----- Original Message ----- 
From: Budi Sulistiyanto 
Subject: Awas Kyai Palsu Bentukan Amerika



Awas Kyai Palsu Bentukan Amerika

"Konstelasi politik dunia pasca 'perang dingin' ternyata suasananya tidak 
dingin, justru semakin memanas dan memprihatinkan," ungkap Dr. Hidayat Nur 
Wahid saat tampil sebagai pembicara dalam seminar Ancaman Neo Kolonialisme 
Terhadap NKRI di Hotel Kartika Candra Jakarta (5/1). Konvensi-konvensi 
internasional, regulasi dan penegakan hukum yang diperankan PBB tidak bergigi 
dan dimandulkan. Kekuasaan adidaya tunggal Amerika Serikat pun muncul dan 
bergerak tanpa tersentuh hukum (above the law).

Peristiwa 11 Setember 2001 seakan menjadi justifikasi bagi Amerika untuk 
mengukuhkan diri sebagai 'polisi dunia'. Negara-negara berdaulat, tambah 
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, dilanggar kedaulatannya secara 
semena-mena. 

Afghanistan dihancurkan, Iraq diacak-acak dan dijajah, Syuriah dan Iran pun 
diancam. Bahkan menurut sumber penting petinggi Amerika, ekspedisi militer ala 
Amerika ini akan berlangsung lama dan mencakup 60 negara dengan slogan "war 
against terrorism" (perang terhadap terorisme).

"Dunia pun kini dibagi-bagi dalam dua kubu, with them (terroris, Red) or with 
us (Amerika, Red). Siapa yang menjamin Indonesia tidak akan masuk sasaran 
bidik," tegas Hidayat Nur Wahid.

Masih menurut Hidayat Nur Wahid, kebijakan politik iuar negeri (LN) Amerika 
yang dinilai banyak kalangan amat ekstrem ini tak lepas dari para perancang 
politik di sekitar Presiden George W. Bush. Para perancang kebijakan yang lazim 
disebut neo conservative (neo-cons) terlibat aktif dalam formulasi politik LN 
Amerika dan bekerja keras untuk menceburkan Amerika dalam one world government 
(satu pemerintahan dunia).

"Wapres Dick Cheney yang merupakan pentolan neo-cons pun sukses 
mengimplementasikan cetak biru yang telah dirancang sejak Juni 1997 dengan 
Projects for New American Century (PNAC)," kata Hidayat Nur Wahid. Pada 
September 2000 PNAC berhasil menelurkan rujukan politik LN Amerika, yang 
dikenal dengan Rebuilding America's Defenses (RAD). Strategi pertahanan ini 
kental dengan doktrin pre-emptive war (serangan mendahului/serang dulu urusan 
belakangan, Red) dan upaya pengembangan senjata nuklir baru.

Guna menjamin kesuksesan RAD, Amerika dalam rancangan pertahanan baru itu 
diminta untuk mengembangkan nuklir generasi baru, memulai program pertahanan 
missile dan keluar dari Anti Ballistic Missile Treaty. Amerika juga menambah 
anggaran belanja militer, serta menempatkan pasukan secara besar-besaran di 140 
negara dengan 40 negara sebagai basis permanen.

"Hebatnya visi membangun imperium baru Amerika ini bukan hanya di atas kertas, 
namun betul-betul diwujudkan setelah mendapat momentum yang tepat pasca 11 
September," kata Nur Wahid. Sebagai bukti realisasi visi tersebut, Senate 
Amerika menyetujui permintaan Presiden Bush untuk mencabut larangan riset, 
pengembangan dan produksi senjata nuklir (5 kiloton), padahal 10 tahun 
belakangan semua itu dilarang. Menurut analis anggaran pertahanan Bill Donahue, 
lanjut Hidayat Nur Wahid, Amerika pada tahun 2003 telah menghabiskan dana 5,8 
milyar dollar untuk laboratorium nuklir. Bahkan, Los Alamos National 
Laboratories telah diperintahkan memulai pengembangan senjata nuklir mini jauh 
sebelum meminta izin kepada Kongres.

Fakta-fakta tersebut, menurut Capres favorit versi SMS ini, menunjukkan Amerika 
secara serius tengah mempraktekkan neo kolonialisme secara sistematis. Ambisi 
membentuk imperium baru ini ditunjang pula dengan globalisasi yang merupakan 
jurus lain dalam melakukan kolonialisme. Ini secara jelas dinyatakan oleh 
mantan Menlu Amerika Henry Kissinger yang mengatakan globalisasi adalah nama 
lain dari dominasi Amerika Serikat. Demikian pula diungkap Thomas Friedman 
dalam bukunya The Lexus and the Olive Tree mengatakan globalisasi telah 
mengarah pada proses penyebaran Amerikanisasi. Pula dikatakan oleh Joseph 
Stiglitz, pemenang Nobel bidang ekonomi 2001. Ia mengemukakan bahwa Amerika 
memang berniat menguasai dunia dengan menjadikan IMF, Bank Dunia dan WTO 
sebagai kuda tunggangan.

"Indonesia telah masuk era ini. Akibatnya muncul ketergantungan terhadap hutang 
luar negeri, dominannya budaya hedonistik, materialistik dan permisif yang sama 
sekali bertentangan dengan moral dan etos orang Timur. Kedaulatan ekonomi dan 
moral bangsa pun tergadaikan akibat dampak buruk globalisasi," tegas Dr. 
Hidayat Nur Wahid.


Ulama Palsu

Dari fakta-fakta yang dibeberkan, ada kenyataan menarik yang diungkapkan Dr. 
Hidayat Nur Wahid. Ia mewanti-wanti agar mewaspadai ulama-ulama atau kyai-kyai 
palsu bentukan Amerika. Memang dalam rangka meredam aksi-aksi dan sentimen 
negatif Amerika di Indonesia, negeri Paman Sam ini banyak menguras koceknya 
untuk membeli ulama, menciptakan ulama palsu. Hal ini terungkap dari buku The 
CIA at War yang menguak program membeli ulama dan pemimpin Islam dalam 
menghadapi sentimen-sentimen anti Amerika di dunia Islam dan Arab. Dalam 
wawancara pengarang buku tersebut dengan George Tenet (Direktur CIA), 
ditegaskan bahwa Amerika menemukan ruang untuk melawan gelombang anti Amerika 
dengan cara menyuap para ulama atau kyai, menciptakan kyai palsu dan merekrut 
tokoh-tokoh agama Islam sebagai agen.

Amerika juga melakukan politik stick and carrot terhadap pesantren-pesantren. 
Pada 18-28 September 2002 lalu, Institute for Training and Development (ITD) 
sebuah lembaga Amerika mengundang 13 pesantren 'pilihan' (Dari Jawa, Madura, 
Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi) untuk berkunjung ke Amerika. Masing-masing 
juga mendapat bantuan USD 2000.

Amerika dan Australia juga membantu USD 250 juta dengan dalih mengembangkan 
pendidikan Indonesia. Padahal menurut sumber diplomat Australia yang dikutip 
The Australian (4/10/2003), sumbangan tersebut dimaksudkan untuk mengeliminir 
'madrasah-madrasah' yang menghasilkan terorisme dan ulama yang membenci Barat.

"Memang ada sebagian pemimpin pesantren yang menganggap bahwa semua bantuan 
tersebut layak diterima asal kita tidak terpengaruh dengan 
kepentingan-kepentingan Amerika. Tapi yang saya lihat di kita masih ada budaya 
ewuh pakewuh dan sungkan. Jadi sulit bila kita menerima bantuan tanpa memberi 
imbalan balik sesuai kepentingan pemberi," tandas Nur Wahid.

Maka pada 2003 lalu, 1000 ulama dan kyai berkumpul di Jakarta untuk menolak 
program bantuan tersebut, apalagi yang mensyaratkan perubahan kurikulum 
pesantren. "Semua sepakat untuk mewaspadai ulama atau kyai-kyai yang merupakan 
boneka-boneka Amerika untuk melemahkan tradisi pendidikan Islam dan nilai-nilai 
moral bangsa," kata Hidayat Nur Wahid.

Apalagi, secara jelas Amerika telah ikut campur tangan dalam berbagai persoalan 
dalam negeri Indonesia. Sebagai contoh, desakan kepada TNI untuk menghentikan 
operasi militer dalam menumpas Gerakan Aceh Merdeka yang separatis. Begitu pula 
dalam kasus Organisasi Papua Meredeka. AS tampak getol mendesak Indonesia untuk 
menggelar referendum untuk rakyat Papua seperti modus di Timor Timur. Yang 
terakhir adalah kasus kaburnya Alex Manuputy (terpidana 4 tahun penjara karena 
terbukti makar) ke Amerika. Kejanggalan dalam proses kaburnya pentolan Republik 
Maluku Selatan (RMS) ini, menguatkan indikasi adanya keterlibatan pihak Amerika.

"Menghadapi semua ini, integritas nasional merupakan harga final yang tak dapat 
ditawar. Harus dipertahankan berapa pun harga yang harus dibayar," tegas 
Hidayat Nur Wahid. Ia pun menyerukan agar umat Islam menyatukan barisan, 
memperkokoh ketahanan nasional dan menyusun strategi jitu sebelum semuanya 
terlambat. . (arh)

Tabloid SAPUJAGAT Nomor 17 Tahun IV, 10-25 januari 2004, hal. 5




[Non-text portions of this message have been removed]





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Click here to rescue a little child from a life of poverty.
http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Kirim email ke