--- In media-dakwah@yahoogroups.com, "mas-Wong" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh
wa'alaikum salam warrahmatullahi wabarakatuh mas wong wrote : > Kalau teman kita suka berzina > Padahal dia punya istri dan anak > Padahal dia punya suami yang membanting tulang buat menafkahi keluarganya > Terus kita bilang itu perbuatan dosa pak, bu ===================================================================== hana Wrote : iya itu perbuatan yg dilarang dalam islam. karena mendekati zinapun dilarang, dan segala yg dilarang konsekuensinya adalah dosa. karena Allah menurunkan petunjuk spt Al-qur'an dan contoh Rasulullah untuk memberitakan perintah dan laranganNYa. dimana kedua petunjuk yg diturunkan berupa konsekuensi pahala apabila menuruti perintahNya dan dosa (hukuman)pada saat melanggar laranganNya. "Perempuan yg berzina dan laki2 yg berzina, maka deralah tiap2 seorang dari keduanya seratus kali dra, dan janganlah belas kasihan kpd keduanya mencegah kamu untuk (menjanlankan) agama Allah, jika kamu beriman kpd Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksika oleh sekumpulan dari orang2 yg beriman. (An- Nur : 2) "Katakanlah kepada orang laki2 yg beriman: "hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yg demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yg mereka perbuat" (An-Nur : 30) ====================================================================== mas wong wrote : > Apakah lalu kita itu menjadi manusia suci tanpa dosa ?? > Lalu tindakan apa yang sepatutnya dilakukan menurut Anda ? ================================================================ hana Wrote : "Demi masa sesungguhnya manusia itu benar2 dalam kerugian, kecuali orang2 yg beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran" (Al'Ashr 1:3) tidak. manusia tidak lepas dari dosa, baik kecil maupun besar. tapi Allah maha luas rahmatNya dan selalu membuka pintu taubatNya, kepada semua hamba2Nya yg ingin kembali padaNya. maka kita selalu diminta untuk kembali padaNya dan menyeru kepada orang lain untuk selalu kembali padaNya pula dan bertobat untuk kembali di jalanNya, hingga patuh dan taat hanya padaNya. maka Allah akan mengampuni semua dosa2 hambaNya yg ingin kembali padaNya. "maka bertasbilah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepadaNya. sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat" (An Nashr : 3) ====================================================================== mas wong wrote : > Kalau teman kita suka ke dukun > baik yang berpredikat dukun beneran, paranormal maupun kyai > bahkan minta jimat aji pengasih, aji kebal dan aji-aji yang lain > (entah kalau aji pangestu :) ) > Lalu kita bilang itu syirik , sesat dan dosa, kawan > Apakah lalu kita itu menjadi manusia suci tanpa dosa ?? > Lalu tindakan apa yang sepatutnya dilakukan menurut Anda ? ================================================================= hana wrote : "Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila" (At Thuur : 29) kita diminta untuk tetap memberi peringatan, kepada orang2 yg syirik (menyekutukan Allah) untuk kembali kepadaNya karena perintahNya. sekarang..coba terangkan gimana cara anda untuk mengetahui perbuatan orang itu benar or salah? apa yg anda jadikan sandaran untuk mengetahui perbuatan benar dan salah itu.? "Ataukah mereka mempunyai tangga ke langit untuk mendengarkan pada tangga itu hal2 yg ghaib? maka hendaklah orang yg mendengarkan di antara mereka mendatangkan suatu keterangan yg nyata" (At Thuur : 38) "Ataukah mereka mempunyai tuhan selain Allah. Maha Suci Allah dari apa yg mereke persekutukan" (At-Thuur 43) "Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yg dijanjikan kepada) mereka yg pada hari itu mereka dibinasakan " (At-Thuur : 45) "Sesungguhnya Al-Qur'an itu benar2 firman yg memisahkan antara yg haq dan yg bathil. dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau" (At Tahariq : 13-14 ====================================================================== mas wong wrote : > Kita beragama berpedoman pada Al Qur'an dan Hadits > Kalau disitu dikatakan berzina dan syirik itu dosa > Bahkan syirik itu dosa tak terampunkan kalau tidak bertobat > Apakah lalu kita itu mengambil otoritas Allah dalam menghakimi manusia ?? ====================================================================== Hana wrote : "Sebenarnya Al-qur'an itu adalah ayat2 yg nyata di dalam dada orang2 yg diberi ilmu. dan tidak ada yg mengingkari ayat2 Kami kecuali orang2 yg zalim" (Al'Ankabut : 49) mas wong..gimana menurut anda caranya Allah memberikan peringatan kepada manusia untuk tidak melakukan syirik dan dosa..?lalu..apa gunanya Al-Qur'an itu diturunkan, kalau anda berdalih bahwa hanya Allah "secara langsung" yg menghakimi? coba anda terangkan apa itu sebenarnya Al-Qur'an menurut pemahaman anda? lalu bagaimana tanggung jawab kita sebagai manusia yg diminta untuk selalu memberikan peringatan menyuruh yg ma'ruf dan mencegah kemungkaran dihadapan Allah. "(bukan demikian) sebenarnya telah datang keterangan2Ku kepadamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang2 yg kafir" (Az-Zumar : 59) "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." [Ali Imron:104] "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." [Ali Imron:110] " dan supaya aku membacakan Al-Qur'an (kepada manusia). Maka barangsiapa yg menapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barang siapa yg sesat maka katakanlah : sesungguhnya aku ini tidak lain hanya lah sal seorang pemberi peringatan" (An-Naml : 92) mohon penjelasan dari anda perihal yg saya tanyakan di atas..dan semoga Allah memberikan jalan untuk menuju kebenaranNYa. salam hana > Pak Trúlÿsøúl, tentunya bapak bisa memberikan komentar yang lebih berisi > BTW, saya sertakan tulisan dari Adian Husaini (maaf kalau sudah pernah > dimuat di milis ini) > Semoga pak Aziz bisa membaca dengan hati yang jernih > > Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan > Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh > masWong > > > Ahmadiyah dan Masalah Kebenaran > Senin, 25 Juli 2005 > oleh: Adian Husaini > http://www.hidayatullah.com/index.php? option=com_content&task=view&id=2120&I > temid=0 > > > > Hidayatullah.com--Pada Hari Jumat tanggal 15 Juli 2005, Markas Ahmadiyah > Indonesia yang berlokasi di Parung Bogor, diserbu oleh massa umat Islam. > Akhirnya, markas itu ditutup resmi oleh aparat, dan Jemaat Ahmadiyah > dievakuasi dari tempat tersebut. Pemda dan aparat Bogor -- merujuk kepada > keputusan MUI dan Departemen Agama juga kemudian menutup pusat kegiatan > Ahmadiyah di kota itu. > > Kasus Ahmadiyah itu kemudian memunculkan banyak ragam wacana keagamaan. > Salah satunya, adalah masalah diskursus tentang kebenaran dan kebebasan > beragama. > > Masalah yang sekian lama menjadi bahan perbincangan, kemudian menghangat > kembali. Ada yang menyatakan, bahwa manusia tidak berhak menghakimi > keyakinan orang lain, dan memaksakan keyakinannya terhadap orang lain. > > Dia kutip ayat al-Quran, "Barangsiapa yang mau silakan beriman, dan siapa > yang mau silakan kafir." Jadi, biarkanlah saja orang mengikut pendapat apa > saja, dan menyebarkan pendapatnya, apa saja jenisnya. Termasuk paham > Ahmadiyah, yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah Nabi > Muhammad saw. > > Sebagai contoh, ungkapan Masdar F. Mas'udi, salah satu Ketua PBNU, yang > dikutip Harian Kompas (20/7/2005), yang menyatakan, "NU merasa tidak berhak > menfatwakan sesat terhadap para pengikut Ahmadiyah." > > Dia juga menyatakan, bahwa Allah-lah yang Maha Tahu siapa diantara manusia > yang berpetunjuk dan yang tersesat. Dalam Kongres NU ke-5 di Pekalongan > tahun 1930, diputuskan tentang jenis-jenis kafir: (1) Kafir ingkar: ialah > orang yang tidak mengenal Tuhan sama sekali dan tidak mengakuinya, (2) Kafir > juhud: ialah orang yang mengenal Tuhan dalam hati, tetapi tidak mengikrarkan > dengan lesannya, seperti Kafirnya iblis dan orang Yahudi. (3) Kafir nifaq: > ialah orang yang mengikrarkan dengan lisan, tetapi tidak mempercayai Tuhan > dalam hatinya, (4) Kafir `Inad: ialah orang yang mengenal Tuhan dalam > hatinya dan mengikrarkan dengan lisannya, tetapi tidak taat kepada- Nya. > > Merujuk kepada Keputusan Kongres/Muktamar NU yang dikutip dari Kitab Syarah > Safinatun Najah itu, kita dapat memahami, bahwa NU dengan tegas menyebut > Iblis dan Yahudi sebagai kafir. Iblis kafir karena membangkang kepada Allah > dan Yahudi juga jelas-jelas kekafirannya karena tidak mengimani kerasulan > Muhammad saw. > > Dalam masalah keimanan, kita mengenal rukun iman, yakni beriman kepada > Allah, Malaikat, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulnya, Hari Akhir, dan takdir > Allah. Keenam perkara itu termasuk ke dalam "rukun", artinya keimanan > seseorang tidak sah jika tidak mencakup keenam rukun tersebut. Yang namanya > `rukun salat' artinya, salat kita batal jika tidak mengerjakan salah satu > rukunnya, seperti niat, ruku', sujud, i'tidal, dan sebagainya. > > Oleh sebab itu, masalah iman dan kufur, mukmin dan kufur, adalah masalah > mendasar dalam Islam. Seharusnya menjadi tugas para ulama untuk menjelaskan > kepada umatnya, mana yang lurus dan mana yang sesat, mana yang iman dan mana > yang kufur. > > Ulama tidak seyogyanya malah membuat masalah menjadi kabur, dengan > menyatakan, bahwa manusia tidak berhak memutuskan mana yang benar dan mana > yang salah. Hanya Allah saja yang berhak menghukumi. Hanya Allah saja yang > tahu mana yang sesat dan mana yang mendapat petunjuk. > > Pengkaburan seperti itu sangat tidak benar, mengingat, setiap hari, setiap > Muslim minimal 17 kali berdoa kepada Allah: Ya Allah tunjukkanlah kami jalan > yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas > mereka dan bukannya jalan orang-orang yang Engkau murkai atau jalannya > orang-orang yang sesat. Rasulullah saw juga mengajarkan doa kepada kita: Ya > Allah tunjukkanlah kepada kami yang haq itu haq dan berikanlah kemampuan > kepada kami untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kepada kami yang bathil itu > bathil, dan berikanlah kemampuan kepada kami untuk menjauhinya. > > Tugas para ulama atau cendekiawan adalah menunjukkan mana yang salah dan > mana yang benar. Itulah tugas kenabian yang diamanahkan kepada para pewaris > Nabi (ulama). Karena itu, sejak puluhan tahun lalu, NU sudah menjelaskan > jenis-jenis kaum kafir. Komentar Masdar semacam itu tentunya tidak mewakili > suara resmi NU, dan hanya pendapat pribadi yang oleh media massa dibuat > seolah-olah mewakili suara NU. Dalam kitab-kitab aqidah Asy'ariyah juga > penuh dengan penjelasan tentang kekeliruan paham Mu'tazilah. > > Sebagai contoh, Imam al-Ghazali sama sekali tidak ragu-ragu ketika > menyebutkan tentang kekeliruan sejumlah pemikiran para filosof, seperti > pemikiran tentang keabadian alam. Dalam Kitabnya, al-Munqidh Minadh Dhalal, > dengan tegas al-Ghazali menyebutkan bahwa golongan "dahriyyin", yakni yang > tidak mengakui adanya Tuhan, dan mengakui bahwa alam ini ada dengan > sendirinya, tidak diciptakan oleh suatu pencipta, adalah termasuk kafir > zindiq. Begitu juga golongan "thabii", yang tidak mengakui adanya sorga, > neraka, ganjaran bagi tindakan ketaatan, dan siksaan bagi pelaku maksiat, > dinyatakan al-Ghazali sebagai golongan kafir zindiq. > > Jadi, sebagai ulama, maka tugas pentingnya adalah menunjukkan mana yang haq > dan yang bathil, mana yang ma'ruf dan mana yang mungkar. Sebab, amar ma'ruf > nahi munkar, adalah kewajiban penting atas kaum Muslim. > > Jika seseorang masuk dalam golongan bingung (golbin), maka dia tidak akan > dapat melakukan kewajibannya dengan baik. > > Keyakinan merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi seorang manusia. > Ketika seseorang kehilangan keyakinan, dan senantiasa berada pada keraguan > akan sesuatu (golongan bingung/golbin), maka ia telah memasuki satu fase > kehidupan yang penuh dengan kegamangan dan tidak akan pernah merasakan > kebahagiaan hakiki. > > Dalam puisinya Bal-e-Jibril, penyair terkenal Pakistan, Mohammad Iqbal > mengingatkan bahaya pendidikan Barat modern yang berdampak terhadap > hilangnya keyakinan kaum muda Muslim terhadap agamanya. > > Padahal, menurut Iqbal, keyakinan adalah aset yang sangat penting dalam > kehidupan seorang manusia. Jika keyakinan hilang dari diri seorang manusia, > maka itu lebih buruk ketimbang perbudakan. > > Dikatakan Iqbal dalam puisinya: "Conviction enabled Abraham to wade into the > fire; conviction is an intoxicant which makes men self-sacrificing; Know." > > Kita perlu menggarisbawahi peringatan Iqbal tersebut. Seorang yang hilang > keyakinan terhadap agamanya, terhadap kebenaran dan kesesatan, maka ia akan > bersikap tidak peduli dengan kemungkaran. > > Cara berpikir individualisme dan "cuekisme" terhadap kemungkaran bukanlah > lahir dari pandangan hidup Islam, melainkan cara pandang Barat yang > menjungjung tinggi paham kebebasan individu. Karena itu, dalam system hukum > Barat, perzinahan dan minuman keras, tidak dianggap kejahatan selama tidak > merugikan orang lain. > > Siapa pun yang berzina, asal suka sama suka, maka dia tidak dianggap > melakukan tindak kriminal. Siapa pun yang meminum khmar, asal dilakukan > sendiri dan tidak mengganggu orang lain, maka hal itu bukan kejahatan. > > Cara pandang semacam itu tidak sama dengan cara pandang Islam. Karena itu, > di Barat tidak ada konsep "amar ma'ruf nahi munkar", sebagaimana dalam > ajaran Islam. > > Ketika pandangan hidup Barat yang individualis merasuk dalam alam pikiran > kaum Muslim, maka tindakan amar ma'ruf nahi munkar, dapat dipandang sebagai > satu bentuk kejahatan yang tidak disukai oleh masyarakat. > > Dalam Kitab Ihya' Ulumuddin, Imam Ghazali mengutip satu ungkapan dari > Hudzaifah Ibnul Yaman, "Akan dating suatu zaman, ketika bangkai keledai akan > lebih mereka sukai daripada seorang mukmin yang biasa melakukan amar ma'ruf > nahi munkar. > > Menjelaskan tafsir QS al-Maidah ayat 105, Ibnu Mas'ud r.a. menyebutkan akan > datangnya satu zaman dimana orang yang melakukan amar ma'ruf nahi munkar > akan dibenci dan dikecam. > > Banyak kalangan yang mengaku cendekiawan saat ini rajin menggunakan ungkapan > "jangan merasa benar sendiri", "jangan menghakimi keyakinan orang lain", > "jangan merasa menjadi Tuhan", dan sejenisnya. > > Arah dari ungkapan-ungkapan itu ialah agar orang Muslim tidak peduli dengan > lingkungannya; tidak peduli dengan kerusakan dan kemungkaran yang berkembang > di sekelilingnya, karena itu semua adalah hak asasi manusia. > > Hak asasi setiap orang untuk meyakini dan menyebarkan keyakinannya. Tidak > boleh diganggu dan dihalangi, apalagi dihentikan. Apapun jenis kepercayaan > dan tindakannya. > > Dalam kasus Ahmadiyah, banyak sekali ungkapan-ungkapan yang dikeluarkan oleh > berbagai pihak yang sifatnya "asbun", asal bunyi, tanpa melalui pengkajian > masalah yang serius. Bahkan, banyak yang bernada membela Ahmadiyah, yang > jelas-jelas kesesatannya. > > Dalam tulisannya di Harian Republika (20/7/2005), Wakil Ketua KISDI KH A. > Khalil Ridwan, menjelaskan tentang kesesatan aliran Ahmadiyah. > > Keputusan Konferensi Organisasi Islam se-Dunia (14-18 Rabiulawwal 1394 H) > dan keputusan Rabithah Alam Islami telah menetapkan bahwa Ahmadiyah adalah > sekte yang menyesatkan dan tidak ada kaitan dengan agama Islam. > > Negara-negara Islam juga dilarang menyebarkan paham ini. Keputusan Munas > Alim Ulama se-Indonesia tahun 1980 telah memutuskan bahwa Ahmadiyah adalah > kelompok di luar Islam, sesat dan menyesatkan. > > Ini dituangkan dalam Keputusan No 05/Kep/Munas II/MUI/1980 (pada 17 Rajab > 1400H/1 Juni 1980M, ditandatangani oleh Ketua MUI Prof. Dr. Hamka dan > Sekretaris Drs H. Kafrawi MA, juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI (Menag) > Alamsyah R. Prawiranegara). Di samping itu juga ada Surat Edaran Dirjen > Bimas Islam dan Urusan Haji Departemen Agama No D/B4.01/5099/84, tgl 20 > September 1984, yang berisi penegasan supaya ulama menjelaskan tentang > sesatnya Jemaat Ahmadiyah. > > Sudah bertumpuk-tumpuk fakta-fakta yang membuktikan bahwa Mirza Ghulam Ahmad > yang dipercayai oleh Ahmadiyah sebagai nabi adalah nabi palsu. > > Jadi, dalam pandangan Islam, Ahmadiyah adalah sebuah kemungkaran, karena > menyerang aqidah yang paling asas, yaitu konsep tentang kenabian. > > Karena ajaran ini disebarluaskan ke tangah masyarakat Muslim, tentu, sesuai > dengan ajaran Islam, kaum Muslim berkewajiban mencegah dan menghentikannya. > Tidak ada kemungkaran yang lebih besar daripada kemungkaran dalam bidang > aqidah. > > Korupsi iman merupakan jenis korupsi yang paling besar, dibandingkan korupsi > harta. Karena itu, aneh sekali jika ada sebagian kalangan Muslim yang > menganggap enteng masalah ini, dan lebih menganggap penting masalah > pemilihan lurah, camat, atau walikota. > > Imam al-Ghazali menulis dalam Ihya Ulumuddin, bahwa syarat pertama pelaku > amar ma'ruf nahi mungkar adalah mukallaf (yakni yang telah terbebani > kewajiban agama), muslim, dan mampu. Maka, orang gila, anak kecil, orang > kafir, atau yang tidak berkemampuan, tidak terbebani dengan kewajiban > melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar. > > Jadi, selama seseorang tidak masuk kategori kafir, gila, atau anak- anak, > maka ia wajib melaksanakan kewajiban agama ini. Bahkan, kata al- Ghazali, > tindakan amar ma'ruf nahi mungkar tetap wajib dilakukan, meskipun mereka > tidak mendapatkan izin dari penguasa (wa in lam yakuunuu ma'dzuniina). > > Imam al-Ghazali juga menyebutkan, amar ma'ruf nahi mungkar bisa dilakukan > dengan cara memberi nasehat atau dengan cara memaksa. > > Untuk pemberi nasehat disyaratkan adanya sifat `adil, yakni si pemberi > nasehat bukanlah orang yang fasik, yang hobi melakukan maksiat. > > Sementara itu, syarat `adil tidak diperlukan dalam pelaksanaan amar ma'ruf > nahi mungkar dengan kekuatan (secara paksa). Karena itu, menurut Imam > Ghazali, seorang yang dikenal sebagai fasiq sekalipun, boleh menghancurkan > persediaan khamr atau alat-alat dan tempat maksiat sepanjang dia mempunyai > kemampuan dan kekuasaan untuk itu. > > Penjelasan Imam al-Ghazali tentang amar ma'ruf nahi mungkar dengan tangan > ini, insyaallah, akan kita bahas secara khusus pada catatan berikutnya, > mengingat banyaknya pendapat yang dikeluarkan oleh para tokoh bahwa "Islam > tidak mengajarkan cara-cara kekerasan dalam berdakwah". > > Dengan itu, mudah-mudahan kita tidak tersesat dalam opini yang salah, dan > dapat menilai suatu kasus dengan adil, tanpa terburu-buru menyalahkan atau > membenarkan satu pihak. Wallahul Muwafiq ilaa aqwamit thaariq. (Jakarta, 22 > Juli 2005). > > Catatan Akhir Pekan (CAP) Adian Husaini merupakan kerjasama Radio Dakta 107 > FM, bekasi dan www.hidayatullah.com ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/