Assalamualaikum,

Mas Ramadhan,

Mohon di forward ke milis sabili, apakah "Khaataman
Nabiyyin" artinya penutup para Nabi, terima kasih.

Iyah benar, jawabannya khatamannabiyyin artinya adalah
penutup para nabi-nabi, sesuai dengan kaedah tata
bahasa Arab juga penafsiran ulama serta
riwayat-riwayat dalam hadist.


Mari kita tengok penggunaan kata "khaatam" yang lazim
digunakan dalam bahasa Arab:

Okay,.sama-sama kita lihat.


1. Hazrat Ali ra adalah "khaatam-ul-auliya" (Tafsir
Saafi, pada Surah Al-Ahzab) Apakah setelah Hz. Ali ra
wafat tidak ada wali lagi? Tentu tidak. Banyak
kemudian hadir wali-wali Allah yang termashur dalam
dunia Islam.

Siapa yang bilang Allahkah, atau manusia bahwa hazrat
Ali penutup para auliya? Kalau khatamannabiyyin jelas
Allah yang firmankan, dan hadist sabda Rasulullah
penguatnya.


2. Imam Syafii rh (767-820) juga disebut
"khaatam-ul-auliya" (Al Tuhfatus-Sunniyya, hal. 45)

Jawabannya sda,..


3. Sheikh Ibn-ul-Arabi rh (1164-1240) disebut sebagai
"khaatam-ul-auliya". (Futuhaat Makkiyyah, pada halaman
judul)

Jawabannya sda..

Kesimpulannya,kita percaya kata Allahkah,..atau
manusia. Manusia bisa saja bilang pada temannya, "
kamu adalah teman terakhir dalam hidupku, cinta
terakhir tak ada yang lain lagi. Bisa sajakan,..? Tapi
benar dan tepatkah kata/janji teman kita itu..?" Anti
khaatimulhubbi, (Engkau adalah cinta terakhirku "
belum tentu tokh..?

 

Jadi, dari 3 orang auliya (wali) Allah seperti diatas
masing-masing telah diberikan gelar
"khaatam-ul-auliya". Bagaimanakah kata "khaatam"
menurut ungkapan bahasa Arab itu hanya dapat 
diartikan sebagai "terakhir/penutup" saja, yaitu tidak
boleh ada lagi aulia (wali) lain setelah Hz. Ali bin
Abu Thalib ra?

Sda..dan perlu diingat yang dibicarakan adalah firman
Allah tentang penutup para nabi, yaitu penafsiran
AlQuran, bukan pembicaraan mengenai wali. Yang paling
berhak menafsirkan ayat adalah Rasulullah SAW. Dan
Rasulullah telah menafsirkannya, dengan sabda beliau
bahwa beliau adalah penutup para nabi tidak ada nabi
sesudah beliau. 


Kita lanjutkan pemakaian dan ungkapan kata "khaatam"
menurut bahasa Arab. 

4. Abu Tamaam (804-845), seorang penyair yang dijuluki
sebagai "khaatam-ush-shu'araa" (Dafiyaatul A'ayaan,
vol. 1, hal. 
123, Cairo) - Apakah setelah Abu Tamaam wafat tidak
ada penyair lagi ? Tidak. Banyak kemudian hadir
penyair-penyair terkenal.

5. Abu Al-Tayyib (915-965) juga disebut sebagai
"khaatam-ush-shu'araa" (Muqaddimah Deewan
Al-Mutanabbi, Misri, hal.. 10)

6. Abul al-'Alaa al-Ma'arri (973-1057) juga dinyatakan
sebagai "khaatam-ush-shu'araa" (Muqaddimah Deewan
Al-Mutanabbi, 
Misri, Catatan kaki, hal 10)

7. Sheikh Ali Hazeen (1701-1767) juga dikenal sebagai
"khaatam-ush-shu'araa" di negeri Hindustan (Hayati
Sa'adi, hal. 117) 

8. Habib Shirazi juga dihormati sebagai
"khaatam-ush-shu'araa" di Iran (Hayati Sa'adi, hal.
87)

Jadi, dari lima orang penyair seperti diatas
masing-masing telah diberikan gelar
"khaatam-ush-shu'araa" . Bagaimanakah kata "khaatam" 
menurut ungkapan bahasa Arab itu hanya dapat diartikan
sebagai "terakhir/penutup" saja, yaitu tidak boleh ada
lagi penyair lain setelah Abu Tamaam?

Kita berbicara mengenai firman Allah bukan perkataan
manusia lainnya. Sekali lagi yang paling berhak
menafsirkan ayat adalah Rasulullah SAW. Setekah itu
para sahabat yang lebih tahu asbabanunzul ayat dan
kejadian saat diturunkan.


Kita lanjutkan pemakaian dan ungkapan kata "khaatam"
menurut bahasa Arab.

9. Kamper (Camphor), obat anti ngengat dan jamur
disebut "khaatam-ul-kiraam" atau "obat yang
terunggul".(Sharh Deewan-al Mutanabbi, hal. 
304). Apakah tidak ada obat lain yang digunakan atau
ditemukan setelah Kamper, jika kata "khaatam"
diartikan sebagai "terakhir/penutup"? 

Kalau tidak diartikan dengan penutup, atau terakhir,
lantas apalagi artinya..? Apakah cincin, sebagaimana
yang diduga oleh ahmadiyah? Lari sekali penafsirannya.
Menafsirkan ayat haruslah ditinjau dulu dari ayat
keayat lainnya, karena ayat satu sama lain saling
mendukung.Lihat pemakaian khaatam dalam AlQuran itu
bagaimana.
Setelah itu baru tafsir bil makstsur(ayat dengan
hadist,seperti tafsir AtThabbari oleh imam Ibnu Jarir,
baru tafsir birrakyi(pendapat,kalau memang sebelumnya,
ayat dan hadist tidak ada lagi). Dalam ayat
Khatamannabiyyin, selaian banyak ayat-ayat menyatakan
bahwa nabi Muhammad adalah penyempurna, juga hadist
rasulullah sendiri. Untuk apa lagi tafsir birrakyu,
kalau sudah ada yang dua itu..?


10. Imam Muhammad Abduh dari Mesir digelari
"khaatam-ul-a'imma" (Tafsir Al-Fatihah, hal. 148).
Tidakkah kita memiliki pemimpin 
(Imam) agama lagi setelah Muhammad Abduh?

Saya heran dengan buku-buku tafsir yang disebutkan
diatas oleh penulis, tafsir apaan sih itu..? Tafsir
Alfatihahlah, al Ahzablah dsbgnya. Ngak nyambung
dengan ayat Allah itu sendiri. Firman Allah berbicara
tentang ayat-ayatNya, koq lantas lari kepenafsiran
tentang para walilah, para syu'ara'lah dsbgnya, yang
ditafsirkan apakah ayat-ayat atau kisah hidup manusia
penyair, wali ..? 


11. Al-Sayyid Ahmad Al-Sanusi dinamakan
"khaatam-ul-mujahidiin" (Akhbaar Al-Jaami'atul
Islamiyyah, Palestina, 27 Muharram 1352H). Apakah
Sayyid Ahmad Sanusi merupakan mujahid terakhir/penutup
di Palestina?

12. Ahmad bin Idris disebut "khaatam-ul-muhaqqiqin"
(Al-Aqd-al-Nafees). Apakah Ahmad bin Idris orang yang
terakhir mencari kebenaran (haq)?

13. Abul Fazl Al-Alusi juga disebut
"khaatam-ul-muhaqqiqin" (Pada halaman judul dari
Tafsir Ruhul Ma'aani)

14. Sheikh Al-Azhar Saleem Al Bashree juga disebut
"khaatam-ul-muhaqqiqin" (Al-Heraab, hal. 372).

15. Imam Abdurahman As-Suyuthi rh juga dicatat sebagai
"khaatam-ul-muhaqqiqin". (Pada halaman judul Tafsir
Itqaan) 

Sampai disini menjadi semakin jelas arti dan hakikat
sesungguhnya dari kata "khaatam". Selanjutnya kita
dapatkan lagi:

Apa kejelasan dan hakikatnya..? Mo percaya firman
Allah atau tidak, mo percaya sabda rasulullah SAW apa
tidak..? itu saja.


16. Hazrat Shah Waliyullah dari Delhi diakui sebagai
"khaatam-ul-muhaditsiin" (Ajaala Naafi'a). Apakah
tidak ada ahli hadits lain di 
dunia ini setelah Hz. Shah Waliyyullah?

17. Al-Sheikh Shamsuddin disebut sebagai
"khaatama-tul-huffaaz" (Al-Tajreed-us Sareeh,
Muqaddimah, hal. 4). "Hafiz" adalah orang yang 
hafal luar kepala seluruh isi Al-Quran. Apakah tidak
ada lagi Hafiz di dunia ini setelah Sheikh Shamsuddin?

Ini mah, sekali lagi mempersamakan anatara kuda dengan
keledai, walau sama-sama bisa ditunggangi, atau
mempersamakan pesawat dengan bemo walau sama-sama
beroda tiga. Satu firman Allah, satunya lagi perkataan
manusia biasa. Bentuknya sepertinya sama, tapi tak
serupakan. Apakah perkataan Allah sama dengan
perkataan manusia biasa..? jawab sendiri lagi !.


18. Sheikh Rasyid Ridha mendapat gelar sebagai
"khaatam-ul-mufassirin" (Al-Jaami'atul Islamiyyah, 9
Jumadi-us-Tsaani, 1354 H). 
Apakah tidak ada lagi ahli tafsir di dunia ini setelah
Sheikh Rasyid Ridha?

19. Dalam Muqaddimah Ibnu Khaldun, hal. 271 terdapat
istilah "khaatam-ul-wilayah" yang dipergunakan untuk
menunjukkan kesempurnaan wali. Apakah hanya ada satu
wali saja di dunia ini ?

20. Imam Suyuthi mendapat gelar
""khaatam-ul-muhadditsin" (Hadya Al-Shiah, hal. 210).
Apakah setelah beliau tidak ada lagi ahli hadits di
dunia ini?

21. Dalam Bible berbahasa Arab kita temukan kata
"khaatam-ul-kamaal" (meterai kesempurnaan) . Kita
lihat dalam Yehezkiel 28:12 : "Hai anak Adam!
angkatlah olehmu sebiji ratap akan hal raja Tsur,
katakanlah kepadanya: Demikianlah firman Tuhan Hua:
Bahwa dahulu engkaulah meterai kesempurnaan, penuh
dengan budi dan sempurnalah 
keelokanmu!". 

22. Dalam hadits kita temukan "khaatam-ul-muhajiriin"
- Rasulullah saw bersabda: "Tentramlah wahai pamanku,
sesungguhnya engkau adalah khaatam-ul-muhajiriin dalam
hijrah, sebagaimana aku adalah khaataman-nabiyyiin
dalam kenabian" (Kanzul `Ummal, Jilid II, hal. 178).
Apakah 


setelah Hz. Abbas ra tidak ada lagi orang yang
berhijrah ke Medinah? Apakah Hz. Abas ra adalah orang
yang terakhir berhijrah ke Medinah? Tentu tidak.

Dan masih banyak contoh-contoh lainnya pemakaian kata
"khaatam" yang dapat ditemukan dalam
literatur-literatur dunia Islam yang menunjukkan bahwa
arti kata "khaatam" bukanlah mutlak berarti
"terakhir/penutup" saja dengan arti tidak boleh ada
nabi dalam bentuk apapun juga setelah Nabi Muhammad
saw - seperti yang sering dikatakan oleh para ulama
zaman sekarang demi untuk menolak kenabian kehadiran
Nabi Allah di zaman ini.

Sekali lagi jawabannya sdaÂ…para ulama jelas menolak
kehadiran nabi zaman sekarang, karena para ulama
beriman pada Allah dan rasulNya. Serta yakin
seyakin-yakinnya akan apapun yang difirmankan Allah
dan disabdakan rasulNya. Shadaqallahu'adziim, Maha
benar Allah dengan firmanNya.

Dan Allah berfirman : katakanlah wahai Muhammad :
"Mereka belum dikatakan beriman, sehingga mereka
berhakim dengan apa yang engkau tetapkan, dan apa-apa
yang mereka perselisihkan(dikembalikan kepada Allah
dan RasulNya) ".

Siapakah yang suka memperselisihkan firman-firman
Allah yang mana sudah jelas(qath'i) ayat dan
hukumNya..? 

Wassalamualaikum. Rahima.

Wassalamualaikum,
Fajrina


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke