Waalaikumsalamwarahmatullaahiwabarakaatu. Karena di japri juga banyak yang ingin mengenal saya lebih dekat. Okaylah saya kasih biodata saya, juga bagaimana saya di Mesir.
Perkenalkan nama saya Rahima, ayah saya Sarmadi Yusuf Suku Sikumbang(Ibu berasal dari Bukittinggi, namun ayah dari Kalteng dan saya lahir serta besar di P. Siantar pada 27 Maret 1996. Sekolah Sd-SMP di Siantar, melanjutkan sekolah di Diniyyah Puteri Padang Panjang tammat tahun 89.( Di Diniyyah ketika itu untuk tingkatan SLTA nya empat tahun, setahun khusus belajar agama saja, tiga tahun selebihnya saya masuk SMA sekaligus Agama, jadi umum dan agama dalam satu hari, ngak punya waktu untuk main-main ketika itu apalagi yang namanya pacaran, cuek dengan lelaki. Diselingi itu, tatkala sudah kelas III KMI, (Kuliyah Muallimat El Islamiyyah),setiap pagi, sehabis shalat tahaddjud menantikan subuh saya menghafal AlQuran, ketika istirahat saya ke kantin sebentar bersama teman-teman, jajan, setelah itu sebelum masuk saya menghafal AlQuran lagi, begitupun disaat guru tidak ada, atau tidak hadir, waktu saya saya pergunakan buat menghafal AlQuran, juga selalu aktif di organisasi pramuka dan organisasi HMI, juga dakwah lainnya di lingkungan Sumbar kala itu, sehingga sampai ketika tammat selama 1 tahun itu, alhamdulillah saya sudah menghafal 10 juz, dan inilah penyebabnya saya dikirim oleh sekolah atas biaya gubernur Sumatera Barat, ke mesir untuk melanjutkan study di Al Azhar University. Tiga bulan saya di Mesir, tepatnya di kota Cairo, saya ngak tahan dengan lingkungan yang serba bebas, lelaki perempuan campur baur, kecuali di kampus memang berpisah antara lelaki dan perempuan tempatnya sangat berjauhan, namun di organisasi kita bisa bertemu dan bercampur baur, saya belum terbiasa untuk itu, galau, serasa berdosa selalu berkumpul dengan lelaki, walaupun ditempat ramai, akhirnya saya putuskan ingin kembali ke Indonesia, atau pindah ke Riyadh, karena disana lingkungannya lebih aman. Namun Allah menentukan lain, tidak selamanya apa yang kita inginkan itu yang tercapai, tetapi bisa jadi yang tidak kita suka itu yang terbaik buat kita. Saya mengenal seorang lelaki yang cukup perhatian dengan kegalauan saya ini, lelaki itulah yang akhirnya menjadi suami saya sekarang. saya berterusterang padanya, ingin pulang saja atau pindah ke Riyadh. Beliau tatkala itu, ternyata menyimpan simpatik pada saya, yang kata beliau kelihatan perempuan alim, baik dan pintar, tetapi saya tidak tahu itu, kecuali setelah berapa bulan ada salah seorang yang telah berkeluarga menyampaikan pada saya bahwa beliau ini punya "hati", atau simpatik pada saya. Ngak berpanjang, akhirnya kita saling terbuka dan mengingat janji untuk suatu saat kelak, kalau Allah menjodohkan kita akan menjadi pasangan suami istri(menikah, namun setelah selesai kuliyah beliau ini, karena tentu beliau sudah tingkat dua atau tiga, saya lupa, saya yang baru datang, tetapi umur kami beda 9 tahun, karena beliau juga sudah sarjana muda dari IAIN Padang). Ngak berbohong, saya juga punya rasa simpatik dengannya, karena dibanding lelaki lain, selain beliau ini ketua organisasi saat itu, beliau alim sekali, kalau ketika berbicara dengan wanita, apalagi dengan saya sebagai anggotanya, tak pernah memandang wajah saya, selalu berpaling, bicaranya sopan, lembut, dan teratur, disamping pintar, siapa sih yang tidak senang lelaki semacam itu yah..?, wajar kalau ada perasaan simpatik. Kita janji, namun tidak pernah makan berdua direstoran ataupun makan ramai-ramai direstoran bersama teman lainnya, ngak pernah sebagaimana orang berpacaran, jalan berdekatan, bergandengan tangan apalagi lebih jauh dari itu, sulit untuk berjalan berdua, kecuali kalau ada urusan darurat yang terpaksa beliau harus mengantarkan saya, untuk mendaftar di sekolah tahfidzulQuran, karena setelah itu selain di Al Azhar saya juga ingin sekolah hafal Quran melanjutkan hafalan saya kemaren yang baru 10 juz itu, atau urusan pasfor, itupun beliau berjalan jauh didepan saya dibelakang, persis kaya nabi Musa dengan perempuan yang kelak menjadi istrinya juga.Begitulah masa perkenalan kami selam lebih kurang 4 tahun, ngak seperti kebanyakan orang berpacaran, hanya janji yang terikrar. Apakah selain beliau tidak ada lelaki lain yang menginginkan saya? Banyak ketika itu, karena perempuan di kairo jumlahnya sangat sedikit 1:7, atau 10, saya ngak tahu persis, tetapi sangat sedikit sekali perempuannya. Lantas apakah beliau tidak ada perempuan selain saya ketika itu? Ada, bahkan banyak yang ingin menjadikannya ipar, menantu, dst..apalagi disaat beliau pulang kampung ke Indonesia banyak yang datang melamarnya(lelaki dilamar, karena maklum dari luar negeri, alim lagi, wajar banyak yang datang). Lantas kenapa saya tidak mau dengan lelaki lain, begitupun sebaliknya beliau dengan wanita lain tidak mau. Banyak alasannya ngak perlu disebutkan, yang jelas, sudah jodoh kami begitu. Secara umum, kalau saja ada buah jeruk yang ranum, matang, manis dan bagus disuguhkan kepada kita, juga ada jeruk yang asem, belum matang, apalagi kalau busuk , manakah yang kita pilih? Tentu yang ranum tadikan? Begitupula, bila kita telah memiliki seekor sapi yang bagus, apakah kita mau digantikan dengan seekor kambinn apalagi kambingnya sakit? Tentu kita lebih mempertahankan apa yang telah baik dan telah kita miliki itukan? Makanya sebelum memiliki ada baiknya dipilih sebaik-baiknya, agar tidak menyesal dikemudian hari dan tidak menggantikannya dengan yang lainnya. Begitulah pada akhirnya saya jadi tetap di Kairo, belajar dan belajar lagi, sampai setelah beliau tammat, terpaksa menunggu saya setahun lagi, kemudian tepat di tingkat III, kami menikah di Indonesia dan kembali lagi melanjutkan kuliyah saya di Al Azhar yang tinggal setahun lagi dapat LC(s1) nya. Allah berkehendak lain, niat setelah tammat akan pulang, namun beliau diterima bekerja sebagai lokal staff di Kedutaan Republik Indonesia Kairo, dan sayapun melanjutkan kuliyah S2 ( Magister, sampai sekarang masih dalam proses), namun sebelumnya setelah punya anak satu saya istirahat berapa lama tidak kuliyah, hanya dirumah ngurusi anak. Tahun 1996 saya melanjutkan kuliyah di Al Azhar lagi, mengambil S2, dengan masa kuliyah 2 tahun, setelah itu baru menulis. Tatkala sedang menulis baru satu tahun, ada test PNS di Kairo diadakan oleh Depag Pusat Jakarta, saya iseng ikut, cuman ingin tahu gimana ujian PNS itu, ngak serius ikutan. Eh..lulus. Mulanya saya ngak mau ambil PNS itu, karena saya masih sedang menulis , biasa tergantung dengannya, sangat manja, apa-apa selalu tanya/minta ke suami, dst. Suami menyarankan saya untuk ambil saja. Patuh pada suami saya ikuti, sebagaimana patuhnya saya pada beliau tatkala meminta saya untuk melanjutkan kuliyah S2 di Al Azhar saja, sementara saya ketika itu maunya di Jakarta, atau di Damascus, atau di Marocco, beliau inginkan saya di Al Azhar dengan berbagai pertimbangan, walaupun S2 di Al Azhar sangatlah lamanya, itu pertimbangan saya dulu. Masa kuliyah saja dua tahun belum lagi menulisnya, dimana kuliyah saya khusus untuk perempuan jurusan hadits judul tulisan sudah ditentukan sebagai peneliti 450 hadits dari manuscrip yang belum di teliti oleh ulama sebelumnya, dan saya tahu, ini memakan waktu yang cukup lama, tetapi, apa boleh buat, kepatuhan pada suami lebih mendominasi pikiran saya, dan itulah yang saya ikuti sampai saat ini, kalau A kata suami, yah A lah, sepanjang tidak menyalahi koridor agama apa salahnya saya pikir, tokh hidup didunia ini apalah yang dicari. Adapun bagaimana kehidupan di Mesir, lingkungannya, penduduknya, tempat bersejarahnya baik sejarah Fir'aum dan sejarah Islam, yang katanya Mesir adalah tanah para nabi, tanah seribu menara(karena banyak mesjidnya, tanah dimana berkumpul watak Fir'aun juga ada, watak para nabi, beserta kecantikan dan kegantengan manusianya, karena kita tahu nabi Yusuf betapa elok wajahnya, Mesirpun sangat banyak menyimpan lelaki/wanita yang tampan dan cantik-cantik, wajah putih mulus, alis tebal,bulu mata lentik,bola mata indah dan sebagainya tentang Mesir, rasanya sudah banyak saya ceritakan sebelum-sebelum ini. Satu kebiasaan di Mesir, sangat tidak suka kalau perempuannya berbulu. Semua kulitnya benar-benar mulus, putih tanpa bulu. Kalau bulunya tumbuh maka akan di kikis dengan suatu alat yang bisa dibuat sendiri, bisa dibeli, semacam manisan yang lengket itu. Dimasak dulu, kemudian ditempelkan ketubuh yang ada bulunya, sakit luar biasa, tetapi tumbuh bulu setelah itu cukup lama, tidak pakai pencukur(kalau lelaki baru biasanya pakai alat pencukur), jadi kulit mereka memang halus dan bersih, tidak kebanyakan seputih kulit orang barat, atau Eropah, putih tetapi kemerah-merahan ada bintik-bintiknya, orang Mesir tidak begitu, putih yah benar-benar putih mulus. Kalaupun ada yang jelek, tetapi itu sedikit, banyak yang cantiknya ketimbang yang jeleknya. Demikian sekilas tentang saya dan suami di Mesir. Wassalam. Rahima Sikumbang Sarmadi --- Basuki <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Ass wr wb, > > Umi Rahima bisa cerita sedikit tentang pengalaman > antum di mesir dan antum kuliah dimana serta jurusan > apa ?? Barangkali kali bisa share ilmu akan lebih > bermanfaat. Sekarang tinggal di Kairo atau provinsi > lain ....?? Jazakillah, wassalamualaikum wr wb > > baz __________________________________ Yahoo! Music Unlimited Access over 1 million songs. Try it free. http://music.yahoo.com/unlimited/ ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Click here to rescue a little child from a life of poverty. http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/TXWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/