Ass Wr Wb

Mas Radik, kadang kita salah mengartikan tentang Aliran. Organisasi, 
Jamaah dsb  Dikatakan Aliran , makanya tidak jarang kita mendengar kalimat 
" eh, orang itu aliranya apa, muhammadiyah atau NU "? Bahkan temen saya 
ditolak karena dianggap alirannya Persis, yang kalau Sholat Jarinya gerak 
gerak. Disinilah kita perlu belajar dan menambah wawasan .Bhw Orang islam 
harus berjamaah itu iya, berorganisasi juga dianjurkan ( Qs Ali mron 104 
), tapi fanatik terhadap Jamaah atau Organisai memang tidak Boleh. 
Sebaliknya  Caci maki dan hujatan terhadap Jamaah juga perlu dihindari, 
kecuali jamaah yang sudah dianggap sesat oleh Ulama dunia, misalnya karena 
mengakui adanya Nabi baru, Menolak Hadist atau hanya mengakui sebagian 
ayat Al Qur'an saja.

Bagi saya, memang mengherankan terhadap orang yang mencaci ulama karena 
perbedaan Ijtihad  dalam masalah Cabang ( Furu'). Apalagi misalnya 
seseorang getol menganggap Sesat Ikhwanul Muslimin, Jamaah Tabligh, Hizbut 
Tahris dsb sementara dia sendiri Sholatnya Jamaahnya sering tertinggal. 
Tokoh tokoh ini begitu telah berjuang, menjual dirinya kepada ALLAH  untuk 
berjuang sampai Syahidnya para Mujahid ini juga telah ,menunjukkan betapa 
khusuknya dalam Sholat malam, dan berpuasa dan menghindari perdebatan yang 
kurang menguntungkan dalam perjuangan, Fokusnya diarahkan untuk menghadapi 
Orang Kafir yang menyerang dan melemahkan umat islam  baik melalui 
pembunuhan, pengeboman,perampasan tanah , budaya,pendidikan dll. Kalau Mas 
Radik membaca bagaimana hari hari terakhir menjelang di tiang Gantungan 
Sayyid Qutub, begitu sangat mengesankan karena keteguhan Aqidah dan 
ibadahnya. Toh demikian beberapa umat islam, menganggapnya perjuangan 
beliau tidak ada apa apanya, karya karya beliau dianggap salah. Kalau saya 
sih berpendapat, Ijtihad yang dilakukan dengan Ilmu oleh beliau beliau ini 
harus sangat kita hormati, jangan dicaci. Belum tentu yang mencaci itu 
dimata ALLAH lebih baik dari yang dicaci. Sangat mungkin karena 
perjuangannya, beliau beliau sedang menikmati indahnya nikmat kubur dan 
kasih sayang ALLAH ,sementara didunia beberapa orang mencaci beliau . 
Allah begitu Adil sementara sebagian manusia tidak adil karena 
menghilangkan amal yang besar ketika kesalahan kecil ( itu pun menurut dia 
) muncul.

Demikian juga Beberapa tulisan di Media ini yang mencaci Muhammad Bin 
Abdul Wahab. Bagi saya terasa mengherankan, apakah tidak bisa belajar dari 
pengalaman ? tidak pernah terjadi dalam sejarah, kemenangan itu diperolah 
lewat perpecahan.

Memang benar , sebagian orang menganggap pengikut beliau dengan Wahabi. 
tapi yang saya pahami, itu adalah nama yang diberikan orang luar ( Mohon 
koreksi kalau salah ). Saudara saudara ini menamakan diri Ahlus sunnah Wal 
Jamaah. Ini persis dengan Jamaah Tabligh. Tidak ada proklamasi Nama Jamaah 
Tabligh, atau Jamaah Khuruj, tapi karena Metoda yang dijalankan oleh 
Jamaah ini adalah Tabligh, keliling kampung, nginap dimasjid maka orang 
menamakan jamah ini dengan Jamaah tabligh. 

Ahlussunnah wal Jamaah itu ya golongan yang mengikuti Allah melalui Sunnah 
Rosullnya. Jadi golongan yang selalu berpegang teguh pada Al Qur'an dan 
Sunnah Rosul serta mengikuti Salafus Sholih dalam metoda perjuangannya. 
Nama yg terkenal sekarang Ya salafy itu. Ustad Ja'far Umar Thalib, memang 
disana, kendati beberapa waktu yang lalu ( ketika kerusuhan Ambon ) 
terjado perbedaan Ijtihad dengan Beberapa ulama " Salafy "  dalam 
pemecahan masalah AMbon & seperti yang kita tahu Ustad Ja'far mengirimkan 
pasukannya ke Ambon, bahkan meng Qishah Abdullah ( Pasukannya ) yang 
berzina. Ini juga terjadi perbedaan paham diantara Ulama Salafy sendiri 
karena menurut sebagian Ulama Qishah itu tugasnya pemerintah bukan 
wewenang ulama.

 Ahlussunnah wal Jamaah itu bukanlah Mahzab, Juga bukan Organisasi, tapi 
adalah Golongan Orang yang selalu berpegang teguh pada Qur'an dan Sunnah 
serta selalu mencontoh rosulullah dan sahabat. Jadi tidak bisa kita 
berpendapat ' kalau tidak seperti kelompok kita bukan Ahlus Sunnah wal 
Jamaah ".Kalau tidak seperti ini Bid'ah. Kalau Ijtihadnya tidak sama sesat 
dll. Ketika memegang kuat Qur'an dan Sunnah, tidak mengingkarinya satu 
ayatpun  serta mengikuti Cara Rosullullah dan sahabat, serta berijtihad 
dengan Ilmu ketika menghadapi berbagai persoalan dunia Global yang begitu 
pelik, menurut saya ya itulah AhluSunnah Wal Jamaah. Bukankah begitu 
terkenalnya kisah, beberapa sahabat nabi yg mempunyai 2 ijtihad  yg 
berbeda ( dalam sholat Ashar ) yang semuanya dibenarlkan nabi???

Belajar itu memang sangat perlu & sekedar informasi, tempat pengajian 
Salafi yang saya pernah baca adalah SBB

1. Masjid Al Mubarok, Jl Gajah Mada, setiap sabtu 08.00 - 10.00 Ust Abdul 
Hakim Bin Amir Abdat
2. Masjid DDII, Jl Kramat Raya, ust Yazid bin Abdul Qodir Jawaz, Selasa Pk 
13.00 Siang
3. Musholla hidayatus Sholihin, Poltangan Ps Minggu,Ust Abdul Hakim Bin 
Amir Abdat, Setiap Kamis Ba'da Maghrib.

Juga jika Antum, pergi ke Bandung dan ingin belajar, ada sedikit informasi 
yang bisa membantu
1. Setiap Ahad pagi di DT geger kalong Girang
2. Pengajian Percikan Iman Oleh Ust Aam Amirudin LC. Lokasi di msjid Al 
Murosalah  Divlat Telkom,Geger kalong Hilir Sekitar 700 M dari Daarut 
Tauhid. Pak Aam ini pengisi acara siraman Rohani di RCTI, juga di OZ 103 
Fm Bdg. Enak lho suasananya, hanya yg datang cukup banyak, sekitar 7000 an 
orang, kebanyakan masih muda.Setiap Ahad pagi 08.00 - selesai.
3. Forum Ulama Umat Indonesia, Ust Athian Ali Dai, setiap hari Sabtu Pk 
10.00 - 12.00, di Masjid Al Fajar, Jl Situsari, Cijagra Buah batu Bandung.
4. MAQDIS  di Jl Tubagus Ismail, oleh Ust saiful Islam Mubarok LC 

Semoga bermanfaat.

Wass Wr Wb





"radhix" <[EMAIL PROTECTED]>
09/29/2005 10:32 AM

 
        To:     <[EMAIL PROTECTED]>
        cc:     <media-dakwah@yahoogroups.com>, <[EMAIL PROTECTED]>
        Subject:        RE: [media-dakwah] berhentilah mencaci


Assw. Wah, saya jadi penasaran nih, Apakah di Indonesia Aliran
Wahabi/Salafi itu ada?
Kalaulah ada dimana pusat/markasnya? Apakah Ust. Jafar Umar Tholib itu
pimpinannya?
Mohon informasinya jz kk wasww (Radhix)

-----Original Message-----
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, September 28, 2005 3:23 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: [media-dakwah] berhentilah mencaci


Ass Wr Wb

Sejarah Islam pernah Gilang gemilang, Namun perpecahan antar umat islam 
bahkan perang pernah terjadi terutama semenjak Khalifah Utsaman Bin
Affan 
dan setelahnya. Bagaimana Ali Bin Abu Thalib berperang dg Amru Bin Ash 
karena Mu'awiyah.Ketika kekuasaan menjadi tujuan, sahabat yang mulia 
bahkan dijamin masuk surga oleh Rosulullah pun dikafirkan. Lihatlah 
sahabat Ibnu Umar yang dengan bijaksananya tidak memihak salah satu 
kelompok. Beliau juga sangat hati hati dalam berbicara tidak gampang 
mengkafirkan.

Sudah seharusnya kita belajar dari pengalaman. Caci maki dan kebencian 
antar sesama umat islam yang berbeda dalam hal ijtihad perlu
dihilangkan. 
Selama Mengakui kebenaran Al Qur'an secara total, tidak mengingkari Al 
Qur'an dan Sunnah Rosulullah, saling membenci karena berbeda dalam 
strategi Dakwah sangat melemahkan. Semua berpegang pada Qur'an dan
Sunnah, 
namun pamahaman terhadap Hadist bahwa Hadist ini Shohih, Dhoif, Hasan
dll 
kadang berbeda, demikian juga perbedaan Ijtihad karena permasalahan yang

luar biasa yang dialami umat islam. Namun demikian, tidak boleh kita
tidak 
mengkafirkan Apa yang oleh ALLAH dikatakan Kafir. Bagaimana mungkin 
Nasrani & Yahudi sama dengan kita sementara ALLAH mengatakan tidak 
demikian ???

Bagi Saya, terasa menyedihkan manakala terjadi caci maki terhadap sesama

umat islam bahkan yang dianggap ulama sekalipun. Ini pernah terjadi
ketika 
Jaman Khalifah Ali Bin Abi Thalib dan setelahnya. Menyedihkan bagaimana 
Ass Syahid Hasan Al Banna, Sayyid Quthub, Al Maududi dll dikatakan
sesat, 
sementara hidup & matinya telah diserahkan oleh ALLAh dengan segala 
Ijtihad nya.

Demikian juga saya membaca cacian terhadap Muhammad Bin Abdul wahab, 
sementara beliau yang saya pahami sudah banyak sekali baerjuang untuk
din 
ini.

Allah begitu adil, perbuatanh sekecil apapun akan mendapat balasan dari 
ALLAH, apalagi pengorbanan dan jihad yang begitu besar.

Berbeda dengan sebagian manusia yang begitu saja menghilangkan amal yang

begitu besar serta perjuangan yang begitu panjang manakala melihat
sedikit 
kesalahan saja dari orang tersebut.

Bersinergilah, boleh jadi yang mencela tidak lebih baik dari yang
dicela.

Wass Wr Wb




<[EMAIL PROTECTED]>
Sent by: media-dakwah@yahoogroups.com
09/27/2005 08:13 AM

 
        To:     media-dakwah@yahoogroups.com
        cc: 
        Subject:        RE: [media-dakwah] MEMBONGKAR
=?UNKNOWN?Q?=93KEDOK=94?= WAHABI SA LAFI



Assalamu'alaikum wr. wb.
Betul sekali, kita harus mengecek kembali sumber dari berita dan tulisan
ini, jangan2 nama sumbernya cuma karangan saja.

Mulai dari sekarang biasakanlah jika ads diskusi, Jika ada yang 
mengkritisi
suatu pendapat orang lain, maka kemukakan dengan sopan, dasar yang
melandasi, dan yang paling penting...berikan solusi alternatif. Jadi
tidak hanya menyalahkan saja. Terima kasih.

Wassamu'alaikum wr. wb.

Asrofi






"Dahlan, Amrijon" <[EMAIL PROTECTED]>@yahoogroups.com on
27/09/2005 07:39:08

Sent by:    media-dakwah@yahoogroups.com


To:    arief dani <[EMAIL PROTECTED]>, media-dakwah@yahoogroups.com
cc:

Subject:    RE: [media-dakwah] MEMBONGKAR =?UNKNOWN?Q?=93KEDOK=94?=
WAHABI
       SA   LAFI

Assalamualaikum.Wr.Wb

Saya rasa kita harus cek dan ricek lagi tulisan dibawah ini terutama
siapa penulis dan pengirimnya...??? Saya yakin ini adalah cerita
karangan orang non muslim

Wassalam
Amrijon


-----Original Message-----
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]

On
Behalf Of arief dani
Sent: Saturday, September 24, 2005 8:18 PM
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
media-dakwah@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]
Subject: [media-dakwah] MEMBONGKAR =?UNKNOWN?Q?=93KEDOK=94?= WAHABI
SALAFI


MEMBONGKAR "KEDOK" WAHABI SALAFI





Menanggapi banyaknya permintaan pembaca tentang sejarah berdirinya
Wahabi maka kami berusaha memenuhi permintaan itu sesuai dengan asal
usul dan sejarah perkembangannya semaksimal mungkin berdasarkan berbagai
sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan,
diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan
I'tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan
Khulashatul Kalam karya 
Sayyid
Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain.



Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul
Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah
seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain
dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India
dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh
seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai
mata-mata Inggris di 
Timur
Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan 
ajaran
barunya. Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan
agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha'i. Bahkan
Muhammad 
bin
Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial
dengan alirannya Wahabi.



Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut 
madzhab
Hanbali, bah&shy;kan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni
yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan
guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia
akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang
untuk berhati-hati terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat
itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi
peringatan khusus padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul
Wahab, ulama' besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan
kepadanya dengan judul As-Sawa'iqul 
Ilahiyah
Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di
Madinah, Syekh Muhammad bin Su&shy;laiman AI-Kurdi as-Syafi'i, menulis
surat berisi nasehat:



"Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu
dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini
bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah,
maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah
tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang
bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan
As-Sawadul A'dham (ketompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena
engkau menjauh dari kelompok terbesar, 
orang
yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab 
dia
tidak mengikuti jalan muslimin".



Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah
kelompok terbesar. Allah berfirman : "Dan barang siapa yang
menen&shy;tang Rasul sesudah jelas ke&shy;benaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia

leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan 
mereka
bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan
jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115)



Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, 
adalah
mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah ,kubur,
maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan
ahlussunnah wal jama'ah berkaitan dengan tawassul, ziarah, kubur serta
maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu,
justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya,
termasuk guru-gurunya sendiri.



Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab,
"Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan?"
Dengan segera dia menjawab, "Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu 
orang,
dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan orang
yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan" Lelaki itu
bertanya lagi "Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu person pun
dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah
tersebut? Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi
bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim." Mendengar jawaban itu Ibn
Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa.



Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat
ayahnya dan guru-gurunya itu. Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam,
dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang
yang pengetahuan agamanya minim banyak yang terpengaruh. Termasuk
diantara pengikutnya adalah penguasa Dar'iyah, Muhammad bin Saud
(meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian
hari menjadi mertuanya. Dia mendukung secara penuh dan memanfaatkannya
untuk memperluas wilayah kekuasaannya. 
Ibn
Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika
dia menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera
melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan 
syirik
selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin surga.



Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah
nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy,
Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini
tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya idengan
julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki
Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus
mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa
sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang
tuanya. Dia juga diharuskan mengakui 
bahwa
para ulama' besar sebe&shy;lumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui
hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun
langsung dibunuh. Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi
SAW dengan dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya
melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata
:



"Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih 
bisa
digunakan membu&shy;nuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak
tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan
pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya. Pengikutnya
semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama
untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab,
seperti tawas&shy;sul, ziarah kubur, peringatan Mau&shy;lid dan
sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab
lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka
menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW,
Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat
munkar yang berpotensi 
syirik
kepada Allah. Dua tahun kemudian, me&shy;reka menyerang Madinah,
menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan
yang ada di Hujrah Nabi Muhammad. Keberhasilan menaklukkan  Madinah
berlanjut.



Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup
Ka'bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di
Ma'la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran
Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah,
masjid Abdullah bin Abbas. Mere&shy;ka terus menghancurkan masjid-masjid
dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan
diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan
sebagian mereka kencing di 
kubur
kaum solihin tersebut.



Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan 
Usmani,
Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir,
di bawah pimpinan Muham&shy;mad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813,
Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. Gerakan Wahabi surut. Tapi,
pada awal 
abad
ke-20, Abdul Aziz bin Sa'ud bangkit  kembali mengusung paham Wahabi.
Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah,
memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I.
Sejak itu, 
hingga
kini, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini
pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan
dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya
Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan
pemikiran, sebab 
kelompok
ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi'i
yang sudah mapan.



Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di
atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma'la (Mekkah), di 
Baqi'
dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah
dengan
mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah   Nabi 
SAW
dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan
menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena
gencarnya desakan kaum Muslimin International maka dibangun
perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah menghargai
peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam. Semula
AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad SAW dimakamkan
juga akan dihancurkan dan dira&shy;takan dengan tanah tapi karena
ancaman International  maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan
mengurungkan niatnya. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi manasik
haji akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena
banyak yang menentangnya maka  diurungkan.



Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak
mempedulikan situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang
menjadi saksi se&shy;jarah Rasulullah SAW dan sahabatnya. Bangunan itu
dibongkar karena khawatir dijadikan tempat keramat. Bahkan sekarang,
tempat kela&shy;hiran Nabi SAW terancam akan di&shy;bongkar untuk
perluasan tempat parkir. Sebelumnya, rumah Ra&shy;sulullah pun sudah
lebih dulu digusur. Padahal, disitulah Ra&shy;sulullah berulang-ulang
menerima wahyu. Di tempat itu 
juga
putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah meninggal.



Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme paling punya
andil dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs sejarah
itu bisa mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada bulan Juli yang
lalu, Sami Angawi, pakar arsitektur Islam di wilayah terse&shy;but
mengatakan bahwa beberapa bangunan dari era Islam kuno terancam musnah.
Pada lokasi 
bangunan
berumur 1.400 tahun Itu akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang
menjadi tujuan ziarah jamaah haji dan umrah.



"Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah
Mak&shy;kah. Bagian bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun
tempat parkir," katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300
bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun
terakhir. Bahkan 
sebagian
besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri
pada 1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan
Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut
tertulis, "Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi
menggiring umat 
Muslim
pada penyembahan berhala."



Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan.
Mereka banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa
Ar-Rasul 
SAW.
Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala
Wahabi. Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli
purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk
menggali peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum
jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan
bangga mereka menunjukkan  bahwa zaman pra Islam telah menun&shy;jukkan
kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan pelenyapan
bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.



Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim,
mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang
cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan
mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bid'ah. Itulah ucapan yang
selalu didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui
jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri
kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali
Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.



Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan
Hindu dan Budha, padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 %
penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10 %
sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang kafir saja tak
bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Justru mereka dengan
mudahnya mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada
Allah SWT. 
Jika
bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk 
berdakwah
ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum wahabi
itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau
masih kafir. (Naudzu Billah min Dzalik).



Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai
faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Mereka
berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai
golongan yang selamat dan sebagainya, itu semua omong kosong belaka.
Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai
ribuan orang di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz
(yang sekarang dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang
terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan
anak-anak serta 
balita
pun mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi
sekitar
tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih   memberantas bid'ah,
padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama bid'ah? Karena
nama negeri Rasulullah SAW diganti dengan nama satu keluarga kerajaan
pendukung faham wahabi yaitu As-Sa'ud.



Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini
dalam beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW dalam 
memberitakan
sesuatu  yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih,
sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan lainnya.
Diantaranya: "Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari
arah sana," sambil menunjuk ke arah timur (Najed).

(HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)



"Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur'an
namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati),
mereka ke&shy;luar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya,
mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali
ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul)."

(HR Bukho-ri no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh
Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban



Nabi SAW pernah berdo'a: "Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara
Syam dan Yaman," Para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah,
beliau
berdo'a: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan
pada yang ketiga kalinya beliau SAW bersabda: "Di sana (Najed) akan ada
keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk syaitan.",
Dalam riwayat lain dua tanduk syaitan.



Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka adalah
bercukur (gundul). Dan ini adalah merupakan nash yang jelas ditujukan
kepada para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, karena dia telah
memerintahkan setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya hingga mereka
yang mengikuti tidak diperbolehkan  berpaling  dari majlisnya sebelum
bercukur gun&shy;dul. Hal seperti ini tidak pernah terjadi pada
aliran-aliran sesat lain sebelumnya. Seperti yang telah dikatakan oleh
Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal:



"Tidak perlu kita menulis buku untuk menolak Muhammad bin Abdul 
Wa&shy;hab,
karena sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah SAW itu sendiri
yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul),
karena ahli bid'ah sebelumnya tidak pernah berbuat demikian". Al-Allamah
Sayyid AIwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah AI-Haddad
menyebutkan dalam kitabnya Jala'udz Dzolam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi SAW: "Akan keluar
di abad kedua belas nanti 
di
lembah BANY HANIFAH seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan
(sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu
banyak terjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin,
diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin..."
AI-Hadits.



BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad 
bin
Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi menyebutkan bahwa orang
yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun
mengenai sabda Nabi SAW yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan
dari arah timur
(Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah
Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab.



Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang
ulama' mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: "Ba daa halaakul
khobiits" (Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji)



(Masun Said Alwy)

Diambil dari rubrik Bayan, majalah bulanan Cahaya Nabawiy No. 33 Th. III
Sya'ban 1426 H / September 2005 M Wassalamu'alaikum wr wb Yusa.


Memahami Karakter Salafi
Oleh: Abu Rifa al-Puari
Publikasi 26/03/2004

hayatulislam.net - Mungkin saat kita berdiskusi dengan golongan yang
mengaku sebagai salafi, salafiyun atau salafush shalih, akan menimbulkan
kesan bahwa golongan ini merasa paling benar sendiri dan cenderung
mencela golongan lain. Sehingga tidak ada golongan yang begitu aktif
mencela golongan lain selain salafi, baik melalui buku-buku dan website
mereka, kasus mutakhir adalah buku "Rapot merah aa Gym". Secara tidak
sengaja penulis memperoleh jawaban atas karakter salafi tersebut dari
sebuah buku karangan ulama salafi dengan judul: "Menepis penyimpangan
manhaj Dakwah", karangan Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi.

Buku tersebut bukan sebuah buku yang berisi celaan semata, tetapi buku 
yang
telah direkomendasikan dan disetujui oleh salah satu ulama salafi Shalih
bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, dihalaman depan terdapat surat
rekomendasi dari Shalih bin Fauzan untuk menerbitkan buku tersebut:
".... Sungguh, komentar (ta'liq)-nya telah mencukupi. Dan saya ijinkan
untuk menerbitkan dan menyebarkannya. Mudah-mudahan Allah SWT menjadikan
risalah ini bermanfaat untuk manusia"

Artinya, buku ini dapat digunakan sebagai representasi sikap salafi
terhadap golongan yang berbeda pendapat (ijtihad) dengan mereka.
Disamping itu, apa yang tertera didalam buku tersebut juga diperkuat
lagi dengan buku-buku salafi yang lain dan website-website salafi.

Mungkin buku tersebut dimaksudkan memberikan nasehat kepada golongan
yang dianggap menyalahi as-sunnah dan mereka yang tidak termasuk
golongan salafi, tetapi secara tidak sadar buku tersebut telah
menelanjangi KARAKTER ASLI SALAFI. Dalam tulisan ini akan diungkapkan
karakter salafi dan bantahan terhadap pendapat mereka. Karakter-karakter
salafi dapat kita simpulkan sebagai berikut:


1. Merasa dirinya paling benar dan Satu-satunya golongan yang selamat,
benar dan masuk syurga

Salafi meyakini bahwa merekalah yang disebut-sebut dalam hadits Nabi
sebagai golongan yang selamat dan masuk syurga, sedangkan 72 golongan
lainnya kelompok sesat dan bid'ah dan akan masuk neraka. Hadits tersebut
berbunyi,

Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya
masuk neraka kecuali satu golongan." Ditanyakan kepada beliau: "Siapakah
mereka, wahai Rasul Allah?" Beliau menjawab: "Orang-orang yang
mengikutiku dan 
para
sahabatku." [HR Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darami dan
Al-Hakim].

Keyakinan salafi ini diperkuat oleh kaidah yang mereka gunakan:
"Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan jumlahnya banyak sekali", hal
ini berasal dari pemahaman salafi terhadap hadits Rasulullah Saw,
Rasulullah saw
bersabda: 'Inilah jalan Allah yang lurus' Lalu beliau membuat beberapa
garis kesebelah kanan dan kiri, kemudian beliau bersabda: 'Inilah
jalan-jalan (yang begitu banyak) yang bercerai-berai, atas setiap jalan
itu terdapat syaithan yang mengajak kearahnya' Kemudian beliau membaca
ayat, Dan
(katakanlah): 'Sesungguhnya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah dia.
Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan
itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu 
diperintahkan
Allah kepadamu agar kamu bertaqwa. (Qs. al-An'aam [6]: 153). [HR Ahmad,
Ibnu Hibban dan Hakim]. (lihat 5, hal 47-48).

Dengan mengutip dua hadits tentang; satu golongan yang selamat dari 73
golongan dan hanya satu jalan yang lurus, maka salafi meyakini bahwa
merekalah yang disebut-sebut kedua hadits tersebut. Salafi-lah 
satu-satunya
golongan yang selamat dan masuk syurga, serta golongan yang menempuh
jalan yang lurus itu. Simaklah pernyataan salafi,

"Dan orang-orang yang tetap diatas manhaj Nabi saw, mereka dinisbahkan
kepada salaf as-shalih. Kepada mereka dikatakan as-salaf, as-salafiyun.
Yang menisbatkan kepada mereka dinamakan salafi" (lihat 1, hal 33
catatan 
kaki).

"Kami diatas manhaj yang selamat, diatas akidah yang selamat. Kita
mempunyai segala kebaikan -alhamdulillah-" (lihat 1, hal 76-77).

"Jadi jika benar dia diatas manhaj Rasulullah Saw dan manhaj salafu
ash-shalih, maka dia dari ahlu jannah. Bila dia menjadi orang yang
berbeda diatas manhaj sesat, maka dia terancam neraka" (lihat 1, hal
110).

"Saya (Abu Abdillah) berkata: Subhanallah! Bagaimana dia membolehkan
dirinya menggabungkan antara manhaj salaf yang benar dengan
manhaj-manhaj dan kelompok-kelompok bid'ah yang sesat dan bathil" (lihat
1, hal 32 catatan kaki).

"Jalan merekalah yang harus ditempuh oleh generasi yang datang
setelahnya, memahami dengan pemahaman mereka, menerapkan dan
mendakwahkannya seperti mereka. Jalan merekalah yang kemudian dikenal
dengan istilah manhaj salaf, metode salaf, ajaran salaf atau pemahaman
salaf dan lain-lain" (lihat 4).

Akibatnya, sulit bagi salafi untuk menerima ijtihad golongan/ulama lain
yang berbeda dengan mereka, karena salafi meyakini kebenaran hanya satu
dan salafi-lah pemilik kebenaran itu, karena merekalah golongan yang
paling sesuai dengan as-sunnah, yang paling benar, selamat dan ahlu
jannah.

Dalam hadits tersebut ada kata firqah, tapi dalam konteks ini sebagai
seseorang/golongan yang dikutuk karena tindakan yang mereka lakukan
telah menyimpang dari wahyu Allah. Firqah yang dihukum dan masuk kedalam
api neraka, serta firqah yang selamat dan masuk syurga tidak bisa
dinisbatkan kepada golongan tertentu. Oleh karena itu, mereka-mereka
yang mengikuti mazhab-mazhab tertentu atau golongan lain selain salafi
tidaklah bisa diberi label 'sesat'. (lihat 2).

Kebenaran hanya milik Allah swt, bukan milik satu golongan. Bahkan para
Imam Madzhab sendiri tidak pernah meng-klaim bahwa diri (madzhab)
merekalah 
yang
paling benar, simaklah pernyataan para Imam Madzhab tersebut,

Imam Abu Hanifah (Hanafi): "Jika suatu hadits shahih, itulah madzhabku".
"Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu
darimana kami mengambil sumbernya"

Imam Malik (Maliki): "Saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah,
terkadang benar. Oleh karena itu, telitilah pendapatku. Bila sesuai
dengan al-Qur'an dan sunnah, ambillah, dan bila tidak sesuai dengan
al-Quran dan sunnah, tinggalkanlah"

Imam Syafi'i: "Bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang
berlainan dengan hadits Rasulullah Saw, peganglah hadits Rasulullah Saw
itu dan tinggalkanlah pendapatku itu"

Imam Ahmad bin Hambal (Hambali): "Janganlah engkau taqlid kepadaku atau
kepada Malik, Syafi'i, Auza'i dan Tsauri, tetapi ambillah dari sumber
mereka mengambil" (lihat 8, hal 53-60).

Begitulah para Imam Madzhab menganjurkan untuk tidak merasa paling benar
sendiri dan tidak taqlid kepada satu golongan, merekalah salafus shalih
yang benar. Ketika salafi merasa paling benar sendiri, maka salafi
bukanlah salafush shalih yang benar seperti yang telah dicontohkan oleh
para Imam Madzhab.

Bahkan diantara Imam Madzhab terdapat perbedaan ijtihad dalam beberapa
masalah furu', mereka tidak saling membid'ahkan dan menyesatkan satu
sama lain. Bahkan menganjurkan untuk menelaah dulu hujjah mereka dan
jika ada hujjah yang lebih kuat (quwwatut dalil) silahkan diambil hujjah
itu.

Dilain hal, jaminan Allah SWT terhadap hamba-Nya ahli syurga adalah
kepada orang yang mukmin, tidak ada klasifikasi apakah mukmin salafi,
mukmin ikhwani, mukmin tahriri, mukmin tablighi, dan mukmin-mukmin
tertentu saja. Selama mukmin tersebut menjalankan semua perintah-Nya dan
meninggalkan semua larangan-Nya, maka Allah SWT menjanjikan syurga bagi
mukmin tersebut,

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta
mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. (Qs. at-Taubah [9]: 111).

Golongan yang lain adalah sesat dan bid'ah serta lebih berbahaya
daripada golongan fasik

Salafi meyakini golongan lain yang berbeda dengan mereka sebagai sesat
dan ahlu bid'ah. Golongan bi'dah ini lebih berbahaya dari pada golongan
fasik (pelaku maksiat), karena golongan fasik masih bisa dinasehati dan
diajak kejalan yang benar karena mereka tahu telah berbuat maksiat,
sedangkan 
ahlu
bid'ah tidak tahu bahwa mereka telah sesat, sehingga sulit untuk diajak
kejalan yang benar.

"Sebab pelaku maksiat masih bisa diharap untuk bertaubat, karena dia 
merasa
berdosa dan tahu bahwa dirinya berbuat maksiat. Berbeda dengan ahli 
bid'ah,
sedikit sekali kemungkinannya untuk bertaubat. Karena mubtadi' (pelaku
bid'ah) menyangka kalau dirinya diatas kebenaraan, dan menyangka bahwa
dirinya orang yang taat serta diatas ketaatan." (lihat 1, hal 22).

Istiqamahnya golongan yang dianggap sesat dan bid'ah oleh salafi dengan
pendapat (ijtihad) mereka, adalah hal yang wajar dan dapat dipahami, 
karena
golongan ini mempunyai hujjah yang kuat juga untuk mempertahankan
ijtihad mereka. Disisi lain, perbedaan dalam masalah furu'iyah
khilafiyah 
merupakan
hal yang biasa dalam khasanah Islam dan para mujtahid (lihat penjelasan
pada poin 2).

Hanya mereka yang berhak menyandang nama salafi

Salafi meyakini bahwa wajib memberikan nama golongan yang selamat itu
sebagai salafi dan melarang golongan lain menggunakan nama salafi, "Jadi
penisbatan kepada salaf adalah penisbatan yang harus, sehingga jelaslah
bagi salafi (pengikut salaf) terhadap al-haq" (lihat 1, hal 33 catatan
kaki).

"Oleh karenanya tidak boleh memakai nama salafiyah, bila tidak diatas
manhaj salaf" (lihat 1, hal 34).

Sikap ini menunjukkan rasa 'ashabiyyah yang kental, dengan menganggap
golongannya yang paling benar dan Rasulullah Saw mencela sikap
'ashabiyyah ini,

Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyeru kepada 'ashabiyyah, 
orang
yang berperang karena 'ashabiyyah, serta orang yang mati karena
'ashabiyyah. [HR Abu Dawud].

Bahkan Shalih bin Fauzan Al-Fauzan yang merekomendasikan kitab "Menepis
penyimpangan manhaj Dakwah", dalam kitabnya Al-Wala' dan Al-Bara'
melarang bersikap 'ashabiyyah,

"Inilah keadaan orang-orang yang ashabiyah pada saat ini dari sebagian
pengikut-pengikut madzhab, aliran tasawuf serta penyembah-penyembah
kubur. Apabila mereka diajak untuk mengikuti Al-Kitab dan as-sunnah
serta 
membuang
jauh apa-apa yang menyelisihi keduanya (Al-Kitab dan as-sunnah) mereka
berhujjah (berdalih) dengan madzhab-madzhab, syaikh-syaikh, bapak-bapak 
dan
nenek moyang mereka" (lihat 3, hal 63-64).

Bagaimana bisa timbul pertentangan, satu sisi merekomendasikan sebuah 
kitab
yang sangat kental sikap 'ashabiyyahnya karena merasa golongan yang
paling benar dan hanya mengacu kepada ijtihad ulamanya sendiri, tetapi
dalam 
kitab
lain melarang orang-orang bersikap 'ashabiyyah. Ini salah satu 
pertentangan
beberapa kitab diantara ulama-ulama salafi, bahkan dalam satu kitab bisa
terjadi pertentangan satu sama lain.


2. Mencela golongan/ulama lain

Tidak boleh berkasih sayang, berteman, semajelis dan shalat dibelakang
golongan sesat dan bid'ah. Jangan ungkapkan kebaikannya dan selalu
ungkapkan keburukan golongan sesat dan bid'ah.

Terkait dengan poin 1 diatas dimana hanya golongan salafi-lah yang
paling benar, mengakibatkan salafi dengan mudah mencela golongan/ulama
lain yang berbeda ijtihad dengan mereka, bahkan salafi melarang berkasih
sayang dan berteman dengan mereka,

"Adapun apabila bermaksud berkasih sayang dengan mereka atau berteman
dengan mereka tanpa (ada maksud) mendakwahi dan menjelaskan yang haq,
maka tidak boleh. Seseorang tidak boleh bergaul dengan orang-orang yang
menyimpang tersebut, kecuali didalamnya didapatkan faedah syar'i, yaitu
menyeru 
mereka
kepada Islam yang benar dan menjelaskan al-haq agar kembali kepada
kebenaran" (lihat 1, hal 26).

Tidak boleh semajelis dengan mereka, "Abu Qalabah berkata: Janganlah 
kalian
bermajelis dengan mereka dan jangan kalian bergaul dengan mereka.
Sesungguhnya saya tidak merasa aman dari mereka yang akan menceburkan
kalian dalam kesesatannya. Atau mengaburkan kebenaran-kebenaran yang
telah kalian ketahui" (lihat 1, hal 111 catatan kaki).

Bahkan salafi tidak boleh shalat dibelakang mereka,

"Jangan shalat dibelakang mereka, seperti Jahmiyah dan Mu'tazilah"
(lihat 1, hal 66 catatan kaki).

Tidak boleh mengungkapkan secuilpun kebaikan mereka karena mengakibatkan
orang awam akan mengikuti mereka, harus diungkapkan 
keburukan-keburukannya,

"Apabila engkau menyebutkan kebaikan-kebaikannya, berarti engkau menyeru
untuk mengikuti mereka. Jangan... jangan engkau sebutkan
kebaikan-kebaikannya. Sebutkan saja penyimpangan-penyimpangan yang ada 
pada
mereka. Karena engkau diserahi untuk menjelaskan kedudukan mereka dan
kesalahan-kesalahan agar mereka mau bertaubat, dan agar orang lain
berhati-hati terhadapnya" (lihat 1, hal 28-29).

Begitu berbahayanya golongan yang dianggap sebagai sesat dan bid'ah
tersebut, sehingga "nyaris" diperlakukan seperti orang kafir, tidak
boleh berteman, berkasih sayang dan semajelis dengan mereka. Karena
begitulah perintah Allah swt dalam memperlakukan orang-orang kafir,
mukmin tidak boleh berteman dekat dengan orang kafir,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman

kepercayaanmu orang-orang yang diluar kalanganmu (karena) mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. (Qs. Ali'Imraan [3]:
118).

Tidak boleh semajelis dengan mereka,

Dan sungguh Allah telah menurunkan padamu didalam Al-Quran bahwa apabila
kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka
janganlah kamu duduk berserta mereka. Karena sesungguhnya (kalau kamu
berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah
akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir
didalam neraka jahanam. (Qs. an-Nisaa' [4]: 140).

Padahal sesama mukmin itu bersaudara, apapun golongan, kebangsaan, dan
sukunya, selama ia seorang muslim maka ia saudara bagi muslim yang lain.
Rasulullah saw tidak pernah membedakan antara Abu Bakar dan Umar yang 
Arab,
Bilal yang Habsyi (negro), Salman yang Persi dan Shuhail yang Rumawi,
semuanya sama dihadapan Rasulullah Saw selama mereka beriman kepada
Allah dan rasul-Nya.

Sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara karena itu damaikanlah antara 
kedua
saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (Qs.
al-Hujuraat [49]: 10).

Sesama mukmin tidak boleh saling mencela, mendzalimi dan merendahkan, 
serta
harus berda'wah dengan lemah lembut,

Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya; satu sama lain tidak boleh
saling mendzalimi, menelantarkan dan merendahkan. [HR Muslim dan Ahmad].

Maka disebabkan rahmat Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka. (Qs.
Ali-'Imraan 
[3]:
159)

Golongan sesat dan bid'ah harus dihambat gerakannya dan kalau perlu
dimusnahkan

Salafi meyakini golongan sesat dan menyesatkan ini (termasuk partai 
politik
dan salafi memberikan istilah hizbiyyah atau haraqah, metode da'wah
hizbiyyah ini beraneka ragam, ruwet, lagi kacau lihat 6, hal 39) harus
dihambat gerakannya dan kalau perlu dimusnahkan karena sangat berbahaya
bagi masyarakat, karena golongan ini akan meracuni masyarakat dan
menyebar perpecahan umat.

"Da'i salafiyun tidak boleh memberi kelapangan bagi tersebarnya
manhaj-manhaj mereka. Bahkan wajib mempersempit ruang gerak dan 
memusnahkan
manhaj mereka" (lihat 1, hal 69 catatan kaki).

Sehingga kaum muslimin harus menyatu dalam satu golongan saja, yakni
salafi. Tidak boleh ada golongan-golongan lain yang eksis, adanya
jamaah-jamaah, kelompok-kelompok atau golongan-golongan menunjukkan
adanya perpecahan 
umat
Islam. (lihat 6, hal 39).

Hampir semua golongan dianggap sesat dan menyesatkan oleh salafi, mereka
pukul rata antara golongan yang sesat dengan golongan yang benar. Hanya
gara-gara beberapa perbedaan ijitihad dalam masalah furu', dengan mudah
salafi menyesatkan golongan tersebut.


Salafi menyesatkan golongan syi'ah (rafidhah) dan Ahmadiyah, salafi juga
menyesatkan pula golongan lain yang berbeda ijtihad dalam beberapa hal
dengan mereka semisal Ikhwanul Muslimin, Jamaah Tabligh, Hizbut Tahrir,
NII, Tasawuf, dan lain-lain. (lihat 5, hal 95-145).

"Saya (Abu Abdillah) berkata: Ya Allah ya Rab kami saksikanlah bahwa
kami bara' (berlepas diri) dari dakwah IM dan pendirinya, yang
menyelisihi al-kitab dan as-sunnah dan apa-apa yang ada pada pendahulu
umat ini" 
(lihat
1, hal 26 catatan kaki).

Ulama yang berbeda ijtihad dengan salafi dianggap sesat dan ahlu bid'ah,
diharamkan membaca kitab-kitab mereka

Ulama-ulama besar dan berjasa bagi kebangkitan kaum muslimin tidak luput
dari celaan salafi, menganggap mereka ahlu bid'ah, dilarang memuji,
mengagungkan mereka, mengharamkan untuk membaca kitab-kitab mereka dan
mendengarkan kaset-kaset mereka. Hal ini terjadi karena perbedaan
ijtihad dalam beberapa hal saja. Ulama yang mereka anggap sesat dan ahlu
bid'ah antara lain; Hasan Al-Banna, Sayyid Qutb, Muhammad Qutb, Abul
A'la Al-Maududi, Taqiyuddin An-Nabhani, Muhammad Al-Ghazali, Muhammad
Surur, Hasan Turabi, Yusuf Qaradhawi, dan lain-lain.

Bahkan ada orang yang memuji-muji: "Abul A'la Al-Maududi dan
kitab-kitabnya, Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin, Hasan Al-Banna,
Sayyid Qutb, Hasan Turabi dan yang semisal mereka dari kalangan ahlu
bid'ah" (lihat 1, 129 catatan kaki).

"Tidak boleh membaca kitab-kitab ahlu bid'ah maupun mendengarkan
kaset-kaset mereka. Kecuali orang yang ingin membantah dan menjelaskan
kerusakan mereka" (lihat 1, hal 111).

"Hingga siapa saja yang memuji, memuliakan, mengagungkan kitab-kitab
mereka, atau memberi udzur (maaf) untuk mereka, maka samakan dia dengan
mereka (ahlul bid'ah dan ahlu ahwa'), dan tidak ada kemuliaan bagi
mereka semua" (lihat 1, hal 133 catatan kaki).

"Hati-hati engkau terhadap kitab-kitab ini. Ini adalah kitab-kitab
bid'ah dan sesat, berpeganglah kalian kepada atsar" (lihat 1, hal 112
catatan kaki).

Sungguh sikap tercela dengan menganggap golongan/ulama itu sesat, hanya
karena dalam beberapa hal ijtihad mereka berseberangan dengan salafi. 
Dalam
masalah-masalah furu'iyah khilafiyah bisa saja perbedaan ijtihad, para
sahabat seringkali berbeda pendapat dalam banyak hal, yang terkait
kepada masalah-masalah furu'. Mujtahid-mujtahid besar dalam Islam-pun
mempunyai perbedaan pendapat diberbagai aspek agama Islam, tetapi sekali
lagi 
masalah
yang menjadi dasar perbedaan tersebut adalah dalam furu'. Tetapi mereka
tidak saling menyesatkan dan membid'ahkan. (lihat 2)

Kasus yang sangat populer dizaman Rasulullah Saw dimana diyakini sebagai
landasan dibolehkannya perbedaan (ikhtilaf) dalam masalah furu', adalah
saat perang Khandaq. Dimana para sahabat memahami berbeda perintah
Rasulullah Saw,

Janganlah salah seorang dari kalian melaksanakan shalat ashar kecuali
di(daerah) Bani Quraizhah.

Para sahabat ada yang shalat ashar dalam perjalanan, ada juga yang
mengakhirkan shalat 'ashar hingga sampai di Bani Quraizhah, maka 
Rasulullah
Saw-pun mendiamkan (taqrir) kedua kelompok sahabat yang berbeda itu
(lihat 7, hal 14). Hal ini diyakini bahwa dibolehkan terjadinya ikhtilaf
dalam masalah furu' dan membantah dengan tegas pernyataan salafi bahwa 
"Kebenaran
hanya satu", karena dalam kasus melaksanakan shalat 'ashar yang berbeda
diantara dua kelompok sahabat ini didiamkan (taqrir) oleh Rasulullah saw
atau kedua kelompok sahabat itu benar dan tidak ada yang salah.

Khatimah:

1. Salafi merasa dirinya yang paling benar, karena mereka meyakini
kebenaran hanya satu, indikasi yang terdapat dalam hadits hanya satu
golongan yang masuk syurga dari 73 golongan adalah golongan salafi,
serta salafi menganggap sesat dan bid'ah golongan yang berseberangan
ijtihad dengan mereka. Sehingga sulit bagi salafi untuk menerima ijtihad
yang berbeda dengan mereka dan sangat taqlid dengan ijtihad ulama-ulama
mereka.

2. Salafi cenderung mencela golongan lain, karena salafi diperintahkan
untuk mengungkapkan semua keburukan golongan sesat dan bid'ah itu dan
dilarang mengungkapkan secuil-pun kebaikan mereka. Karena mengungkapkan
kebaikan mereka akan menyebabkan orang lain mengikuti golongan sesat dan
bid'ah 
itu.
Sehingga tidak heran jika buku-buku dan website-website salafi banyak
memuat celaan sesat dan bid'ah kepada golongan lain.

3. Salafi juga melarang untuk berkasih sayang, berteman dengan golongan
selain mereka, bahkan tidak boleh shalat dibelakang mereka, salafi
menyesatkan ulama yang mereka anggap ahlu bid'ah, melarang memuji,
mengagungkan, membaca kitab dan mendengarkan kaset ulama-ulama tersebut.
Sehingga salafi akan mengalami kesulitan dalam menjalin ukhuwah dengan
golongan lain, malah akan menimbulkan pertentangan dan perpecahan dengan
golongan lain.

4. Salafi akan menghambat gerak da'wah golongan yang dianggap sesat dan
bid'ah oleh mereka, bahkan harus memusnahkan mereka (golongan da'wah dan
partai politik), karena golongan itu akan meracuni umat dan menimbulkan
perpecahan. Sehingga akan timbul benturan dimedan da'wah antara salafi
dengan golongan lain, karena golongan lain merasa dihalang-halangi saat
berda'wah diarea-area yang dikuasai oleh salafi.

Diharapkan setelah memahami karakter salafi ini, kita mampu
mengantisipasi menghadapi golongan seperti ini. Tetapi jangan kaget,
jika penjelasan dari kitab-kitab salafi diatas, akan ditemukan
pertentangan dalam kitab-kitab salafi yang lain. Karena diantara ulama
salafi sendiri bisa terjadi saling pertentangan, seperti halnya
terpecahnya salafi dalam beberapa golongan. Wallahua'lam,

Maraji':
1. Menepis penyimpangan manhaj Dakwah, Abu Abdillah Jamal bin Farihan
Al-Haritsi. Ini buku utama yang membongkar karakter asli salafi dan
telah direkomendasikan untuk diedarkan oleh ulama salafi Shalih bin
Fauzan. 2. www.hayatulislam.net , Kritik: Terbagi kedalam 73 golongan,
Asif Khan 3. Al-wala' dan al-bara', Shalih bin Fauzan Al-Fauzan 4.
www.salafy.or.id , Sekali lagi : Mengapa harus manhaj Salaf ?, Muhammad
Umar As-Sewed 5. Risalah bid'ah, Abdul Hakim bin Amir Abdat. Ini buku
yang unik, karena mencantumkan daftar bid'ah dengan nomor tertentu
sehingga mirip penomoran hadits. Tidak kurang 561 bid'ah dicantumkan
dalam buku ini. 6. Bunga rampai fatwa-fatwa syar'iyah jilid 1, Abul
Hasan Musthafa 7. Masalah-masalah khilafiyah diantara gerakan Islam,
Muhammad 
Asy-Syuwaiki
8. Sifat Shalat nabi, Muhammad Nashiruddin Al-Albani


---------------------------------
Yahoo! for Good
 Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort.

[Non-text portions of this message have been removed]






Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim
email ke: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links










Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim
email ke: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links
















Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim
email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links



 






[Non-text portions of this message have been removed]






Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim
email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links



 






[Non-text portions of this message have been removed]






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke