Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter 
perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua 
substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman 
dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu. 

one liner Seri 580
insya-Allah akan diposting hingga no.800 
no.terakhir 1000
*******************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
580. Evolusi dan Loncatan

Hari ini tgl. 22 Juni, adalah hari lahir Piagam Jakarta. Akan tetapi materi 
tentang Piagam Jakarta telah diserap oleh judul RUU Sisdiknas, sehingga 
dipersilakan membaca Seri 579 yang baru lalu. 

***

Iqra, bacalah. Apa yang dibaca? Yaitu informasi dari ayat Qawliyah (Al Quran) 
dan ayat Kawniyah (alam syahadah, universum). Informasi itu diolah melalui 
proses dengan metode tertentu, dan hasilnya itulah ilmu, seperti ditunjukkan 
dalam diagram:

+--------+ 
informasi----->| proses |----->ilmu 
+--------+

Proses dengan metode tertentu adalah seperti berikut:
1. iqra, mengobservasi informasi (ayat Qawliyah dan Kawniyah)
2. tafsir / interpretasi yang menghasilkan teori
3. ujicoba teori dengan merujukkannya pada ayat Qawliyah dan Kawniyah

Maka dalam konteks judul di atas, tulang-belulang diobservasi kemudian diadakan 
interpretasi atas tulang belulang itu, hasilnya teori evolusi. Diujicoba dengan 
ayat Qawliyah. 
-- ALDZY KHLQ FSWY (S. ALA'ALY, 87:2), dibaca: 
-- Alladzii khalaqa fasawwaa, artinya: 
-- (Allah Yang Maha Pencipta dan Pengatur) mencipta lalu menyempurnakan. 

Teori evolusi tidak tertolak, namun perubahan makhluq dari mulai dicipta ke 
sempurna, tidak mesti evolusi saja. Diujicoba kepada ayat Kawniyah. Ternyata 
ada loncatan dari manusia purba ke manusia berakal. Manusia masa kini tidak 
memiliki hubungan genetik dengan manusia Neanderthal, manusia purba yang hidup 
di daratan Eropa dan Asia barat dan tengah, demikian hasil temuan para peneliti 
di Italia yang dipublikasikan Selasa, 13 Mei 2003. Giorgio Bertorelle dan 
timnya dari universitas Florence, Italia, telah meneliti dengan mengambil DNA 
dari beberapa tulang nenek moyang manusia modern Cro-Magnon yang hidup di 
Perancis selatan 25 ribu hingga 23 ribu sebelum masehi, lalu dibandingkan 
dengan DNA Neanderthal yang hidup antara 42 ribu hingga 29 ribu tahun sebelum 
Masehi. Hasil temuan tersebut menunjukkan manusia Cro-Magnon nenek moyang 
manusia modern itu tidak mempunyai hubungan genetik sama sekali dengan manusia 
purba tersebut.

Jadi perubahan itu berwujud evolusi dan loncatan. Maka ada dua masalah, yaitu 
mekanisme evolusi dan mekanisme loncatan. 

***

Mengenai mekanisme evolusi, Darwin berteori dengan paradigma filsafat 
positivisme, yaitu "blind evolution by chance", perubahan perlahan-lahan secara 
untung-untungan, yaitu secara lempar dadu. Darwin melihat evolusi sebagai 
analogi dari "motion" dalam kinematika, karena itu dia mencari "mechanism of 
evolution" dan menemukan "principle of natural selection", asas seleksi alam 
sebagai hukum dasar mekanika evolusi. Tetapi "mechanical laws" dari teori 
Darwin tidak kuantitatif, jadi tidak mampu memprediksi apa yang akan terjadi. 
Teori Darwin itu hanya dapat menjelaskan apa yang sudah terjadi. Di sinilah 
kelemahan yang pertama teori Darwin. Maka lahirlah neo-darwinisme di abad 20 
dengan dimasukkannya teori statistik, teori permainan lempar dadu 
(probabilitas) dalam teori evolusi modern.

Namun ada kelemahan mendasar lain yang tidak mampu ditanggulangi oleh 
neo-darwinisme yaitu Paradoks Entropi Evolusi dan Paradoks Revolusi-Evolusi.

Paradoks Entropi Evolusi ialah kenyataan adanya peningkatan kompleksitas, yaitu 
munculnya spesies yang lebih kompleks secara struktural ataupun secara 
behavioral, misalnya munculnya organisme multiselular (lompatan kompleksitas 
struktural) dan munculnya manusia dengan kesadarannya (lompatan kompleksitas 
behavioral/fungsional). Di sini pulalah kelemahan yang kedua teori Darwin, 
tidak dapat menjelaskan mekanisme loncatan ini.

Paradoks Revolusi-Evolusi ialah kenyataan adanya titik-titik diskontinuitas 
dalam keseluruhan proses evolusi yang perdefinisi adalah gradual, yaitu adanya 
gap dalam rangkaian khronologis fosil. Orang filsafat menyebutnya paradoks, 
tapi di bidang sains disebut sebagai anomali yaitu ketidak-sesuaian antara 
fakta pengamatan dengan predisksi berdasar atas teori yang ada. Inilah 
kelemahan yang ketiga teori Darwin.

***

Kalau memakai paradigma petunjuk Al Quran, maka mekanisme evolusi ialah: 
-- QDR FHDY (S. ALA'ALY, 87:3), dibaca: 
-- qaddara fahadaa (S. Al A'la-), artinya:
-- (Allah) mentaqdirkan (membuat hukum) lalu mengarahkan. 

Jadi mekanisme evolusi ialah TaqdiruLlah. (Di makrokosmos Taqdirullah berwujud 
medan gravitasi yang mengarahkan gerak benda-benda langit).

Perkara mekanisme loncatan, berdasarkan paradigma filsafat positivisme ternyata 
buntu. Rujukan informasi dari ayat Kawniyah habis sampai loncatan ini. Jadi 
jangan pakai filsafat positivisme sebagai paradigma dalam berteori, karena 
menghasilkan yang tidak logis dalam mekanisme evolusi, yaitu lempar dadu, dan 
buntu dalam berteori dalam hal mekanisme loncatan. 

Mekanisme perubahan loncatan adalah 'Ain, Jim, Ba, 'ajaba, dan 'Ain, Jim, Zai, 
'ajaza, yaitu TaqdirLlah yang tidak ditanam di universum oleh Maha Pengatur 
(lihat Seri 578, Mu'jizat). TaqdiruLlah yang tidak ditanam di universum hanya 
berlaku seperlunya, tidak sinambung. Itu dijelaskan dalam ayat Qawliyah, yaitu 
antara lain penciptaan Adam dan Hawa (loncatan dari manusia purba ke manusia). 

Karena manusia itu hasil "loncatan", tidaklah ia berasal dari ujung evolusi 
manusia purba. Adam dan Hawa dicipta Allah secara spesifik dengan revolusi 
menjadi sempurna (fa sawwa-), melalui proses 'ajaba, yaitu TaqdiruLlah yang 
tidak ditanam di universum.(*) Manusia hasil proses revolusi menjadi sempurna 
itu terdiri atas tataran jasmani, nafsani dan ruhani. Jasmani manusia modern 
turunan Adam dan Hawa memiliki DNA yang hampir identik, sehingga perbedaan 
genetis pada sekelompok simpanse jauh lebih besar dari perbedaan genetis pada 6 
miliar manusia yang hidup saat ini. Dengan ruh yang ditiupkan ke dalam diri 
(nafs) Adam dan Hawa menyebabkan manusia modern mempunyai tenaga batin dan 
menjadi makhluk berakal, yang sadar akan eksistensi dirinya. Adam dan Hawa 
serta keturunannya apabila mati ruhnya berpindah ke alam barzakh seterusnya ke 
alam akhirat. Manusia purba tidak berkebudayaan. Kecakapannya membuat alat 
pembantu hanya secara instinktif. Manusia purba, anthropoid (manusia kera) dan 
binatang yang mengalami proses evolusi menurut TaqdiruLlah yang ditanam di 
universum tidak mempunyai ruh, hanya mempunyai semangat saja, sehingga tidak 
mempunyai hari kemudian. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 22 Juni 2003
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2003/06/580-evolusi-dan-loncatan.html
----------------------------
(*)
Perbedaan pandangan antara ilmu sekuler dengan Ilmu Islami.

Kita mulai dahulu dengan ilmu sekuler.
Langkah 1. Hasil observasi melalui penelitian DNA menunjukkan bahwa perbedaan 
genetis antara hanya sekelompok simpanse lebih besar dari perbedaan genetis 6 
milyar manusia modern yang hidup dewasa ini.

Langkah 2. Lahirlah teori seperti berikut: manusia berpisah dari simpanse dalam 
satu garis keturunan sekitar 5 hingga 6 juta tahun lalu. Itu berarti bahwa 
manusia seharusnya dalam waktu yang panjang itu dapat mengembangkan gen-gen 
yang berbeda seperti halnya dengan simpanse. Artinya manusia modern pernah 
populasinya menyusut demikian kecilnya, nyaris punah sekitar 70 000 tahun lalu, 
menyusut hingga sekitar 2000 orang, sehingga tidaklah sempat gen-gen itu 
berkembang seperti simpanse. Artinya yang 2000 orang itu "Out of Africa" 
kemudia menyebar keseluruh pelosok dunia. Demikian kesimpulan yang 
dipublikasikan oleh The American Journal of Human Genetics.

Langkah 3. Belum ada publikasi yang menguji-coba teori itu dengan data dari 
alam, bahwa sekitar 70 000 tahun lalu jumlah manusia susut menjadi 2000 orang. 
Karena uji-coba itu tidak terpenuhi, maka teori tentang penyusutan populasi 
manusia yang 2000 orang yang "Out of Africa" 70 000 tahun lalu adalah teori 
yang SPEKULATIF. Kemudian apabila teori garis keturunan manusia itu yang 
dianggap sinambung itu mulai 5 hingga 6 juta tahun yang lalu "ditabrakkan" 
dengan temuan Giorgio Bertorelle perihal nenek moyang manusia modern itu tidak 
mempunyai hubungan genetik sama sekali dengan manusia purba, maka teori yang 
SPEKULATIF itu tertolaklah sudah.

Sekarang bagaimana Ilmu Islami
Langkah 1. Hasil observasi melalui penelitian DNA menunjukkan bahwa perbedaan 
genetis antara hanya sekelompok simpanse lebih besar dari perbedaan genetis 6 
milayr manusia modern yang hidup dewasa ini.

Langkah 2. Manusia tidak pernah hampir punah menyusut menjadi 2000 orang, 
melainkan yang 2000 itu ditarik ke atas (maksudnya di atas 70 000 tahun) secara 
konvergen hingga 2 orang saja yaitu sepasang "suami isteri", Adam dan Hawa. 

Langkah 3. "Teori" pada butir (2) itu kita uji-coba dahulu terhadap ayat alam. 
Ada dua kenyataan yang mendukung "teori" tersebut: pertama, Paradoks Entropi 
Evolusi, yaitu kenyataan loncatan kompleksitas behavioral/fungsional. Karena 
"loncatan", maka sepasang suami isteri itu tidaklah ia berasal dari ujung 
evolusi manusia purba. Kedua, hasil temuan Giorgio Bertorelle perihal nenek 
moyang manusia modern itu tidak mempunyai hubungan genetik sama sekali dengan 
manusia purba. http://news.bbc.co.uk/1/hi/sci/tech/3023685.stm
The latest research by Giorgio Bertorelle and his team from the University of 
Ferrara in Italy, compared genetic material from Neanderthals, Cro-Magnon 
humans and 21st-Century Europeans. The DNA from the Neanderthals and 
Cro-Magnons was taken from their bones. The genetic material was extracted from 
cell structures called mitochondria rather than the nucleus. The scientists 
found that while, unsurprisingly, modern humans show clear genetic signs of 
their Cro-Magnon ancestry, no such link between Neanderthal DNA and modern man 
DNA could be established. 

Kemudian diuji-coba kepada ayat Qawliyah. Adam dan Hawa dicipta Allah secara 
spesifik dengan revolusi menjadi sempurna (fa sawwa-), melalui proses 'ajaba, 
yaitu TaqdiruLlah yang tidak ditanam di universum. WaLlahu a'lamu bisshawab.

Reply via email to