan barang siapa yang mendengar aku, kemudian 
LAM YUKMIN BIYYA=TIDAK BERIMAN KEPADAKU, maka ia celaka."

***

Diriwayatkan oleh al Wahidi dan al Tsa'labi dari al Kalbi dari Abi Shalih yang 
bersumber dsri Ibnu Abbas, dikemukakan bahwa Salman al Farisi bertanya kepada 
Nabi Muhammad SAW tentang penganut agama yang pernah ia anut bersama mereka.  
Maka turunlah ayat (2:62). 

***

Masih bersumber dari al Wahidi menurut jalur lain, dari Abdullah bin Katsir 
yang bersumber dari Mujahid dikemukakan bahwa ayat (2:62) turun berhubungan 
dengan teman-teman Salman al Farisi. Ini memberikan isyarat bahwa Shaabi.iin 
adalah agama yang dianut oleh orang Parsi. 

***

Mengenai HaaduW dan Nashaaraa dalam ayat (2:62) belum saya dapatkan sebab-sebab 
turunnya, namun menurut hemat saya itu terkait pada ayat: Wa qaalati lyahuwdu 
laysan Nashaaraa 'alaa syay.in wa qaalatin Nashaaraa laysati lyahuwdu 'alaa 
syay.in wahum yatluwnal kitaaba ....(S. al Baqarah, 113), dan berkata orang 
Yahudi tidaklah orang Nashara mempunyai pegangan suatu juapun dan berkata orang 
Nashara tidaklah orang Yahudi mempunyai pegangan suatu juapun, padahal mereka 
(sama-sama) membaca Kitab (2:113). 

***

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas, 
bahwa suatu waktu pendeta-pendeta Nashara dari Bani Najran bertengkar dengan 
pendeta-pendeta Yahudi di depan Nabi Muhammad SAW. Berkata Rafi' bin Khusaimah 
(Yahudi): Kamu tidak berada pada jalan yang benar, karena menyatakan kekufuran 
kepada Nabi 'Isa (tuhan-anak?) dan Kitab Injilnya." Nashara dari Bani Najran 
membantahnya: Kamupun tidak berada di atas jalan yang benar, karena menentang 
Nabi Musa (bosan makan manna dan salwa?) dan (di gunung Sinai?) kufur kepada 
Tawrat (tidak percaya adanya hari akhirat?)." Maka turunlah ayat (2:113) 
tersebut.


(###)
Golongan no.4 ini punya Kitab Suci yang dalam bahasa Mandaiyah, disebut Kanza 
Raba (Harta Karun yang Agung).

Reply via email to