--- In media-dakwah@yahoogroups.com, "mas-Wong" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh

wa'alaikum salam warrahmatullahi wabarakatuh
mas wong wrote :

> Kalau teman kita suka berzina
> Padahal dia punya istri dan anak
> Padahal dia punya suami yang membanting tulang buat menafkahi 
keluarganya
> Terus kita bilang itu perbuatan dosa pak, bu
=====================================================================
hana Wrote :

iya itu perbuatan yg dilarang dalam islam. karena mendekati zinapun 
dilarang, dan segala yg dilarang konsekuensinya adalah dosa. karena 
Allah menurunkan petunjuk spt Al-qur'an dan contoh Rasulullah untuk 
memberitakan perintah dan laranganNYa. dimana kedua petunjuk yg 
diturunkan berupa konsekuensi pahala apabila menuruti perintahNya dan 
dosa (hukuman)pada saat melanggar laranganNya.

"Perempuan yg berzina dan laki2 yg berzina, maka deralah tiap2 
seorang dari keduanya seratus kali dra, dan janganlah belas kasihan 
kpd keduanya mencegah kamu untuk (menjanlankan) agama Allah, jika 
kamu beriman kpd Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) 
hukuman mereka disaksika oleh sekumpulan dari orang2 yg beriman. (An-
Nur : 2)

"Katakanlah kepada orang laki2 yg beriman: "hendaklah mereka menahan 
pandangannya dan memelihara kemaluannya, yg demikian itu adalah lebih 
suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yg mereka 
perbuat" (An-Nur : 30)
======================================================================
mas wong wrote :
> Apakah lalu kita itu menjadi manusia suci tanpa dosa ??
> Lalu tindakan apa yang sepatutnya dilakukan menurut Anda ?

================================================================
hana Wrote :
"Demi masa sesungguhnya manusia itu benar2 dalam kerugian, kecuali 
orang2 yg beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati 
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi 
kesabaran" (Al'Ashr 1:3)

tidak. manusia tidak lepas dari dosa, baik kecil maupun besar. tapi 
Allah maha luas rahmatNya dan selalu membuka pintu taubatNya, kepada 
semua hamba2Nya yg ingin kembali padaNya. maka kita selalu diminta 
untuk kembali padaNya dan menyeru kepada orang lain untuk selalu 
kembali padaNya pula dan bertobat untuk kembali di jalanNya, hingga 
patuh dan taat hanya padaNya. maka Allah akan mengampuni semua dosa2 
hambaNya yg ingin kembali padaNya.

"maka bertasbilah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepadaNya. 
sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat" (An Nashr : 3)

======================================================================
mas wong wrote :
 
> Kalau teman kita suka ke dukun 
> baik yang berpredikat dukun beneran, paranormal maupun kyai
> bahkan minta jimat aji pengasih, aji kebal dan aji-aji yang lain
> (entah kalau aji pangestu :) )
> Lalu kita bilang itu syirik , sesat dan dosa, kawan
> Apakah lalu kita itu menjadi manusia suci tanpa dosa ??
> Lalu tindakan apa yang sepatutnya dilakukan menurut Anda ?
=================================================================
hana wrote :

"Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu 
bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila" (At 
Thuur : 29)

kita diminta untuk tetap memberi peringatan, kepada orang2 yg syirik 
(menyekutukan Allah) untuk kembali kepadaNya karena perintahNya. 
sekarang..coba terangkan gimana cara anda untuk mengetahui perbuatan 
orang itu benar or salah? apa yg anda jadikan sandaran untuk 
mengetahui perbuatan benar dan salah itu.?

"Ataukah mereka mempunyai tangga ke langit untuk mendengarkan pada 
tangga itu hal2 yg ghaib? maka hendaklah orang yg mendengarkan di 
antara mereka mendatangkan suatu keterangan yg nyata" (At Thuur : 38)

"Ataukah mereka mempunyai tuhan selain Allah. Maha Suci Allah dari 
apa yg mereke persekutukan" (At-Thuur 43)

"Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yg dijanjikan 
kepada) mereka yg pada hari itu mereka dibinasakan " (At-Thuur : 45)

"Sesungguhnya Al-Qur'an itu benar2 firman yg memisahkan antara yg haq 
dan yg bathil. dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau" (At 
Tahariq : 13-14
======================================================================
mas wong wrote :
 
> Kita beragama berpedoman pada Al Qur'an dan Hadits
> Kalau disitu dikatakan berzina dan syirik itu dosa 
> Bahkan syirik itu dosa tak terampunkan kalau tidak bertobat
> Apakah lalu kita itu mengambil otoritas Allah dalam menghakimi 
manusia ??
======================================================================
Hana wrote :

"Sebenarnya Al-qur'an itu adalah ayat2 yg nyata di dalam dada orang2 
yg diberi ilmu. dan tidak ada yg mengingkari ayat2 Kami kecuali 
orang2 yg zalim" (Al'Ankabut : 49)

mas wong..gimana menurut anda caranya Allah memberikan peringatan 
kepada manusia untuk tidak melakukan syirik dan dosa..?lalu..apa 
gunanya Al-Qur'an itu diturunkan, kalau anda berdalih bahwa hanya 
Allah "secara langsung" yg menghakimi? coba anda terangkan apa itu 
sebenarnya Al-Qur'an menurut pemahaman anda? lalu bagaimana tanggung 
jawab kita sebagai manusia yg diminta untuk selalu memberikan 
peringatan menyuruh yg ma'ruf dan mencegah kemungkaran dihadapan 
Allah.


"(bukan demikian) sebenarnya telah datang keterangan2Ku kepadamu lalu 
kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu 
termasuk orang2 yg kafir" (Az-Zumar : 59)  

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada 
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; 
merekalah orang-orang yang beruntung." [Ali Imron:104]
 
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, 
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan 
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu 
lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan 
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." [Ali Imron:110]

" dan supaya aku membacakan Al-Qur'an (kepada manusia). Maka 
barangsiapa yg menapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah 
mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barang siapa yg sesat 
maka katakanlah : sesungguhnya aku ini tidak lain hanya lah sal 
seorang pemberi peringatan" (An-Naml : 92)

mohon penjelasan dari anda perihal yg saya tanyakan di atas..dan 
semoga Allah memberikan jalan untuk menuju kebenaranNYa.

salam
hana






> Pak Trúlÿsøúl, tentunya bapak bisa memberikan komentar yang lebih 
berisi
> BTW, saya sertakan tulisan dari Adian Husaini (maaf kalau sudah 
pernah
> dimuat di milis ini)
> Semoga pak Aziz bisa membaca dengan hati yang jernih
> 
> Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan
> Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh
> masWong
> 
> 
> Ahmadiyah dan Masalah Kebenaran  
> Senin, 25 Juli 2005
> oleh: Adian Husaini
> http://www.hidayatullah.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=2120&I
> temid=0 
> 
> 
> 
> Hidayatullah.com--Pada Hari Jumat tanggal 15 Juli 2005, Markas 
Ahmadiyah
> Indonesia yang berlokasi di Parung Bogor, diserbu oleh massa umat 
Islam.
> Akhirnya, markas itu ditutup resmi oleh aparat, dan Jemaat Ahmadiyah
> dievakuasi dari tempat tersebut. Pemda dan aparat Bogor  -- merujuk 
kepada
> keputusan MUI dan Departemen Agama – juga kemudian menutup pusat 
kegiatan
> Ahmadiyah di kota itu.
> 
> Kasus Ahmadiyah itu kemudian memunculkan banyak ragam wacana 
keagamaan.
> Salah satunya, adalah masalah diskursus tentang kebenaran  dan 
kebebasan
> beragama.
> 
> Masalah yang sekian lama menjadi bahan perbincangan, kemudian 
menghangat
> kembali. Ada yang menyatakan, bahwa manusia tidak berhak menghakimi
> keyakinan orang lain, dan memaksakan keyakinannya terhadap orang 
lain.
> 
> Dia kutip ayat al-Quran, "Barangsiapa yang mau silakan beriman, dan 
siapa
> yang mau silakan kafir." Jadi, biarkanlah saja orang mengikut 
pendapat apa
> saja, dan menyebarkan pendapatnya,  apa saja jenisnya. Termasuk 
paham
> Ahmadiyah, yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah 
Nabi
> Muhammad saw.
> 
> Sebagai contoh, ungkapan Masdar F. Mas'udi, salah satu Ketua PBNU, 
yang
> dikutip Harian Kompas (20/7/2005), yang menyatakan, "NU merasa 
tidak berhak
> menfatwakan sesat terhadap para pengikut Ahmadiyah."
> 
> Dia juga menyatakan, bahwa Allah-lah yang Maha Tahu siapa diantara 
manusia
> yang berpetunjuk dan yang tersesat.  Dalam Kongres NU ke-5 di 
Pekalongan
> tahun 1930, diputuskan tentang jenis-jenis kafir: (1) Kafir ingkar: 
ialah
> orang yang tidak mengenal Tuhan sama sekali dan tidak mengakuinya, 
(2) Kafir
> juhud: ialah orang yang mengenal Tuhan dalam hati, tetapi tidak 
mengikrarkan
> dengan lesannya, seperti Kafirnya iblis dan orang Yahudi. (3) Kafir 
nifaq:
> ialah orang yang mengikrarkan dengan lisan, tetapi tidak 
mempercayai Tuhan
> dalam hatinya, (4) Kafir `Inad: ialah orang yang mengenal Tuhan 
dalam
> hatinya dan mengikrarkan dengan lisannya, tetapi tidak taat kepada-
Nya.
> 
> Merujuk kepada Keputusan Kongres/Muktamar NU yang dikutip dari 
Kitab Syarah
> Safinatun Najah itu, kita dapat memahami, bahwa NU dengan tegas 
menyebut
> Iblis dan Yahudi sebagai kafir. Iblis kafir karena membangkang 
kepada Allah
> dan Yahudi juga jelas-jelas kekafirannya karena tidak mengimani 
kerasulan
> Muhammad saw.
> 
> Dalam masalah keimanan, kita mengenal rukun iman, yakni beriman 
kepada
> Allah, Malaikat,  Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulnya, Hari Akhir, dan 
takdir
> Allah. Keenam perkara itu termasuk ke dalam "rukun", artinya 
keimanan
> seseorang tidak sah jika tidak mencakup keenam rukun tersebut. Yang 
namanya
> `rukun salat' artinya, salat kita batal jika tidak mengerjakan 
salah satu
> rukunnya, seperti niat, ruku',  sujud, i'tidal, dan sebagainya.
> 
> Oleh sebab itu, masalah iman dan kufur, mukmin dan kufur, adalah 
masalah
> mendasar dalam Islam. Seharusnya menjadi tugas para ulama untuk 
menjelaskan
> kepada umatnya, mana yang lurus dan mana yang sesat, mana yang iman 
dan mana
> yang kufur.
> 
> Ulama tidak seyogyanya malah membuat masalah menjadi kabur, dengan
> menyatakan, bahwa manusia tidak berhak memutuskan mana yang benar 
dan mana
> yang salah. Hanya Allah saja yang berhak menghukumi. Hanya Allah 
saja yang
> tahu mana yang sesat dan mana yang mendapat petunjuk. 
> 
> Pengkaburan seperti itu sangat tidak benar, mengingat, setiap hari, 
setiap
> Muslim minimal 17 kali berdoa kepada Allah: Ya Allah tunjukkanlah 
kami jalan
> yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri 
nikmat atas
> mereka dan bukannya jalan orang-orang yang Engkau murkai atau 
jalannya
> orang-orang yang sesat. Rasulullah saw juga mengajarkan doa kepada 
kita: Ya
> Allah tunjukkanlah kepada kami yang haq itu haq dan berikanlah 
kemampuan
> kepada kami untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kepada kami yang 
bathil itu
> bathil, dan berikanlah kemampuan kepada kami untuk menjauhinya.
> 
> Tugas para ulama atau cendekiawan adalah menunjukkan mana yang 
salah dan
> mana yang benar. Itulah tugas kenabian yang diamanahkan kepada para 
pewaris
> Nabi (ulama). Karena itu, sejak puluhan tahun lalu, NU sudah 
menjelaskan
> jenis-jenis kaum kafir. Komentar Masdar semacam itu tentunya tidak 
mewakili
> suara resmi NU, dan hanya pendapat pribadi yang oleh media massa 
dibuat
> seolah-olah mewakili suara NU. Dalam kitab-kitab aqidah Asy'ariyah 
juga
> penuh dengan penjelasan tentang kekeliruan paham Mu'tazilah. 
> 
> Sebagai contoh, Imam al-Ghazali sama sekali tidak ragu-ragu ketika
> menyebutkan tentang kekeliruan sejumlah pemikiran para filosof, 
seperti
> pemikiran tentang keabadian alam. Dalam Kitabnya, al-Munqidh Minadh 
Dhalal,
> dengan tegas al-Ghazali menyebutkan bahwa golongan "dahriyyin", 
yakni yang
> tidak mengakui adanya Tuhan, dan mengakui bahwa alam ini ada dengan
> sendirinya, tidak diciptakan oleh suatu pencipta, adalah termasuk 
kafir
> zindiq. Begitu juga golongan "thabii", yang tidak mengakui adanya 
sorga,
> neraka, ganjaran bagi tindakan ketaatan, dan siksaan bagi pelaku 
maksiat,
> dinyatakan al-Ghazali sebagai golongan kafir zindiq.
> 
> Jadi, sebagai ulama, maka tugas pentingnya  adalah menunjukkan mana 
yang haq
> dan yang bathil, mana yang ma'ruf dan mana yang mungkar. Sebab, 
amar ma'ruf
> nahi munkar, adalah kewajiban penting atas kaum Muslim.
> 
> Jika seseorang masuk dalam golongan bingung (golbin), maka dia 
tidak akan
> dapat melakukan kewajibannya dengan baik.
> 
> Keyakinan merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi seorang 
manusia.
> Ketika seseorang kehilangan keyakinan, dan senantiasa berada pada 
keraguan
> akan sesuatu (golongan bingung/golbin), maka ia telah memasuki satu 
fase
> kehidupan yang penuh dengan kegamangan dan tidak akan pernah 
merasakan
> kebahagiaan hakiki.
> 
> Dalam puisinya Bal-e-Jibril,  penyair terkenal Pakistan, Mohammad 
Iqbal
> mengingatkan bahaya pendidikan Barat modern yang berdampak terhadap
> hilangnya keyakinan kaum muda Muslim terhadap agamanya.
> 
> Padahal, menurut Iqbal, keyakinan adalah aset yang sangat penting 
dalam
> kehidupan seorang manusia. Jika keyakinan hilang dari diri seorang 
manusia,
> maka itu lebih buruk ketimbang perbudakan.
> 
> Dikatakan Iqbal dalam puisinya: "Conviction enabled Abraham to wade 
into the
> fire; conviction is an intoxicant which makes men self-sacrificing; 
Know."
> 
> Kita perlu menggarisbawahi peringatan Iqbal tersebut. Seorang yang 
hilang
> keyakinan terhadap agamanya, terhadap kebenaran dan kesesatan, maka 
ia akan
> bersikap tidak peduli dengan kemungkaran.
> 
> Cara berpikir individualisme dan "cuekisme" terhadap kemungkaran 
bukanlah
> lahir dari pandangan hidup Islam, melainkan cara pandang Barat yang
> menjungjung tinggi paham kebebasan individu. Karena itu, dalam 
system hukum
> Barat, perzinahan dan minuman keras, tidak dianggap kejahatan 
selama tidak
> merugikan orang lain.
> 
> Siapa pun yang berzina, asal suka sama suka, maka dia tidak dianggap
> melakukan tindak kriminal. Siapa pun yang meminum khmar, asal 
dilakukan
> sendiri dan tidak mengganggu orang lain, maka hal itu bukan 
kejahatan. 
> 
> Cara pandang semacam itu tidak sama dengan cara pandang Islam. 
Karena itu,
> di Barat tidak ada konsep "amar ma'ruf nahi munkar", sebagaimana 
dalam
> ajaran  Islam.
> 
> Ketika pandangan hidup Barat yang individualis merasuk dalam alam 
pikiran
> kaum Muslim, maka tindakan amar ma'ruf  nahi munkar, dapat 
dipandang sebagai
> satu bentuk kejahatan yang tidak disukai oleh masyarakat.
> 
> Dalam Kitab Ihya' Ulumuddin, Imam Ghazali mengutip satu ungkapan 
dari
> Hudzaifah Ibnul Yaman, "Akan dating suatu zaman, ketika bangkai 
keledai akan
> lebih mereka sukai daripada seorang mukmin yang biasa melakukan 
amar ma'ruf
> nahi munkar.
> 
> Menjelaskan tafsir QS al-Maidah ayat 105, Ibnu Mas'ud r.a. 
menyebutkan akan
> datangnya satu zaman dimana orang yang melakukan amar ma'ruf nahi 
munkar
> akan dibenci dan dikecam. 
> 
> Banyak kalangan yang mengaku cendekiawan saat ini rajin menggunakan 
ungkapan
> "jangan merasa benar sendiri", "jangan menghakimi keyakinan orang 
lain",
> "jangan merasa menjadi Tuhan", dan sejenisnya.
> 
> Arah dari ungkapan-ungkapan itu ialah agar orang Muslim tidak 
peduli dengan
> lingkungannya; tidak peduli dengan kerusakan dan kemungkaran yang 
berkembang
> di sekelilingnya, karena itu semua adalah hak asasi manusia.
> 
> Hak asasi setiap orang untuk meyakini dan  menyebarkan 
keyakinannya. Tidak
> boleh diganggu dan dihalangi, apalagi dihentikan. Apapun jenis 
kepercayaan
> dan tindakannya.
> 
> Dalam kasus Ahmadiyah, banyak sekali ungkapan-ungkapan yang 
dikeluarkan oleh
> berbagai pihak yang sifatnya "asbun", asal bunyi, tanpa melalui 
pengkajian
> masalah yang serius. Bahkan, banyak yang bernada membela Ahmadiyah, 
yang
> jelas-jelas kesesatannya.
> 
> Dalam tulisannya di Harian Republika (20/7/2005), Wakil Ketua KISDI 
KH A.
> Khalil Ridwan, menjelaskan tentang kesesatan aliran Ahmadiyah.
> 
> Keputusan Konferensi Organisasi Islam se-Dunia (14-18 Rabiulawwal 
1394 H)
> dan keputusan Rabithah Alam Islami telah menetapkan bahwa Ahmadiyah 
adalah
> sekte yang menyesatkan dan tidak ada kaitan dengan agama Islam.
> 
> Negara-negara Islam juga dilarang menyebarkan paham ini. Keputusan 
Munas
> Alim Ulama  se-Indonesia tahun 1980 telah memutuskan bahwa 
Ahmadiyah adalah
> kelompok di luar Islam, sesat dan menyesatkan.
> 
> Ini dituangkan dalam Keputusan No 05/Kep/Munas II/MUI/1980 (pada 17 
Rajab
> 1400H/1 Juni 1980M, ditandatangani oleh Ketua MUI Prof. Dr. Hamka 
dan
> Sekretaris Drs H. Kafrawi MA, juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI 
(Menag)
> Alamsyah R. Prawiranegara). Di samping itu juga ada Surat Edaran 
Dirjen
> Bimas Islam dan Urusan Haji Departemen Agama No D/B4.01/5099/84, 
tgl 20
> September 1984, yang berisi penegasan supaya ulama menjelaskan 
tentang
> sesatnya Jemaat Ahmadiyah.
> 
> Sudah bertumpuk-tumpuk fakta-fakta yang membuktikan bahwa Mirza 
Ghulam Ahmad
> – yang dipercayai oleh Ahmadiyah sebagai nabi – adalah nabi palsu.
> 
> Jadi, dalam pandangan Islam, Ahmadiyah adalah sebuah kemungkaran, 
karena
> menyerang aqidah yang paling asas, yaitu konsep tentang kenabian.
> 
> Karena ajaran ini disebarluaskan ke tangah masyarakat  Muslim, 
tentu, sesuai
> dengan ajaran Islam, kaum Muslim berkewajiban mencegah dan 
menghentikannya.
> Tidak ada kemungkaran yang lebih besar daripada kemungkaran dalam 
bidang
> aqidah.
> 
> Korupsi iman merupakan jenis korupsi yang paling besar, 
dibandingkan korupsi
> harta. Karena itu, aneh sekali jika ada sebagian kalangan Muslim 
yang
> menganggap enteng masalah ini,  dan lebih menganggap penting masalah
> pemilihan lurah, camat, atau walikota.
> 
> Imam al-Ghazali menulis dalam Ihya Ulumuddin, bahwa syarat pertama 
pelaku
> amar ma'ruf nahi mungkar adalah mukallaf (yakni yang telah terbebani
> kewajiban agama), muslim, dan mampu. Maka, orang gila, anak kecil, 
orang
> kafir, atau yang tidak berkemampuan, tidak terbebani dengan 
kewajiban
> melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar.
> 
> Jadi, selama seseorang tidak masuk kategori kafir, gila, atau anak-
anak,
> maka ia wajib melaksanakan kewajiban agama ini. Bahkan, kata al-
Ghazali,
> tindakan amar ma'ruf nahi mungkar tetap wajib dilakukan, meskipun 
mereka
> tidak mendapatkan izin dari penguasa (wa in lam yakuunuu 
ma'dzuniina). 
> 
> Imam al-Ghazali juga menyebutkan, amar ma'ruf nahi mungkar bisa 
dilakukan
> dengan cara memberi nasehat atau dengan cara memaksa.
> 
> Untuk pemberi nasehat disyaratkan adanya sifat `adil, yakni si 
pemberi
> nasehat bukanlah orang yang fasik, yang hobi melakukan maksiat.
> 
> Sementara itu, syarat `adil tidak diperlukan dalam pelaksanaan amar 
ma'ruf
> nahi mungkar dengan kekuatan (secara paksa). Karena itu, menurut 
Imam
> Ghazali, seorang yang dikenal sebagai fasiq sekalipun, boleh 
menghancurkan
> persediaan khamr atau alat-alat dan tempat maksiat – sepanjang dia 
mempunyai
> kemampuan dan kekuasaan untuk itu.
> 
> Penjelasan Imam al-Ghazali tentang amar ma'ruf nahi mungkar dengan 
tangan
> ini, insyaallah,  akan kita bahas secara khusus pada catatan  
berikutnya,
> mengingat banyaknya pendapat yang dikeluarkan oleh para tokoh 
bahwa "Islam
> tidak mengajarkan cara-cara kekerasan dalam berdakwah".
> 
> Dengan itu, mudah-mudahan kita tidak tersesat dalam opini yang 
salah, dan
> dapat menilai suatu kasus dengan adil, tanpa terburu-buru 
menyalahkan atau
> membenarkan satu pihak. Wallahul Muwafiq ilaa aqwamit thaariq.  
(Jakarta, 22
> Juli 2005).
> 
> Catatan Akhir Pekan (CAP) Adian Husaini merupakan kerjasama Radio 
Dakta 107
> FM, bekasi dan www.hidayatullah.com




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke