Kerajaan Ottoman

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
(Dialihkan dari Kekaisaran Ottoman)
Langsung ke: panduan arah, cari
Osmanlı İmparatorluğu
Devlet-i Aliye-i Osmaniye  Lambang Ottoman

Motto kerajaan: Devlet-i Ebed-müddet
(Bahasa Turki Ottoman: Negara Abadi)
 Kerajaan Ottoman pada puncak kekuasaannya
Bahasa resmi Turki Ottoman
Ibu kota İstanbul (Konstantinopel)
Pemimpin Sultan dari
Dinasti Osmanli
Penduduk (paling banyak) sekitar 40 juta
Wilayah (1683) 11.955.000 km²
Didirikan 1281
Dileburkan 29 Oktober 1923
Mata uang Akçe
Bendera periode Ottoman akhir
Kerajaan Ottoman atau Kesultanan Turki Utsmani didirikan oleh Bani Utsman,
yang selama 2 abad kekuasaannya, telah dipimpin 8 sultan, sebelum akhirnya
berekspansi ke sebagian negeri Arab. Turki Utsmani sama dengan
pendahulunya, seperti Turki Seljuk dan kabilah Hun. Mereka berasal dari
keturunan Mongol atau Thurani, yang merambah ke Eropa di abad ke-5 Masehi.
Mereka lahir dan dibesarkan di Asia Tengah dan Utara. Etnis yang sama juga
dimiliki bangsa Bulgaria, yang merambah ke Eropa Timur, dan menetap di sana
pada abad ke-7 dan 9 Masehi. Turki Utsmani adalah etnis Asia terakhir yang
merambah dan mendiami Eropa, bahkan merupakan negara Mongol terpenting dan
terkuat dalam sejarah.

Daftar Isi [Sembunyikan]
1 Sejarah Awal dan Masa Kejayaan
2 Keadaan Politik Menjelang Keruntuhan
3 Konspirasi Menghancurkan Khilafah
4 Runtuhnya Khilafah Turki Utsmani
5 Daftar Sultan
6 Lihat pula



[sunting]
Sejarah Awal dan Masa Kejayaan
Sejarah Turki Utsmani dimulai dengan peristiwa agung, yang menunjukkan
kepahlawanan dan kesatriaannya. Pertengahan abad ke-13, Turki Utsmani
merupakan salah satu kabilah kecil di Asia Tengah, yang dikalahkan
Mongol-di bawah pimpinan Ertoghul, kepala suku Turki Utsmani-menyusuri Asia
Tengah, dekat Ankara. Saat menyaksikan kekaisaran Romawi dan Dinasti Seljuk
Rum berperang, yang berpusat di Iconium dipimpin Sultan 'Alauddin, maka
pimpinan kabilah kecil ini ikut perang, karena dorongan naluri berperangnya
melindungi pihak yang lemah, sehingga Ertoghul dan sekutunya menang perang.
Kabilah kecil dan Ertoghul inilah yang menjadi cikal bakal Turki Utsmani.
Ialah bapak Utsman, yang namanya dipakai sebagai nama negara yang
dibangunnya (dalam tulisan arab ʿUthmān, عُثمَان).

Setelah Ertoghul meninggal 1288, putranya Utsmanlah yang menggantikannya.
Ia dikenal sebagai pemimpin yang berani mengalahkan kabilah dan trah yang
berdekatan. Inilah yang mendorong Sultan 'Alauddin mengangkatnya sebagai
pemimpin dan membuatnya jadi penguasa berdiri sendiri di wilayah yang
ditaklukkannya.

Tahun 1300 Mongol menyerang dan menghancurkan Daulah Seljuk di Asia Kecil.
Sultan 'Alauddinpun meninggal dan setiap etnis bercerai berai, termasuk
Utsman. Dari sanalah kekuasaannya berkembang sampai ia mendengar penaklukan
Bursa, saat hendak meninggal. Utsman memberi perhatian besar pada
strukturisasi tentara dan pemerintahan sehingga nama dan negaranya
menjulang, sehingga namanya dijadikan nama negara yang didirikannya.

Tahun 1326 Utsman meninggal dan digantikan putranya Ourkhan, yang telah
dilatih dengan berbagai peperangan dan pemerintahan, hingga menguasai
Bursa, dan menjadikannya ibukota negara baru ini. Dengan ini ia telah
mendekati Konstantinopel, ibukota Bizantium.

Sebelum perang antarpemerintahan berlangsung-yang satu negara muda, kuat
dan berambisi mengembangkan kekuasaannya, yang satunya lagi negara tua yang
merosot-Ourkhan menduduki Izmir lebih dulu. Ia melihat pentingnya
pembenahan, yang kelak berpengaruh bagi kemenangan Turki Utsmani, pertama
di Asia Kecil lalu Eropa. Ia menaklukkan Nicomedia dan Nicea serta negeri
Asia dan Bizantium lainnya. Selama 20 tahun, ia mengokohkan pilar
pemerintahannya, memperbaiki urusan dalam negara dan membentuk angkatan
bersenjata baru,yang disebut Yennisari, yang dalam waktu lama menjadi
penopang kekuatan kesultanan, dalam perang dan penaklukan.

Sultan berikutnya adalah Murad I (1359-1389), ia merebut Adranah (1361),
Sofia (1383), dan pada perang Kosovo 1389 mengalahkan Serbia. Ia diganti
Bajazet I (1389-1403) yang menaklukkan Bulgaria, Perancis dan Jerman
(1393). Tahun 1402 M, Timur Lenk dari Mongolia menaklukkan Ankara dan
Bajazet I tertawan, namun akhirnya ia dibebaskan dan pada saat itu banyak
kawasan Muslimin dibebaskan. Bajazet I digantikan berturut-turut oleh
Suleiman I (1403-1411 M), Musa (1411-1413 M), dan Mehmed Halabi/Mehmed I
(1413-1421 M). Mehmed I digantikan Murad II. Ia menaklukkan kembali kawasan
yang ditaklukkan Timur Lenk (1422-1428 M) dan Albania (1431 M).

Setelah naik tahta tahun 1451 M, Mehmed II bin Murad II merealisasikan
cita-cita Muslimin sejak awal Islam untuk menaklukkan Konstantinopel (1453
M). Karena itu ia dikenal sebagai Mehmed sang Penakluk. Kota Konstantinopel
dijadikan ibukota kesultanan serta jadi titik tolak penaklukan Eropa,
setelah terhenti akibat meninggalnya Abdurrohmanul Ghofiqi di selatan
Perancis. Mehmed sang Penaklukpun menundukkan Murrah, Serbia (1458-1460 M)
dan Bosnia (1462 M). Ia juga menekan Italia, Hongaria, dan Jerman. Akhirnya
Thorabzun dan Krim di Asia ditundukkannya. Ia juga menaklukkan sebagian
kepulauan Yunani (1480 M). Iapun kembali menaklukkan Jerman dan beberapa
wilayah Italia, namun akhirnya mangkat sebelum menaklukkan Rhodesia.

Ia diganti putranya Bajazet II (1481 M) yang berhasil mengalahkan armada
laut Bunduqiyah. Kekuasaannya diserahkan pada putranya Selim I (1512 M)
yang menjadi sultan terbesar , mendapat kemenangan dan penaklukan yang
banyak. Ia menyerang kesultanan Safavid yang dipimpin Shah Ismail I
(1502-1524 M) yang berusaha menyebarkan mazhab Syi'ah dan mengembangkan
kekuasaan Persia sampai Irak. Shah Ismail dikalahkan di Galadiran, dekat
Tibriz (1514 M). Sultan Selim I lalu menduduki Diyarbakir dan Kurdistan
yang merupakan langkah awal menaklukkan Syam dan Mesir, seiring dengan
kemenangan di Maraj Dabiq (1516 M) dan Roidaniyah. Saat itu khilafah Islam
telah berpindah ke tangannya sesuai hukum Islam setelah Kholifah
al-Mutawakkil 'Alalloh III (1508-1517 M) menyerahkan tampuk kekhilafahan
kepadanya. Sultan Salim I resmi jadi kholifah Muslimin sejak 1517 M. Ia
meninggal setelah 8 tahun berkuasa. Syarif Makkah juga menyerahkan kunci
Makkah dan Madinah kepadanya.

Setelah itu ia digantikan Kholifah Suleiman II (1520-1566 M). Masa
kepemimpinannya dianggap sebagai era terjaya khilafah berkat kebangkitan
sains yang diikuti penemuan ilmiah dan geografis Eropa, sementara khilafah
ini meninggalkan negara-negara Eropa di bidang militer, sains, dan politik.
Ia menaklukkan Belgrado dan gereja terbesarpun diubah jadi masjid di mana
sang kholifah mendirikan sholat Jum'at (1521 M). Ia membebaskan Rhodesia
dari pasukan berkuda Santo Yohana (1521 M). Buda dibuka dan Raja Louis
dibunuh dalam pertempuran Mouckhaz (1526 M). Ia membebaskan juga Armenia
dan Irak hingga armada laut kekholifahan di seluru peraran laut mulai Laut
Putih, Laut Merah hingga Samudra Hindia-meski kekuatannya belum bisa
mengalahkan pasukan berkuda Santo Yohana, penguasa Malta. Kepulauan ini
adalah pemberian Charles V saat diusir tentara khilafah Turki Utsmani dari
Rhodesia (1522 M).

Tahun 1527 Austria mengakuisisi Buda, namua akhirnya Buda ditaklukkan lagi
dan Austria mundur, lalu Wina dikepung tanpa ditaklukkan (1529 M). Tahun
1534 M Tabriz ditaklukkan lagi. Tunisia dibebaskan dari Spanyol dan Pulau
Kreta ditaklukkan (1535 M). khilafahpun berdamai dengan Austria yang setuju
membayar jizyah (1539 M). Pest (1541 M), Niche (1543 M), Spanyol (1560 M),
Malta (1565 M) dan Szeged (1566 M) adalah sejumlah daerah yang berhasil
ditaklukkan.

Para sejarawan sepakat, zaman Suleiman II ialah zaman kebesaran dan
kejayaan khilafah Turki Utsmani. Hanya dalam 3 abad, kabilah kecil ini
berhasil melebarkan sayapnya dari Laut Merah, Laut Tengah dan Laut Hitam.
Penaklukannya terbentang dari Mekkah hingga Buda dan Pest di 1 sisi dan
dari Baghdad (1534) hingga al-Jazair (1532 M) di sisi lain. 2 pantai, utara
dan selatan, Laut Hitam jatuh ke tangannya. Sebagian besar kerajaan Austria
dan Hongaria jatuh ke tangannya. Kekuasaannya sampai di Afrika Utara dari
negeri Suriah sampai Maroko. Setelah Suleiman II meninggal 1566 M,
khilafahpun terus menerus merosot.

[sunting]
Keadaan Politik Menjelang Keruntuhan
Politik di sini dibagi jadi 2. Pertama politik dalam negeri, yang maksudnya
ialah penerapan hukum Islam di wilayahnya; mengatur mu'amalat, menegakkan
hudud dan sanksi hukum, menjaga akhlak, mengurus urusan rakyat sesuai hukum
Islam, menjamin pelaksanaan syi'ar dan ibadah. Semua ini dilaksanakan
dengan tatacara Islam.

Ada 2 faktor yang membuat khilafah Turki Utsmani mundur. Pertama, buruknya
pemahaman Islam. Kedua, salah menerapkan Islam. Sebetulnya, kedua hal di
atas bisa diatasi saat kekholifahan dipegang orang kuat dan keimanannya
tinggi, tapi kesempatan ini tak dimanfaatkan dengan baik. Suleiman II-yang
dijuluki al-Qonun, karena jasanya mengadopsi UU sebagai sistem khilafah,
yang saat itu merupakan khilafah terkuat-malah menyusun UU menurut mazhab
tertentu, yakni mazhab Hanafi, dengan kitab Pertemuan Berbagai Lautan-nya
yang ditulis Ibrohimul Halabi (1549 M). Padahal khilafah Islam bukan negara
mazhab, jadi semua mazhab Islam memiliki tempat dalam 1 negara dan buksn
hanya 1 mazhab. Dengan tak dimanfaatkannya kesempatan emas ini untuk
perbaikan, 2 hal tadi tak diperbaiki. Contoh : dengan diambilnya UU oleh
Suleiman II, seharusnya penyimpangan dalam pengangkatan kholifah bisa
dihindari, tapi ini tak tersentuh UU. Dampaknya, setelah berakhirnya
kekuasaan Suleimanul Qonun, yang jadi kholifah malah orang lemah, seperti
Sult
an Mustafa I (1617 M), Osman II (1617-1621 M), Murad IV (1622-1640),
Ibrohim bin Ahmed (1639-1648 M), Mehmed IV (1648-1687 M), Suleiman III
(1687-1690 M), Ahmed II (1690-1694), Mustafa II (1694-1703 M), Ahmed III
(1703-1730 M), Mahmud I (1730-1754 M), Osman III (1754-1787 M), Mustafa III
(1757-1773 M), dan Abdul Hamid I (1773-1788 M). Inilah yang membuat
militer, Yennisari-yang dibentuk Sultan Ourkhan-saat itu memberontak (1525,
1632, 1727, dan 1826 M), sehingga mereka dibubarkan (1785 M) . Selain itu,
majemuknya rakyat dari segi agama, etnik dan mazhab perlu penguasa
berintelektual kuat. Sehingga, para pemimpin lemah ini memicu pemberontakan
kaum Druz yang dipimpin Fakhruddin bin al-Ma'ni.

Ini yang membuat politik luar negeri khilafah-dakwah dan jihad-berhenti
sejak abad 17, sehingga Yennisari membesar, lebih dari pasukan dan peawai
pemerintah biasa, sementara pemasukan negara merosot. Ini membuat khilafah
terpuruk karena suap dan korupsi. Para wali dan pegawai tinggi memanfaatkan
jabatannya untuk jadi penjilat dan penumpuk harta. Ditambah dengan
menurunnya pajak dari Timur Jauh yang melintasi wilayah khilafah, setelah
ditemukannya jalur utama yang aman, sehingga bisa langsung ke Eropa. Ini
membuat mata uang khilafah tertekan, sementara sumber pendapatan negara
seperti tambang, tak bisa menutupi kebutuhan uang yang terus meningkat.

Paruh kedua abad 16 M, terjadilah krisis moneter saat emas dan perak
diusung ke negeri Laut Putih Tengah dari Dunia Baru lewat kolonial Spanyol.
Mata uang khilafah saat itu terpuruk; infasi hebat. Mata uang Baroh
diluncurkan khilafah tahun 1620 M tetap gagal mengatasi inflasi. Lalu
keluarlah mata uang Qisry di abad 17. Inilah yang membuat pasukan Utsmaniah
di Yaman memberontak pada paruh kedua abad 16 M. Akibat adanya korupsi
negara harus menanggung utang 300 juta lira.

Dengan tak dijalankannya politik luar negeri yang Islami-dakwah dan
jihad-pemahaman jihad sebagai cara mengemban ideologi Islam ke luar negeri
hilang dari benak muslimin dan kholifah. Ini terlihat saat Sultan Abdul
Hamid I/Sultan Abdul Hamid Khan meminta Syekh al-Azhar membaca Shohihul
Bukhori di al-Azhar agar Allah SWT memenangkannya atas Rusia (1788 M).
Sultanpun meminta Gubernur Mesir saat itu agar memilih 10 ulama dari
seluruh mazhab membaca kitab itu tiap hari.

Sejak jatuhnya Konstantinopel di abad 15, Eropa-Kristen melihatnya sebagai
awal Masalah Ketimuran, sampai abad 16 saat penaklukan Balkan, seperti
Bosnia, Albania, Yunani dan kepulauan Ionia. Ini membuat Paus Paulus V
(1566-1572 M) menyatukan Eropa yang dilanda perang antar agama-sesama
Kristen, yakni Protestan dan Katholik. Konflik ini berakhir setelah adanya
Konferensi Westafalia (1667 M). Saat itu, penaklukan khilafah terhenti.
Memang setelah kalahnya khilafah atas Eropa dalam perang Lepanto (1571 M),
khilafah hanya mempertahankan wilayahnya. Ini dimanfaatkan Austria dan
Venezia untuk memukul khilafah. Pada Perjanjian Carlowitz (1699 M), wilayah
Hongaria, Slovenia, Kroasia, Hemenietz, Padolia, Ukraina, Morea, dan
sebagian Dalmatia lepas; masing-masing ke tangan Venezia dan Habsburg.
Malah khilafah harus kehilangan wilayahnya di Eropa pada Perang Krim (abad
19 M), dan tambah tragis setelah Perjanjian San Stefano (1878 M) dan Berlin
(1887 M).

Menghadapi kemerosotan itu, khilafah telah melakukan reformasi (abad 17 M
dst). Namun lemahnya pemahaman Islam membuat reformasi gagal. Sebab saat
itu khilafah tak bisa membedakan IPTek dengan peradaban dan pemikiran. Ini
membuat munculnya struktur baru dalam negara, yakni perdana menteri, yang
tak dikenal sejarah Islam kecuali setelah terpengaruh demokrasi Barat yang
mulai merasuk ke tubuh khilafah. Saat itu, penguasa dan syaikhul Islam
mulai terbuka terhadap demokrasi lewat fatwa syaikhul Islam yang
kontroversi. Malah, setelah terbentuk Dewan Tanzimat (1839 M) semakin
kokohlah pemikiran Barat, setelah disusunnya beberapa UU, seperti UU Acara
Pidana (1840 M), dan UU Dagang (1850 M), tambah rumusan Konstitusi 1876 M
oleh Gerakan Turki Muda, yang berusaha membatasi fungsi dan kewenangan
kholifah.

[sunting]
Konspirasi Menghancurkan Khilafah
Di dalam negara, ahlu dzimmah-khususnya orang Kristen-yang mendapat hak
istimewa zaman Suleiman II, akhirnya menuntut persamaan hak dengan
muslimin. Malahan hak istimewa ini dimanfaatkan untuk melindungi provokator
dan intel asing dengan jaminan perjanjian antara khilafah dengan Bizantium
(1521), Prancis (1535), dan Inggris (1580). Dengan hak istimewa ini, jumlah
orang Kristen dan Yahudi meningkat di dalam negeri. Ini dimanfaatkan
misionaris-yang mulai menjalankan gerakan sejak abad 16 . Malta dipilih
sebagai pusat gerakannya. Dari sana mereka menyusup ke Suriah(1620) dan
tinggal di sana sampai 1773. Di tengah mundurnya intelektualitas Dunia
Islam, mereka mendirikan pusat kajian sebagai kedok gerakannya. Pusat
kajian ini kebanyakan milik Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat, yang
digunakan Barat untuk mengemban kepemimpinan intelektualnya di Dunia Islam,
disertai serangan mereka terhadap pemikiran Islam. Serangan ini sudah lama
dipersiapkan orientalis Barat, yang mendirikan Pusat Kajian Ketimuran sejak
abad
14.

Gerakan misionaris dan orientalis itu merupakan bagian tak terpisahkan dari
imperialisme Barat di Dunia Islam. Untuk menguasainya-meminjam istilah Imam
al-Ghozali-Islam sebagai asas harus hancur, dan khilafah Islam harus
runtuh. Untuk meraih tujuan pertama, serangan misionaris dan orientalis
diarahkan untuk menyerang pemikiran Islam; sedangkan untuk meraih tujuan
kedua, mereka hembuskan nasionalisme dan memberi stigma pada khilafah
sebagai Orang Sakit. Agar kekuatan khilafah lumpuh, sehingga agar bisa
sekali pukul jatuh, maka dilakukanlah upaya intensif untuk memisahkan Arab
dengan lainnya dari khilafah. Dari sinilah, lahir gerakan patriotisme dan
nasionalisme di Dunia Islam. Malah, gerakan keagamaan tak luput dari
serangan, seperti Gerakan Wahabi di Hijaz. Sejak pertengahan abad ke-18
gerakan ini dimanfaatkan Inggris-melalui agennya Ibn Sa'ud-untuk menyulut
pemberontakan di beberapa wilayah Hijaz dsk, yang sebelumnya gagal
dilakukan Inggris lewat gerakan kesukuan. Walau begitu, akhirnya gerakan
ini bisa dibe
ndung di beberapa wilayah oleh khilafah lewat Muhammad Ali Pasha, Gubernur
Mesir yang-ternyata agen Prancis-didukung Prancis. Di Eropa, wilayah yang
dikuasai khilafah diprovokasi agar memberontak (abad 19-20 M), seperti
kasus Serbia, Yunani, Bulgaria, Armenia dan terakhir Krisis Balkan,
sehingga khilafah Turki Utsmani kehilangan banyak wilayahnya, dan yang
tersisa hanya Turki.

Nasionalisme dan separatisme telah dipropagandakan negara-negara Eropa
seperti Inggris, Prancis, dan Rusia. Itu bertujuan untuk menghancurkan
khilafah Islam. Keberhasilannya memakai sentimen kebangsaan dan separatisme
di Serbia, Hongaria, Bulgaria, dan Yunani mendorongnya memakai cara sama di
seluruh wilayah khilafah. Hanya saja, usaha ini lebih difokuskan di Arab
dan Turki. Sementara itu, KeduBes Inggris dan Prancis di Istambul dan
daerah-daerah basis khilafah-seperti Baghdad, Damsyik, Beirut, Kairo, dan
Jeddah-telah menjadi pengendalinya. Untuk menyukseskan misinya, dibangunlah
2 markas. Pertama, Markas Beirut, yang bertugas memainkan peranan jangka
panjang, yakni mengubah putra-putri umat Islam menjadi kafir dan mengubah
sistem Islam jadi sistem kufur. Kedua, Markas Istambul, bertugas memainkan
peranan jangka pendek, yaitu memukul telak khilafah.

KeduBes negara Eropapun mulai aktif menjalin hubungan dengan orang Arab. Di
Kairo dibentuk Partai Desentralisasi yang diketuai Rofiqul 'Adzim. Di
Beirut, Komite Reformasi dan Forum Literal dibentuk. Inggris dan Prancis
mulai menyusup ke tengah orang Arab yang memperjuangkan nasionalisme. Pada
8 Juni 1913 M, para pemuda Arab berkongres di Paris dan mengumumkan
nasionalisme Arab. Dokumen yang ditemukan di Konsulat Prancis Damsyik telah
membongkar rencana pengkhianatan kepada khilafah yang didukung Inggris dan
Prancis.

Di Markas Istambul, negara-negara Eropa tak hanya puas merusak putra-putri
umat Islam di sekolah dan universitas lewat propaganda. Mereka ingin
memukul khilafah dari dekat secara telak. Caranya ialah mengubah sistem
pemerintahan dan hukum Islam dengan sistem pemerintahan Barat dan hukum
kufur. Kampanye mulai dilakukan Rasyid Pasha, MenLu zaman Sultan Abdul
Mejid II (1839 M). Tahun itu juga, Naskah Terhormat(Kholkhonah)-yang
dijiplak dari UU di Eropa-diperkenalkan. Tahun 1855 M, negara-negara
Eropa-khususnya Inggris-memaksa khilafah Utsmani mengamandemen UUD,
sehingga dikeluarkanlah Naskah Hemayun (11 Februari 1855 M). Midhat Pasha,
salah satu anggota Kebatinan Bebas diangkat jadi perdana menteri (1
September 1876 M). Ia membentuk panitia Ad Hoc menyusun UUD menurut
Konstitusi Belgia. Inilah yang dikenal dengan Konstitusi 1876. Namun,
konstitusi ini ditolak Sultan Abdul Hamid II dan Sublime Port-pun enggan
melaksanakannya karena dinilai bertentangan dengan syari'at. Midhat
Pashapun dipecat dari kedudukan perda
na menteri. Turki Muda yang berpusat di Salonika-pusat komunitas Yahudi
Dunamah-memberontak (1908 M). Kholifah dipaksanya-yang menjalankan
keputusan Konferensi Berlin-mengumumkan UUD yang diumumkan Turki Muda di
Salonika, lalu dibukukanlah parlemen yang pertama dalam khilafah Turki
Utsmani (17 November 1908 M). Bekerja sama dengan syaikhul Islam, Sultan
Abdul Hamid II dipecat dari jabatannya, dan dibuang ke Salonika. Sejak itu
sistem pemerintahan Islam berakhir.

Tampaknya Inggris belum puas menghancurkan khilafah Turki Utsmani secara
total. Perang Dunia I (1914 M) dimanfaatkan Inggris menyerang Istambul dan
menduduki Gallipoli. Dari sinilah kampanye Dardanella yang terkenal itu
mulai dilancarkan. Pendudukan Inggris di kawasan ini juga dimanfaatkan
untuk mendongkrak popularitas Mustafa Kemal Pasha-yang sengaja dimunculkan
sebagai pahlawan pada Perang Ana Forta (1915 M). Ia-agen Inggris, keturunan
Yahudi Dunamah dari Salonika-melakukan agenda Inggris, yakni melakukan
revolusi kufur untuk menghancurkan khilafah Islam. Ia menyelenggarakan
Kongres Nasional di Sivas dan menelurkan Deklarasi Sivas (1919 M), yang
mencetuskan Turki merdeka dan negeri Islam lainnya dari penjajah, sekaligus
melepaskannya dari wilayah Turki Utsmani. Irak, Suriah, Palestina, Mesir,
dll mendeklarasikan konsensus kebangsaan sehingga merdeka. Saat itu
sentimen kebangsaan tambah kental dengan lahirnya Pan-Turkisme dan Pan
Arabisme; masing-masing menuntut kemerdekaan dan hak menentukan nasib
sendiri a
tas nama bangsanya, bukan atas nama umat Islam.

[sunting]
Runtuhnya Khilafah Turki Utsmani
Sejak tahun 1920, Mustafa Kemal Pasha menjadikan Ankara sebagai pusat
aktivitas politiknya. Setelah menguasai Istambul, Inggris menciptakan
kevakuman politik, dengan menawan banyak pejabat negara dan menutup
kantor-kantor dengan paksa sehingga bantuan kholifah dan pemerintahannya
mandeg. Instabilitas terjadi di dalam negeri, sementara opini umum
menyudutkan kholifah dan memihak kaum nasionalis. Situasi ini dimanfaatkan
Mustafa Kemal Pasha untuk membentuk Dewan Perwakilan Nasional - dan ia
menobatkan diri sebagai ketuanya - sehingga ada 2 pemerintahan;
pemerintahan khilafah di Istambul dan pemerintahan Dewan Perwakilan
Nasional di Ankara. Walau kedudukannya tambah kuat, Mustafa Kemal Pasha
tetap tak berani membubarkan khilafah. Dewan Perwakilan Nasional hanya
mengusulkan konsep yang memisahkan khilafah dengan pemerintahan. Namun,
setelah perdebatan panjang di Dewan Perwakilan Nasional, konsep ini
ditolak. Pengusulnyapun mencari alasan membubarkan Dewan Perwakilan
Nasional dengan melibatkannya dalam berbagai ka
sus pertumpahan darah. Setelah memuncaknya krisis, Dewan Perwakilan
Nasional ini diusulkan agar mengangkat Mustafa Kemal Pasha sebagai ketua
parlemen, yang diharap bisa menyelesaikan kondisi kritis ini.

Setelah resmi dipilih jadi ketua parlemen, ia mengumumkan kebijakannya;
mengubah sistem khilafah dengan republik yang dipimpin seorang presiden
yang dipilih lewat Pemilu. Tanggal 29 November 1923, ia dipilih parlemen
sebagai presiden pertama Turki. Namun ambisinya untuk membubarkan khilafah
terintangi. Ia dianggap murtad, dan rakyat mendukung Sultan Abdul Mejid II,
serta berusaha mengembalikan kekuasaannya. Ancaman ini tak menyurutkan
langkah Mustafa Kemal Pasha. Malahan ia menyerang balik dengan penyesatan
politik dan pemikirannya yang menyebut jika penentang sistem republik ialah
pengkhianat bangsa sehingga ia melakukan teror untuk mempertahankan sistem
pemerintahannya. Kholifah digambarkan sebagai sekutu asing yang harus
dienyahkan.

Setelah suasananya kondusif, Mustafa Kemal Pasha mengadakan sidang Dewan
Perwakilan Nasional, dengan konsep keputusan telah di tangan. Tepat 3 Maret
1924 M, ia memecat kholifah, membubarkan sistem khilafah, dan menghapuskan
sistem Islam dari negara. Inilah titik klimaks revolusi Mustafa Kemal
Pasha.

Dari sejarahnya, bisa diketahui, bahwa faktor utama kemunduran dan
kehancuran khilafah Usmaniyah karena buruknya pemahaman dan kesalahan
penerapan Islam saat itu, sehingga persoalan derivat lain lahir dan
berkembang. Ini menjadi pintu masuk orang luar, termasuk mata-mata asing di
dalam negeri, sehingga muncul gerakan-gerakan yang berbasiskan nasionalisme
dan patriotisme, dan gerakan itu menuntut kemerdekaan negerinya
masing-masing, yang membuat wilayahnya lepas dari khilafah Islam Turki
Utsmani.

Lepasnya wilayah Islam satu persatu dari negara induk melemahkan khilafah
Turki Utsmani sehingga hanya Turkilah yang tinggal. Dengan mundurnya taraf
pemikiran politik umat dan penguasa saat itu, upaya Inggris, Prancis, dan
Rusia menyeret khilafah dalam Perang Dunia I tak terbendung. Kekalahan
pihak Jerman-Utsmani membuat khilafah tunduk pada syarat yang ditetapkan
negara pemenang perang, sehingga dengan sekali pukul, institusi rapuh ini
cukup untuk diruntuhkan. Eksekusi itu diserahkan pada Markas Istambul,
dengan Mustafa Kemal Pasha - yang digelari "Ataturk (Bapak Bangsa Turki)" -
sebagai eksekutornya.

[sunting]
Daftar Sultan
Osman I (1281-1326; bey)
Orhan I (1326-1359; bey)
Murad I (1359-1389; sultan sejak 1383)
Beyazid I (1389-1402)
Interregnum (1402-1413)
Mehmed I (1413-1421)
Murad II (1421-1444) (1445-1451)
Mehmed II (sang Penguasa) (1444-1445) (1451-1481)
Beyazid II (1481-1512)
Selim I (1512-1520)
Suleiman I (yang Agung) (1520-1566)
Selim II (1566-1574)
Murad III (1574-1595)
Mehmed III (1595-1603)
Ahmed I (1603-1617)
Mustafa I (1617-1618)
Osman II (1618-1622)
Mustafa I (1622-1623)
Murad IV (1623-1640)
Ibrahim I (1640-1648)
 Mehmed IV (1648-1687)
Suleiman II (1687-1691)
Ahmed II (1691-1695)
Mustafa II (1695-1703)
Ahmed III (1703-1730)
Mahmud I (1730-1754)
Osman III (1754-1757)
Mustafa III (1757-1774)
Abd-ul-Hamid I (1774-1789)
Selim III (1789-1807)
Mustafa IV (1807-1808)
Mahmud II (1808-1839)
Abd-ul-Mejid (1839-1861)
Abd-ul-Aziz (1861-1876)
Murad V (1876)
Abd-ul-Hamid II (1876-1909)
Mehmed V (Reşad) (1909-1918)
Mehmed VI (Vahideddin) (1918-1922)
Abdul Mejid II, (1922-1924; hanya sebagai Kalifah)

[sunting]
Lihat pula

------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Reply via email to