BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
1009 Amerika-Anglo Peternak Teroris

Kata terorisme berasal dari bahasa Prancis le terreur, semula dipergunakan 
untuk menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Prancis yang mempergunakan 
kekerasan secara brutal. Sekitar 16,000 hingga 40,000 kepala, yang dituduh anti 
pemerintah, dipenggal di bawah Madame De Guillotine. Berikutnya, kata terorisme 
dipakai untuk menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia. Dengan 
demikian, kata terorisme sejak awal dipergunakan untuk menyebut tindakan 
kekerasan baik oleh pemerintah maupun oleh yang anti pemerintah. 

Terkait isu terorisme, deradikalisasi dalam dua tahun terakhir menjadi istilah 
yang cukup menonjol. Secara bahasa deradikalisasi berasal dari kata radikal 
yang mendapat imbuhan de-isasi. Radikal berasal dari kata radix yang dalam 
bahasa Latin artinya akar. Jika ada ungkapan "gerakan radikal" maka artinya 
gerakan yang mengakar atau mendasar, yang bisa berarti positif atau negatif. 
Dalam pengertian ini, sebuah sikap "radikal" bisa tumbuh dalam entitas apapun; 
tidak mengenal agama, batas teritorial, negara, ras, suku dan sekat lainya. 

Deradikalisasi dibangun atas asumsi, bahwa ada ideologi radikal yang 
mengeksploitasi faktor kompleks yang ada (kemiskinan, keterbela-kangan, 
marginalisasi, pemerintahan otoriter, dominasi negara super power, globalisasi, 
dsb). Ideologi ini melahirkan spirit perlawanan dan perubahan dengan 
tindakan-tindakan teror ketika jalan damai (kompromi) dianggap tidak memberikan 
efek apapun. Karena itu, ideologi radikal ditempatkan sebagai akar sesungguhnya 
dari fenomena terorisme. Dalam kerangka pandangan seperti inilah deradikalisasi 
dimanifestasikan. 

Maka dari itu, deradikalisasi yang integratif merupakan derivat strategi 
kontraterorisme, adalah kebijakan politik memotong seluruh variabel yang 
dipandang sebagai stimulan lahirnya tindakan "terorisme", baik pra maupun pasca 
"pemasyarakatan" dalam konteks pembinaan terhadap narapidana  mantan kombatan. 
Program ini lebih menekankan "soft approach", kepada kelompok ataupun 
individu-individu yang masuk dalam jejaring yang dicap "radikal". Dalam bahasa 
Ansyad Mbai yang Ketua BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) 
deradikalisasi sebagai perang untuk memenangkan hati nurani. Upaya ini 
membutuhkan banyak strategi dan bersifat jangka panjang. 

***

Namun ada yang terlepas dari jangkauan pemikiran BNPT dan para pengusung 
deradikalisasi. Todenhöfer, mengingatkan fakta sejarah yang sering terlupa di 
dua abad terakhir. Atas nama kolonialisasi, Prancis pernah membunuh lebih dari 
dua juta penduduk sipil di Aljazair, dalam kurun waktu 130 tahun. Atas nama 
kolonialisasi, Italia pernah menggunakan phosphor dan gas mustard untuk 
menghabisi penduduk sipil di Libya. Atas nama kolonialisasi, Spanyol juga 
pernah menggunakan senjata kimia di Marokko.
 
Tidak berbeda di era setelah perang dunia kedua. Dalam invansi Perang Teluk 
jilid dua, semenjak tahun 2003, UNICEF menyebutkan, 1,5 juta penduduk sipil 
Irak terbunuh. Sepertiganya anak-anak. Tidak sedikit dari korban terkontaminasi 
amunisi uranium. Problema besar dunia, di dua abad belakangan ini, bukan 
kebrutalan Islam, tapi kebrutalan beberapa negara-negara barat.
 
Secara objektif, terorisme justru lahir dari politik anti-terorisme yang salah 
besar dari penjajah barat utamanya Amerika-Anglo. "Seorang pemuda muslim," 
tulis Todenhöfer, "yang secara rutin memantau berita di televisi, hari demi 
hari, tahun demi tahun, akan situasi di Irak, Afghanistan, Pakistan, Palestina 
dan di tempat lain, di mana perempuan, anak-anak dan penduduk sipil, dihabisi 
oleh barat dengan brutal, justru diprovokasi untuk menjadi seorang teroris." 
(Jürgen Todenhöfer, "Feinbild Islam - Zehn Thesen gegen Hass", terjemahan Yudi 
Nurul Ihsan). Apa yang dikemukakan Todenhöfer menyangkut solidaritas ummat 
Islam (dalam bahasa Bugis Makassar, pesse, pacce). Dan itu sejalan dengan 
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Nu'man ibn Basyir seperti 
berikut:
-- ALMWaMNYN FY TRAHMHM WTWADHM WT'AAThFHM KMTsL ALJSD ADzA ASyTKY 'ADhWA 
TDA'AY LH SAaR JSDH BALSHR WALHMY, dibaca: Almu'miniina fii taraahumihim 
watawaadihim wata'aathifihim kamatsalil jasadi idzasy takaa 'udhwan tadaa'aa 
lahu saairu jasadihi bissahri walhumma, artinya: 
-- Para mu'min dalam kasih mengasihi, cinta mencintai, tolong menolong, ibarat 
tubuh, jika ada salah satu anggota yang terkena luka, seluruh tubuh ikut 
menderita tidak dapat tidur dan ditimpa demam. 

Alhasil, Amerika-Anglo adalah peternak teroris, yang terlepas dari jangkauan 
pemikiran BNPT dan para pengusung deradikalisasi. Karena diternakkan, maka 
radikalisme jadi dinamis, patah tumbuh, hilang berganti. 
 
WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 15 Januari 2012
      [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2012/01/1009-amerika-anglo-peternak-teroris.html

Kirim email ke