DISKUSI DENGAN PAK LUBIS

UCAPAN SAYA:

1. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada tuan rumah, pak Lubis, yang
telah menerima 

     kami secara baik-baik.

 

2. Terimakasih juga kepada 4 bapak-bapak Kristen yang telah bekerjasama
dengan saya. 

 

Semula saya berpikir
tak ada seorangpun yang mau menyaksikannya. Tapi di jam-jam terakhir ada sebuah
email yang masuk yang memberitahukan akan menghadirinya. Sementara itu sekitar
jam 19.30 saya sudah stand by di lokasi. Karena kaum Muslim sedang sholat
Isy’a, maka saya menunggu di depan gang. Saya melihat ada seorang bapak sedang
menuju ke mesjid tempat diskusi, saya buntuti, saya pikir bapak yang email
tadi. Ternyata bukan. Bapak ini dari Bekasi dan sudah menunggu sejak jam 02.00
siang. Setelah kenal saya, bapak itu mengajak minum juice di rumah makan 
Padang. Ternyata di rumah
makan itu sedang makan seorang bapak dengan anaknya yang tadi email ke saya.
Maka kamipun ngobrol saling berkenalan. Ketika itulah pak Lubis datang dan
menyela perbincangan kami: “Maaf, saya sedang mencari pak Rudyanto.” Maka
sayapun menduga kalau beliau itu pak Lubis. Akhirnya kami bersama-sama memasuki
lokasi diskusi yang telah mereka siapkan. 

>> Di rumah makan itu saya menerima pemberian sebungkus kopi
bubuk Starbuck’s dari bapak 

     yang datang bersama anaknya
itu. Sebelumnya via email memang bertanya apakah saya suka 

     kopi?  Waah, hobi banget, deh. Thanks, ya pak?!

 

Kami menerima sambutan
hangat dari kelompok pak Lubis. Dan ketika acara dimulai masuk seorang lagi
yang memang sudah mendaftar jauh-jauh hari. Ternyata para tamu itu Kristen
semuanya, sehingga dengan saya berjumlah 5 orang, sementara dari pihak pak
Lubis mungkin sekitar 20-an orang. Dan kami berlima bisa bekerja sama dengan
begitu kompaknya ketika diskusi, seolah sudah ada kesepakatan sebelumnya.
Padahal kami semua baru saling mengenal, ya di lokasi itu. 

Acara tersebut direkam,
diphoto dan oleh bapak dari Bekasi itu di shooting lengkap. Saya lupa
menanyakan emailnya, sehingga mungkin kesulitan menghubunginya jika ada yang
menginginkan rekaman tersebut. 

Nah, acara diskusi itu
dimulai dari menerangkan tentang agama masing-masing. Pihak pak Lubis
menerangkan: apakah agama Islam itu? Sedangkan saya: Apakah agama Kristen itu.
Dan karena berupa keterangan, maka saya tidak berani menyela atau menginterupsi
ketika mereka menerangkan tentang Islam. Sayang, ketika tiba giliran saya
menerangkan tentang Kristen, mereka menyelanya sebagai materi diskusi akhirnya.


Saya terangkan bahwa
permulaan Kristen itu adalah adanya perjanjian ALLAH dengan Abraham. Inilah
cikal-bakal Kristen. Saya terangkan tentang posisi ALLAH yang selalu
memposisikan DiriNYA sebagai ALLAH Abraham, ALLAH Ishak dan ALLAH Yakub, hingga
menjadi ALLAH Israel
12 suku. Itulah YHWH – YAHWEH, yaitu ALLAH-nya
 Israel. Sehingga
kalau kita hendak menunjuk pada ALLAH KHALIQ PENCIPTA, kita harus menyebutNYA:
YAHWEH atau ALLAH Israel.
Kata-kata Israel harus disertakan kalau
hendak menunjuk pada YAHWEH. Kalau tidak, maka itu bukanlah YAHWEH.

Nah, nabi Muhammad
telah memotong kata-kata: “Israel”
ketika memakai nama ALLAH: “Besyum Ellah Yisra’el” – dalam bahasa Ibrani yang
artinya: “dengan nama ALLAH Israel”
telah diganti menjadi: “Bismillah” – dalam bahasa Arab yang artinya: “dengan
nama ALLAH.”

Ketika saya sedang
menerangkan inilah mereka menyela, meminta saya menunjukkan dimana kata-kata:
“Besyum Ellah Yisra’el” itu. Maka saya tunjukkan berdasarkan 1Raja-raja 18:31;
“Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub.
--Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN: "Engkau akan bernama Israel."
Sayang ayat ini mereka tolak karena tidak ada kata-kata: “Besyum Ellah
Yisra’el”-nya. Jelas nggak mungkin ada kalau bukan pada Alkitab yang berbahasa
Ibrani. Mereka menyayangkan saya yang tidak membawa apa-apa; seperti Alkitab
atau Laptop.

Baik, saya terangkan
disini kenapa saya tidak mempersiapkan diri?

Semua orang pasti tahu
bahwa pada mulanya saya ingin melakukan diskusi secara terbuka dengan
mengundang seluruh member. Tapi setelah tahu lokasi diskusinya di wilayah yang
sensitif, maka saya tidak berani mengadakan undangan, saya ubah menjadi
pemberitahuan saja. Saya tidak mau mengambil resiko dengan melibatkan orang
lain. Biarlah acara itu saya hadapi sendirian sebagai konsekwensi saya. Tapi
karena ada beberapa member yang ingin mengikutinya, maka akhirnya saya polakan:
“Tidak mengundang tapi mengijinkan orang untuk datang.” Jadi, saya telah
mengadakan perubahan pola 3 kali: 

1. Mengundang semua
orang.

2. Hanya memberitahukan
saja.

3. Tidak mengundang
tapi tidak melarang orang yang mau datang.

Ini saya lakukan oleh
sebab lokasi diskusinya yang kurang nyaman. Karena itu saya menjadi kesulitan
mempersiapkan Laptop sebagai perangkat penting kerja saya. Coba seandainya
lokasi diskusinya netral, pasti saya akan usahakan Laptop. 

Satu masalah belum
selesai, pembahasan di loncat-loncat ke nabi yang seperti Musa – Ulangan
18:15-18. Itu belum selesai sudah loncat ke masalah TUHAN dari gunung Paran, ke
Ishak atau Ismael yang disembelih, Trinitas, dan lain-lainnya. Padahal untuk
menuntaskan satu topik saja semalam belum tentu selesai. Jadi, bagaimana bisa
diharapkan diskusi ini menghasilkan sesuatu yang berarti? Nah, apakah saya
menyalahkan mereka? Sama sekali, tidak. Itu hal yang lumrah terjadi dalam
setiap diskusi tatap muka. Itulah sebabnya saya tak pernah berharap apapun dari
diskusi yang dilakukan secara face to face. Pelayanan saya secara face to face
bukanlah untuk mendapatkan sesuatu tapi sebagai bentuk pertanggungjawaban saya
atas setiap tulisan saya. Asalkan fakta saya tidak diputar-balikkan, saya rela
jika dianggap kalah. Bagi saya, jika ingin diskusi yang lebih baik dan lebih
sempurna, ya melalui milis. 

Karena itu tidak perlu
saya tuliskan disini perdiskusiannya, melainkan akan lebih tepat jika anda bisa
mendapatkan rekamannya, sehingga bisa menilai dan menyimpulkannya sendiri. Atau
saya persilahkan siapa saja yang menyaksikan atau terlibat di acara tersebut
untuk membumbui keterangan saya ini. 

Singkat cerita, di
akhir diskusi pihak pak Lubis menyampaikan tegoran-tegoran kepada saya yang
mereka nilai telah menghina agama lain, mengadu domba umat beragama dan
penyebaran Injil saya yang meresahkan mereka. Maka inilah jawaban saya yang
saya nyatakan dengan setulus-tulusnya hati saya; 

Saya tidak menolak
semua keberatan mereka, tapi juga tidak menerimanya begitu saja. Saya berjanji
akan lebih introspeksi terhadap hal-hal yang merupakan kelemahan saya. Ini akan
saya usahakan perbaikan. Tapi untuk hal-hal yang berkenaan dengan keyakinan
saya, tentu saja itu tidak mungkin untuk saya ubah. Dengan kata lain, apa yang
memang kesalahan saya, itu wajib saya ubah. Tapi tidak untuk yang saya anggap
benar. Dan luar biasanya, mereka bisa menerima pernyataan saya tersebut. Itu
menyatakan bahwa mereka bukanlah orang-orang yang arogan. Mereka masih memiliki
pengertian dan kebijaksanaan yang patut dipuji. 

Demikianlah laporan
diskusi saya dengan keluarga besar pak Lubis.


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx                    
                                                                                
                                                                                
                                                           


>>Surat-menyurat :   hakekathidu...@yahoo.co.id,                                
>>    hakekatku...@yahoo.co.id,                                    
>>hakekatku...@yahoo.co.id,                                    
>>hakekathidup...@yahoo.co.id,                                    
>>hakekathidupku_nol...@yahoo.co.id,                                   
>>newhakeka...@yahoo.co.id,   >>Milis Group :         
>>hakekatku...@yahoogroups.com,                                     
>>http://groups.yahoo.com/group/hakekatku_00/                                   
>>   newhakeka...@yahoogroups.com,                                     
>>http://groups.yahoo.com/group/newhakekatku/    >> Bl o
 g :                  http://bloghakekatku.blogspot.com

Kirim email ke