Assalamualaikum :)
Afwan sebelumnya, saya hanya ingin mengutip cerita Aa.Gym yang saya dapat
dari beliau di sebuah acara Tarhib Ramadhan di Istora Senayan beberapa hari
yang lalu. Menurut beliau kesediaan untuk ikut dalam sebuah iklan layanan
masyarakat tentang BBM adalah dengan syarat "netral" yang artinya tidak
menyetujui tapi juga tidak menentang. dan beliau juga bilang pada saat
syuting untuk iklan itu durasinya cukup lama dengan pesan yang lumayan
panjang. Tapi.... begitu ditayangkan yang keluar hanya "sabar dan iklas
berkorban" itu tadi, selebihnya disensor :) yang kemudian memberi kesan
bahwa Aa.Gym MENYETUJUI kenaikan BBM. setelah itu banyak sms, telpon, dan
lain2 yang "memprotes" Aa atas iklan layanan masyarakat itu. "Kekecewaan dan
Sebuah Pelajaran Berharga" begitu Aa menyebut tentang iklan tersebut. Tapi
itulah media, tidak semua yang terlihat sesuai dengan maksud yang dituju,
atau sebaliknya :)

Semoga saja dengan oleh-oleh cerita Aa.Gym ini, teman-teman serta penulis
dan pada khususnya saya bisa sedikit membuka hati untuk belajar melihat
sesuatu dari kacamata orang lain sebelum memutuskan untuk menilai :). Amien
Ya Rabb...

Akhirnya, Selamat Menjalankan Ibadah Puasa. Mohon Maaf Lahir Bathin. Semoga
Ramadhan kita tetap dinaungi rahmat dan barokah Allah SWT.

----- Original Message -----
From: "Lisna" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <media-dakwah@yahoogroups.com>
Sent: Tuesday, October 04, 2005 9:57 AM
Subject: [media-dakwah] Surat Terbuka Untuk Aa Gym (afwan...untuk yang sudah
pernah dapat)



Surat Terbuka Untuk Aa Gym


      Publikasi 03/10/2005

      hayatulislam.net - Yth KH Abdullah Gymnastiar

      Bismillâhirrahmânirrahîm

      Assalâmu'alaikum Warahmatullâhi Wabarâkâtuh,

      Bagaimana kabarnya Aa? Semoga Aa dan keluarga dalam keadaan sehat wal
afiat, dan tidak ikut mengantri minyak tanah ataupun premium apalagi
pertamax, seperti rakyat kebanyakan.


      Aa yang dimuliakan Allah,

      Saya termasuk orang yang sering menikmati ceramah Aa. Di televisi, rad
io ataupun rekamannya. Tulisan-tulisan Aa juga sering saya baca. Ceramah Aa
itu ringan, enak disimak dan menyejukkan. Sampai-sampai banyak kaum
non-muslim yang juga ikut mengagumi Aa. Bahkan teman-teman di Jaringan Islam
Liberal juga menjadikan dakwah Aa sebagai teladan. Kata mereka, dakwah Aa
sejuk tidak 'brangasan' seperti FPI ataupun MUI yang mengeluarkan fatwa yang
membakar jenggot mereka. Aa memang bisa merangkul banyak kalangan.

      Tapi beberapa hari ini saya bingung dengan sikap Aa. Itu terjadi
setelah saya menyimak sebuah iklan layanan masyarakat (?) tentang
BBM -mungkin tepatnya layanan pemerintah- yang memakai Aa sebagai
narasumber. Di tengah gejolak menolak kenaikan harga BBM, Aa meminta rakyat
tetap bersabar dan mau berkorban. Mungkin Aa mau bercerita behind the scene,
apakah naskah yang Aa baca itu pesanan pemerintah, atau Aa sendiri memang
menyampaikannya dari lubuk hati Aa yang paling dalam?

      Terus terang iklan itu buat saya jadi tidak menyejukkan. Iklan itu
terlalu menyederhanakan masalah; apa iya kenaikan BBM cukup dihadapi dengan
bersabar? Saya percaya Aa juga ikut menyimak dari koran dan televisi ihwal
kesusahan rakyat akibat kenaikkan BBM. Sebelum BBM naik saja, rakyat sudah
menderita. Ibu-ibu mengantri berjam-jam hanya untuk bisa membeli 5 liter
minyak tanah. Tetangga saya, seorang pedagang pecel dan gorengan, harus
berkeliling ke beberapa RW, menggapai dari pengecer ke pengecer untuk
mendapatkan satu jerigen saja untuk keperluan dagang. Ketika ada harganya
pun sudah 2 ribu rupiah perliter. Ia terpaksa membeli, kalau tidak berarti
tak ada dagangan dan tak ada pemasukan.

      Aa yang budiman,

      Saya juga percaya Aa tahu bahwa kalau harga BBM naik itu berarti
mendongkrak harga barang-barang yang lain. Tarif angkutan sudah pasti naik.
Tidak tanggung-tanggung, ORGANDA minta menaikkan tarifnya 40 persen. Ongkos
angkot yang jarak dekat, semula Rp 1200,- menjadi Rp 1700,-. Beras,
misalnya, sudah melejit jauh sebelum pengumuman kenaikan BBM. Belum lagi
listrik. Mungkin Aa baca kalau tahun depan PLN sudah akan menaikkan tarif
listrik secara berkala. Itu semua berarti pengeluaran tambahan, sementara
pendapatan rakyat belum tentu bertambah. Artinya, jumlah orang miskin akan
terus bertambah. Seperti kata Pak Alwi Shihab, Menko Kesra RI, jumlah orang
miskin bertambah 10-15%.

      Sementara itu dana kompensasi BBM yang dikucurkan pemerintah Aa tahu
sendiri kan, gimana jadinya? Sudahlah tak memadai juga tidak menjangkau
semua orang fakir miskin. Saya bingung, bagaimana satu keluarga bisa hidup
dengan tambahan uang sebesar 100 ribu rupiah perbulan? Sekedar cerita, ada
tetangga saya yang benar-benar mengandalkan hidup dari dana kompensasi itu
karena suaminya sudah tak bekerja lagi. Kalau dihitung-hitung, berarti
keluarga itu harus hidup dengan uang sebesar 3 ribu rupiah perhari. Itu sama
dengan satu kali jatah makan saya di warteg yang sederhana. Menunya nasi
sepiring, 2 potong tahu, sayur, dan 2 potong gorengan. Kalau di Dapur Teteh
entah bisa dibelikan apa uang sebesar itu.

      Aa juga tahu kan anak-anak harus sekolah. Karena muslim tak boleh
bodoh dan malas. Tapi bagaimana bisa menyekolahkan anaknya kalau uang tak
ada? Dana BOS dari pemerintah hanya cukup dipakai membayar SPP. Lalu
bagaimana dengan seragam sekolah, alat-alat tulis, tas, dan buku-buku
pelajaran. Itu susah untuk terbeli. Aa juga pasti tahu kan kalau para guru
rajin betul menjual aneka buku pelajaran kepada para murid. Alasannya untuk
menambah kesejahteraan mereka.

      Belum lagi kalau sakit, A, berat. Memang ada jaminan kesehatan bagi
keluarga miskin. Tapi bagaimana kalau yang sakit parah, harus opname,
obat-obatnya mahal. Apakah ada jaminan dari pemerintah? Bagaimana juga kalau
yang sakit adalah tulang punggung keluarganya, sang ayah? Siapa yang harus
mencari nafkah dan siapa yang harus menemani sang ayah di rumah sakit?

      Saya bersyukur Allah masih berkenan memberi saya kecukupan rizki, sama
seperti kepada Aa (malah mungkin rizki Aa lebih baik dari saya). Ketika BBM
dan segala lainnya naik, saya berusaha bersabar dan hidup (makin) berhemat.
Tapi buat tetangga-tetangga saya yang miskin, mereka bingung A, apa yang mau
dihemat?

      Maka apa cukup menghadapi kenaikan BBM dengan bersabar, A? Bukankah
rakyat harus tahu kenapa kita yang katanya kaya minyak kok harus menjual BBM
dengan harga mahal? Kenapa juga kaya minyak kok harus mengimpor minyak? Dulu
sewaktu Pertamina kaya raya kok rakyat tidak merasakan sejahtera, ya A? Tapi
begitu pailit (itu juga katanya) rakyat diajak "bersabar dan berkorban",
seperti anjuran Aa.

      Kalau kepala kita benjol kejedot pintu bersabar adalah jawabannya.
Tapi bagaimana kalau benjolnya karena dipukul orang, padahal kita tak
bersalah? Rasanya kita harus menuntut keadilan atas pemukulan tersebut ya,
A? Karena kan sabar itu bukan berarti diam dan pasrah, tapi juga menuntut
hak kita. Kata Imam an-Nawawi dalam kitab Riyadush Shalihin bab Sabar -saya
percaya Aa sering membacanya-, sabar itu ada tiga macam; sabar, menghadapi
musibah, sabar menghadapi kemaksiatan, dan sabar mengerjakan ketaatan. Nah,
menghadapi pemimpin yang suka memiskinkan rakyat termasuk sabar menghadapi
kemaksiatan ya, A? Artinya, rakyat harus menuntut hak-hak mereka yang sudah
dihalangi oleh pemerintah.

      Pak Revrisond Baswir yang ekonom pernah menulis artikel Mengapa
Masyarakat (Perlu) Menolak Kenaikan BBM? Beliau bilang alasan kenaikan harga
BBM yang diberi pemerintah kepada masyarakat itu manipulatif dan
menyesatkan. Ih, ngeri betul ya A ada orang yang suka bohong, apalagi
membohongi rakyat. Kata beliau salah satu alasan kenaikan harga BBM adalah
untuk liberalisasi ekonomi.

      Menurut beliau negara Indonesia sudah terikat perjanjian dengan IMF
untuk melaksanakan konsensus Washington, untuk menjalankan ekonomi liberal.
Sebagai unsur dari agenda Konsensus Washington, tujuan utama kebijakan
peniadaan subsidi BBM pada dasarnya adalah untuk memperbesar peranan
mekanisme pasar dalam penyelenggaraan perekonomian Indonesia.

      Pada tahap selanjutnya, sejalan dengan dilakukannya unbundling PT
Pertamina, sebagaimana terungkap dalam Undang Undang (UU) Minyak dan Gas No.
22/2001, kebijakan tersebut diharapkan dapat merupakan insentif bagi para
investor pertambangan untuk menanamkan modal mereka di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, sudah sejak lama perusahaan-perusahaan multinasional
yang bergerak dalam bidang pertambangan minyak dan gas, seperti Exxon Mobil,
Chevron Texaco, BP Amoco Arco, Total Fina Elf, dan Shell, sangat berhasrat
untuk memperluas wilayah kerja mereka di Indonesia.

      Padahal, sesuai dengan UU Pertambangan Minyak dan Gas No. 44 Prp/ 1960
dan UU Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara No. 8/1971,
perusahaan-perusahaan multinasional tersebut hanya diperkenankan berperan
sebagai kontraktor dalam proses eksplorasi minyak dan gas di Indonesia. Itu
artinya, kenaikkan harga BBM akan memuluskan neokolonialisme. Ih, masa iya
kita masih mau dijajah ya, A?

      Masih kata Pak Revrisond, subsidi apapun yang diberikan pemerintah
selama ini banyak yang salah sasaran. Solusinya bukan menghilangkan subsidi
secara total, tapi melakukan koreksi sistematis atas mekanisme subsidi
tersebut. Logika yang dipakai Pak Revrisond, apakah karena dalam
pemerintahan banyak korupsi lalu kita bubarkan pemerintahannya? Jawaban Aa
kira-kira bagaimana?

      Pak Revrisond juga bilang kalau negara ini sebenarnya masih surplus
uang hasil penjualan minyak. Proyeksi impor migas Indonesia katanya US$ 11,
3 milyar sedangkan ekspor migasnya malah lebih besar, US$ 19,7 milyar.
Berarti kan masih ada untung, ya A? Kok bisa dibilang tekor sih?

      Aa yang berhati mulia,

      Rasanya rakyat sudah kelewat bersabar, malah cenderung cuek. BBM mau
naik berapapun rakyat akan terima, meskipun mereka tahu hidup mereka bakal
makin susah. Yang berdemo kan cuma mahasiswa. Wakil rakyat saja juga setuju
kenaikan harga BBM, termasuk dari partai-partai Islam yang menjanjikan
keadilan dan kesejahteraan. Jadi anjuran bersabar dari Aa saya khawatirkan
malah menyinggung hati rakyat miskin. Dianggap selama ini nggak bersabar,
padahal mereka punya stok kesabaran yang masya Allah. Kalau cacing saja
diinjak menggeliat, tapi orang Indonesia malah pasrah.

      Aa, menurut saya anjuran sabar itu ada baiknya ditujukan kepada
presiden, menteri-menteri dan pejabat negara juga wakil rakyat. Ajaklah
mereka bersabar untuk tidak menaikkan harga BBM apalagi meminta kenaikan
gaji, atau ingin ngelencer ke daerah atau keluar negeri. Minta juga mereka
untuk bersabar tidak melakukan korupsi dan mau bagi-bagi uang kepada rakyat.
Waktu mereka minta kenaikkan gaji sebenarnya umat ingin mendengar teguran Aa
supaya para pejabat itu malu pada diri sendiri dan bisa menjaga hati.

      Aa yang ganteng,

      Dalam iklan itu Aa juga minta rakyat berkorban. Saya lagi-lagi
bingung, apa lagi yang mau dikorbankan? Soalnya hidup saja sudah susah. Ada
tetangga saya yang tidak mampu beli beras miskin (raskin) padahal harganya
hanya seribu rupiah perliter. Ada supir angkot yang curhat pada istri saya
bahwa ia harus minjem beras 3 liter untuk makan keluarganya. Ada juga
tetangga ibu saya yang hampir tiap hari minjem beras pada tetangga untuk
makan. Jadi, buat rakyat miskin, apa lagi yang harus dikorbankan, A? Apakah
perasaan dan harapan yang kini hanya itu yang mereka punya juga harus ikut
dikorbankan? Maksudnya, mereka tidak usah berharap bisa hidup sejahtera di
dalam negeri yang alamnya kaya raya ini? Mohon diterangkan pada kami yang
bodoh ini A.

      Apa sebaiknya anjuran berkorban itu ditujukan kepada para pejabat
negara, A? Karena hidup mereka kan selalu makmur. Para pejabat itu kan
banyak yang hidup dari fasilitas negara. Mereka tidak terlalu pusing soal
harga BBM naik, toh mereka ada jatah dari negara. Rasanya mereka itu yang
pantas berkorban untuk rakyat. Cobalah Aa dengan tim MQ membuat iklan
layanan masyarakat yang menghimbau pejabat untuk berkorban, rela dipotong
gajinya untuk disumbangkan kepada fakir miskin, tidak memakai fasilitas
negara kecuali untuk urusan dinas. Kalau kami yang bicara rasanya tidak
terlalu didengar. Kami hanya bisa berdemo dan berdoa. Tapi Aa kan bisa
bicara seperti itu di televisi, di radio dan menulis di buku.

      Aa Gym yang pandai menjaga hati,

      Saya pernah membaca sebuah hadits dari Imam ath-Thabrani yang
berbunyi, "Barangsiapa yang melihat penguasa yang zhalim, yang menghalalkan
apa yang diharamkan Allah, melanggar janji Allah dan menyalahi RasulNya,
berbuat kejam dan aniaya terhadap hamba-hamba Allah dengan sewenang-wenang
dan ia tidak mau mengubah dengan kata-kata dan perbuatan, maka pantaslah
Allah memasukkannya ke tempat yang telah disediakan Allah baginya (neraka)."

      Imam at-Tirmidzi juga meriwayatkan, "Akan datang penguasa fasik dan
zhalim, maka barangsiapa percaya kepada kebohongannya dan membantu
kezhalimannya, maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari
golongannya, dan dia tidak akan masuk surga."

      Wah, ngeri ya A? Bagaimana dengan pemerintah RI ini? Kata mantan Menko
Ekuin dan Ketua Bappenas Kwik Kian Gie, yang namanya subsidi BBM sebenarnya
tak pernah ada. Artinya itu bohong. Bagaimana ini A? Lalu apa pantas ya A
para pejabat negara ini hidup makmur dengan penghasilan yang berlimpah plus
fasilitas negara, sedangkan rakyatnya banyak yang miskin. Malah ada yang
busung lapar. Itu namanya zhalim kan, ya A. Betul begitu kan? Mohon
dikoreksi bila salah.

      Saya terus terang jadi ngeri kalau termasuk ke dalam golongan yang
disebut dalam dua hadits di atas. Sudahlah amal ibadah saya banyak cacatnya,
ditambah membantu kezhaliman lagi. Amit-amit, na'udzubillahi min dzalik.

      Aa Gym yang tinggal di Bandung,

      Sebenarnya saya mau menulis banyak kepada Aa. Tapi saya sudah ngantuk
dan capek memikirkan perilaku para pemimpin di negeri ini. Mereka itu merasa
pelayan rakyat atau pemilik negara ini, ya A? Kalau pelayan seharusnya
berusaha mensejahterakan rakyat, bukannya menambah kesengsaraan rakyat.

      Saya berharap Aa senang menerima surat ini, tidak tersinggung, apalagi
merasa digurui. Kalau ada sesuatu yang dirasa menyinggung hati Aa anggaplah
itu bagian amar ma'ruf nahi mungkar. Karena katanya sekarang banyak dai yang
lebih senang amar ma'ruf (menyuruh orang berbuat baik) tapi segan ber-nahi
mungkar alias mencegah kemungkaran. Karena memang nahi mungkar itu berat, ya
A? Orang bisa tersinggung kalau dibilang mungkar. Padahal seperti kata Aa
kita tidak boleh menyinggung hati orang dalam berdakwah. Tapi saya susah
melakukan itu. Apalagi kalau melihat pemimpin yang bebal dan suka membodohi
rakyat. Huh hati saya panas.

      Ah, sudah dulu ya A saya mohon pamit. Sekali lagi mohon maaf atas
kelancangan surat ini. Salam untuk keluarga dan seluruh santri Darut Tauhid.
Kapan-kapan saya ingin menjajal makanan di Dapur Teteh yang katanya enak
itu, tapi kalau ada uang. Soalnya saya biasa makan di warteg dekat kantor.
Murah, seporsi hanya 3 ribu sampai 5 ribu rupiah. Lebih dari itu rasanya
berat buat saya, dan nggak tega melihat orang makin susah di jaman ini. Ah,
sudah dulu, nanti nggak ada habisnya. Jazakallah khairan katsira.

      Wassalâmu'alaikum Warahmatullâhi Wabarâkâtuh

      M. Iwan Januar








----------------------------------------------------------------------------
----


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG Anti-Virus.
Version: 7.0.344 / Virus Database: 267.11.9/116 - Release Date: 9/30/2005


[Non-text portions of this message have been removed]






Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links










------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to