Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter 
perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua 
substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman 
dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu. 

one liner Seri 573
insya-Allah akan diposting hingga no.800 
no.terakhir 997
*******************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
573. Permainan Ibu Guru

Ibu Guru berjilbab rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik 
murid-muridnya dalam pendidikan Syari'at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di 
tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, "Saya punya permainan. Caranya 
begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya 
angkat kapur ini, maka berserulah  "Kapur!", jika saya angkat penghapus ini, 
maka berserulah "Penghapus!" Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu 
Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian 
lama kian cepat. 

Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. 
Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Penghapus!", jika saya angkat 
penghapus, maka katakanlah "Kapur!". Dan permainan diulang kembali. Maka pada 
mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. 
Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa 
saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.

"Anak-anak, begitulah ummat Islam. Sebermula kalian jelas dapat membedakan yang 
haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun  kemudian, musuh musuh ummat Islam 
berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, 
dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal 
tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh 
mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai 
dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan 
menukar nilai dan etika."

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak 
lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah 
menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, 
korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa 
disedari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?" tanya Guru kepada 
murid-muridnya. "Paham Bu Guru"

"Baik permainan kedua," Ibu Guru melanjutkan. "Bu Guru ada Qur'an, Bu Guru akan 
meletakkannya di tengah karpet. Quran itu "dijaga" sekelilingnya oleh ummat 
yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet. Permainannya 
adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah dan ditukar 
dengan buku lain, tanpa memijak karpet?" Murid-muridnya berpikir. Ada yang 
mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil.

Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil 
Qur'an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak 
memijak karpet. "Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. 
Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. 
Karena tentu kalian akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela 
kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian 
perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin 
membuat rumah yang kuat, maka dibina pundasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, 
jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin 
membongkar rumah, tentu susah kalau pundasinya dahulu. Lebih mudah 
hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari 
dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan..."

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam 
terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari 
perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu 
Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari'at Islam sedikit demi sedikit. 
Dan itulah yang mereka inginkan."

"Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?" tanya 
mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang 
Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah 
ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya 
hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, 
lalu mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita 
berdo'a dahulu sebelum pulang..."

Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat 
belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.

***

Ini semua adalah fenomena Ghazwu lFikri (perang pemikiran). Dan inilah yang 
dijalankan oleh musuh musuh Islam. Allah berfirman: 
-- YRYDWN AN YTHFaWA NWR ALLH BAFWAHHM WYAaBY ALLH ALA AN YTM NWRH WLW KRH 
ALKAFRWN (S. ALTWBt, 32), dibaca: yuriiduuna ayyuthfiu- nuuraLlaahi 
biafwaahihim waya'baLlaahu illaa ayyu'timma nuurahuu walaw karihal kaafiru-n 
(s. attawbah), artinya: 
-- Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang 
Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir 
itu benci akan hal itu (9:32).

Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius ummat Islam untuk 
merusak aqidah ummat umumnya, terkhusus generasi muda Muslim. Kata-kata membius 
itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan 
elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa. Maka tampak dari 
luar masih Muslim, padahal internal dalam jiwa ummat, terkhusus generasi muda 
sesungguhnya sudah ibarat poteng (tapai singkong, peuyeum). Maka rasakan dan 
pikirkanlah itu dan ingatlah bahwa dunia ini hanya persinggahan sementara, 
ingatlah akan Yawmu dDiyn, Hari Pengadilan. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 4 Mei 2003
  [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2003/05/573-permainan-ibu-guru.html

Reply via email to