Tentang Cinta

eramuslim.com
Publikasi: 28/04/2005 08:37 WIB
Pengetahuan bersemayam dalam pikiran Tempat cinta ialah hati yang
sadar-jaga Selama pengetahuan yang tak sedikit juga mengandung cinta,
Adalah itu hanya permainan sulap Si Samiri Pengetahuan tanpa Ruh Kudus,
hanya penyihiran
(Javid Namah, Muhammad Iqbal)

eramuslim - Pernah suatu hari saya memberi makan ayam peliharaan Mama.
Seperti biasa, saya langsung menaburkan makanan tersebut ke atas wadah
makanan yang sedang dikerubungi anak-anak ayam yang baru menetas beberapa
hari yang lalu. Tiba-tiba sang induk ayam datang dan mematuk tangan saya.
Setelahnya, dia juga berusaha menghalau saya supaya menjauhi tempat itu.

Saya kemudian menanyakan perubahan sikap ayam betina tersebut kepada mama.
Setahu saya, induk ayam tersebut tidak galak seperti itu sebelum punya
anak. Kata mama, induk ayam bersikap demikian untuk melindungi anak-anaknya
dari apapun yang dianggap membahayakan, terlebih lagi kondisi mereka masih
sangat lemah. Ia akan melakukan apa saja demi keselamatan anak-anaknya. Dan
induk ayam itu mungkin curiga kalau saya akan mengganggu anak-anaknya. Tapi
sebenarnya itu adalah bukti kecintaan induk ayam pada anak-anaknya itu.
Berangkat dari sana, saya kemudian mengartikan bahwa cinta merupakan sikap
ingin memberi dan melindungi.

Adalah seorang wanita yang bernama Nur Nahar, yang begitu menghayati arti
cinta. Inilah wanita di balik kebesaran seorang Muhammad Natsir, pejuang
pergerakan Islam dan kemerdekaan Indonesia. Ia adalah seorang tipe seorang
istri yang tahu bagaimana memantapkan derap langkah sang suami. Bahkan
ketika Natsir harus bertahan di rimba belantara Sumatera Barat, Nur Nahar
tidak menjadi cengeng dan larut dalam emosi. Keadaan yang serba terbatas
dan tertekan tidak membuatnya mengeluh, apalagi melunturkan cinta pada
suami dan buah hati tercinta.

Selain menjadi istri pejuang, ia sendiri juga seorang pejuang. Sekolah
Pendidikan Islam (Pendis) adalah salah satu pergerakan yang merasakan
sentuhan tangannya. Demi Pendis, sebuah gelang yang telah dimilikinya sejak
masih gadis berkali-kali masuk pegadaian. Ia tahu, perjuangan itupun adalah
salah satu wujud cinta. Dan bukanlah namanya cinta jika pengorbanan tiada
sanggup tertorehkan. Tak heran jika sang suami pun sangat menyanjungnya.
Maka simaklah tulisan yang dikirimkan Natsir kepada anak-anaknya tentang
satu dari sekian pengorbanan istrinya ini, "Sudah berapa kalinya Ummie
membuka gelang itu dari tangannya tak ingat Aba lagi. Yang Aba masih ingat
benar ialah, bahwa tidak pernah air muka Ummie berobah atau mendung di
waktu-waktu Ummie terpaksa melurutkan perhiasan itu dari tangannya untuk
dikirim ke tempat penyimpanannya yang terkenal itu. Tidak pernah! Begitulah
Ummie! Semuanya untuk cita-cita, hendak berbakti kepada Allah dan
berkhidmat kepada Islam."

Dan izinkanlah saya berbagi. Sewaktu kuliah, saya pernah dihadang masalah
akademik yang cukup pelik. Saya panik dan takut jika itu akan berbuntut
panjang bagi perjalanan studi selanjutnya. Ditambah pula saat-saat itu
adalah masa menjelang ujian akhir semester, belum lagi saya harus
merampungkan laporan pertanggungjawaban kepengurusan sebuah unit kegiatan
yang saya ikuti. Pikiran saya benar-benar buntu dan tidak tahu harus
berbuat apa.

Ternyata, teman-teman tidak membiarkan saya sendirian. Mereka bahkan
memberikan energi positif dengan berbagai cara supaya saya bersemangat. Ada
yang mengingatkan supaya senyum saya tidak memudar, ada yang memberi
cerita-cerita motivasi, ada yang berpesan agar saya tetap bersabar dan
lebih dekat pada Allah, dan ada pula yang rela meluangkan waktunya untuk
mendengar curahan hati saya. Jujur saja, saya tidak pernah menyangka akan
mendapat respon seperti itu. Saya seperti menemukan berkas cahaya di dalam
kegelapan. Di tengah kegalauan itu, saya pun sanggup tersenyum dan
alhamdulillah akhirnya berhasil melewati masa-masa sulit itu. Sekarang,
setelah semua itu lama berlalu, saya merasakan mereka masih menempati
bilik-bilik istimewa di dalam hati saya.

Jazakumullahu bi ahsanal jaza'...

***

Mencintai dan dicintai adalah hal yang sungguh membahagiakan. Kehadiran
cinta membuat hari-hari lebih berbunga. Semarak warna sumringah.
Melipatgandakan energi. Memercikkan embun-embun ketenangan pada batin. Dan
membuat hidup terasa punya makna. Benar sekali yang dikatakan banyak orang,
cinta memang sangat indah.

Kekuatan cinta mampu membawa seseorang serasa membumbung ke angkasa raya.
Mampu menggerakkan tangan para pujangga untuk mengukir syair-syair cinta.
Mampu membuat Taj Mahal berdiri megah di tanah Hindustan. Mampu menuliskan
kisah kasih abadi antara Laila dan Majnun. Mampu memompa semangat seorang
ayah untuk mencari penghasilan sebanyak-banyaknya untuk kebahagiaan anak
istrinya. Dan keberlangsungan Bani Adam di muka bumi ini juga tak lepas
dari peranan cinta. Ah, bicara tentang cinta memang tidak akan ada
habis-habisnya. Direguk sepanjang zaman dan menjadi inspirasi dalam
berbagai segi kehidupan.

Perihal cinta-mencintai adalah sesuatu yang juga diserukan oleh Baginda
Rasulullah. Sebagaimana yang pernah dititahkannya, "Barang siapa yang tidak
menyayangi orang lain, ia tidak akan disayangi." (HR. Bukhari, diriwayatkan
dari Jarir bin Abdullah Al Bajali)

Atau dengar pula sabdanya yang lain, "Demi Dzat yang diriku berada di
tangan-Nya, kalian tidak masuk surga sehingga kalian beriman. Dan kalian
tidak beriman sehingga saling mencintai..." (HR Muslim)

Kemudian, bagaimana pula cerita cinta kita dengan Yang Maha Mencintai?

Sejatinya, cinta ini yang tertinggi. Cinta ini pula yang membuat
cinta-cinta lain menjadi lebih bermakna dan lebih mulia sejagad raya.
Sungguh kita tak akan pernah bertepuk sebelah tangan mengejar cinta ini.
Rasa kecewa tak akan pernah hadir sebab Ia selalu Maha Memberi apa yang
terbaik buat para pecinta-Nya. Sebab Ia selalu bersama mereka. Sebab Ia
Maha Mendengar segala pinta. Dan sebab Ia adalah puncak segala cinta.

Apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan sekarang ini adalah semua
tanda-tanda kebesaran cinta-Nya. Dalam Raudhah Al Muhibbin wa Al Musytaqin
(Taman Orang-orang yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu), Ibnul Qayyim Al
Jauziyah bertutur, "Semua gerak di alam raya ini, di langit dan di bumi,
adalah gerak yang lahir dari kehendak dan cinta."

Cinta Allah dinyatakan dengan jelas dalam rangkaian kalimat kauniyah dan
qauliyah-Nya. Dan sekiranya lautan dijadikan tinta untuk menuliskan
semuanya, niscaya lautan itu akan mengering sebelum mencapai
sepersepuluhnya. Tapi, kenapa Ia masih bertanya kepada kita? "Maka terhadap
nikmat Rabbmu yang manakah kamu ragu-ragu?" (QS. An-Najm [53]:55)

Benarkah keraguan itu masih terbersit?

Mungkin apa yang disampaikan kekasih-Nya berikut ini dapat memberi sedikit
lagi gambaran tentang besarnya cinta Allah, "Sesungguhnya Allah membagi
kasih sayang ke dalam seratus bagian dan menyimpan yang sembilan puluh
sembilan padanya dan menurunkan yang satu bagian ke bumi. Dan oleh karena
kasih sayang yang satu bagian itulah makhluk-makhluk-Nya saling menyayangi
satu sama lain. Bahkan seekor unta betina menjauhkan kakinya dari anaknya
yang baru lahir karena khawatir menginjaknya." (HR. Bukhari, diriwayatkan
dari Abu Hurairah)

Ya Allah, betapa ku ingin Engkau cintai...

***

Sri Susanti, Rabi'ul Awwal, 1426 H
<iko_5411 at yahoo dot com>
Buat para sahabat di Gedung Bengkok dan Labtek Biru



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Click here to rescue a little child from a life of poverty.
http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Kirim email ke