Sahabat adalah Kita
Written by : Ruli Amirullah
 
Assalamualaikum Wrwb,
Dear all,
Mungkin diantara pembaca ada yang pernah berhadapan dengan pertanyaan
seperti ini, ‘Bagaimana diri Anda menurut Anda sendiri’?
Bingung mau jawab apa? 
Mau jawab yang keren-keren, ntar dibilang sombong dan gak kenal
kelemahan diri. 
Mau jawab yang rendah hati, ntar dibilang gak punya semangat atau
pesimis. Hehehe…
 
Eh, tapi kalo untuk sekali lagi ditanya seperti itu dan dijamin tak akan
ada yang salah sangka terhadap jawabannya, apa yang mau dijawab?
Kalo ternyata emang beneran bingung mau jawab apa, terlebih karena memang
manusia cenderung susah untuk bisa ‘bercermin’ melihat pribadi diri sendiri,
mungkin ini salah satu cara yang bisa membantu untuk menjawabnya. 
 
Cobalah melihat teman-teman dekat disekitar kita.
Lihat mereka, amati mereka. 
Itulah diri kita.
 
# Lho kok bisa?
 
Ada sebuah ungkapan yang mengatakan…
 
Apabila
kamu ingin tahu pribadi seseorang maka lihatlah dengan siapa dia biasa bergaul
 
Banyak atau sedikit, kita akan menemukan diri kita pada teman-teman
kita. Apalagi pada seorang sahabat. Mungkin sebagian besar diri kita malah ada
di diri dia. Karena sadar atau tak sadar, seseorang akan memilih teman
berdasarkan adanya persamaan ‘aliran’, pemikiran, paham atau kesukaan. Semakin
banyak persamaan, semakin dekat pula hubungan yang terjadi.
 
Jadi andai teman dekat kita senang keliling kota berburu makanan enak,
kita pun mungkin tak jauh beda dari dia. 
Bila sobat kita senang dugem, maka bisa jadi hati kita pun sebenarnya
ingin dugem.
Kalau kita sering dibuat kesal oleh ulah menjengkelkan sahabat kita,
mungkin tanpa sadar, kita pun sebenarnya memiliki sifat menjengkelkan seperti
itu.
 
Mereka adalah kita.
Sobat kita adalah diri kita. 
Memang ada kita disana..
 
Eits, sebentar, ada yang berpikiran lain ya?
 
# Yup!! It’s me! Asal tau aja, aku
gak seperti sahabatku…
 
Ya udah,
Andai kita tetep ngotot bahwa kita gak memiliki sifat yang sama, tunggu
aja beberapa waktu, kemungkinan besar kita akan berubah seperti sobat kita
tersebut. Rasulullah SAW mengingatkan..
 
“Perumpamaan
teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang
pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena
kamu bisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium bau
wanginya. 
Sementara
berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan
mendapatkan bau tidak sedap“. 
(HR.Bukhari
& Muslim).
 
So, bijaklah memilih sahabat. 
Ingatlah, seorang sahabat adalah anggota keluarga yang bisa kita pilih
sendiri.. 
Jadi mengapa tak pilih seseorang yang terbaik untuk menjadi sahabat
kita?
 
Wassalam,
Ruli Amirullah
*sedih
Garuda muda kalah, 
tapi
yang hebat bukan orang yang gak pernah kalah kok,tapi yang bisa segera bangkit 
setelah ia jatuh
terpuruk*

Kirim email ke