Selasa 4 Februari Saya tertidur tidak lama setelah bus yang membawa rombongan kami dari Asrama Haji Pondok Gede memasuki jalan tol Sedyatmo. Saya memang agak letih, karena setengah jam menjelang keberangkatan ke Asrama Haji sehari sebelumnya, masih “berkutat” dengan laptop saya untuk menyelesaikan bahan-bahan yang akan saya emailkan kepada rekan-rekan saya yang mulai hari itu mengadakan rapat regional bulanan dan workshop selama sepekan di Kuta, Bali.
Saya terbangun ketika bus sudah memasuki kompleks Bandara Udara Sukarno-Hatta. dari belakang melintasi apron menuju Terminal A yang selama musim haji digunakan sebagai Terminal Haji Embarkasi Jakarta dan Jawa Barat. Bus berhenti dan menurunkan kami di pintu kedatangan, sehingga dengan hanya menaiki sebuah tangga kami sudah sampai di pintu ruang tunggu keberangkatan. Satu-satunya pemeriksaan yang kami jalani sebelum memasuki ruang tunggu hanyalah pemerikasaan barang bawaan kami, yaitu tas tangan dan tas paspor dengan peralatan Sinar X. Pemerikasaan paspor dan pemotongan boarding pass sudah dilakukan sebelumnya di atas bus, tidak lama sesudah bus meninggalkan Asrama Haji. Sedangkan penimbangan dan pembagasian koper pakaian diurus sepenuhnya oleh Yayasan. Benda tajam yang terdeksi, termasuk gunting dan pisau lipat, langsung disuruh dikeluarkan dan ditahan. Kami memasuki ruang tunggu sekitar jam 5.30 petang, dua setengah jam menjelang keberangkatan. Sebagai seorang yang sejak 1984 sering bepergian dengan pesawat terbang karena tugas, ruang tunggu Terminal A tidak asing bagi saya, terutama ketika perusahan penerbangan Sempati milik Tommy Suharto yang menggunakan seluruh Terminal tersebut untuk keberangkatan dan kedatangan pesawat-pesawatnya sedang jaya-jayanya. Tetapi petang itu saya seperti berada di tempat lain. Setelah waktu Maghrib tiba, kami shalat Maghrib berjemaah yang dijamak dengan Isya di salah satu ruang tunggu yang dialihfungsikan menjadi mushola. Tepat jam 8.00 malam, pesawat Boeing 747-200 Garuda yang akan membawa lebih kurang 460 jemaah Kloter 61 DKI Jakarta---termasuk kafilah kami---ke Jeddah mulai bergerak, kemudian take-off dan membubung tinggi membelah angkasa malam. Sepanjang penerbangan kembali perasaan aneh sewaktu-waktu menyelimuti diri saya, seakan-akan kami sedang terbang ke suatu tempat yang tidak berada di alam nyata. Kami tiba di Bandara King Abdul Azis, Jeddah jam 2 dinihari waktu setempat sesuai dengan jadwal, setelah terbang selama hampir 10 jam (terdapat perbedaan waktu 4 jam antara Jakarta dan Jeddah). Pemerikasaan badan, buku kesehatan, paspor dan bagasi di sini ternyata tidak “seseram” informasi yang kami peroleh sebelumnya, meskipun cukup memakan waktu karena harus antri. Bahkan koperpun tidak dibuka sama sekali, sehingga kekhawatiran kami bahwa rendang dan teri belado yang ditaruh Kur di dalam koper akan ditemukan dan ditahan imigrasi Saudi---yang konon suka “mengobrak abrik” koper jemaah---tidak jadi kenyataan. Setelah seluruh pemeriksaan selesai kami masuk keruangan istirahat---ruangan yang sangat luas tanpa kursi dengan atap tinggi berarsitektur tenda, yang dikapling menurut negara masing-masing. Kami beristirahat di atas permadani yang diperuntukkan bagi kafilah kami sambil menunggu waktu Shubuh dan saat berihram. Di sini kami mendapat makanan dalam boks, air kemasan dan buah dari Panitia Haji Indonesia. Sebenarnya Bandara King Abdul Azis bukan tempat ideal untuk berihram, karena memang tidak didesain untuk keperluan itu. Kamar mandi merangkap WC tempat kami mengganti seragam kami dengan pakaian ihram1, kurang penerangan dan kurang bersih. Karena sudah melakukan mandi sunat ihram ketika masih berada di Asrama Haji Pondok Gede, sebagian besar jemaah, termasuk saya, hanya berwuduk untuk shalat Shubuh dan shalat sunat ihram. Selesai shalat sunat ihram kami dikumpulkan untuk melafazkan niat ihram dipimpin oleh ustazd pembimbing. Sekalipun selama bimbingan manasik sang ustazd menekankan untuk melafazkan niat yang singkat saja: “Labbaykallahuma umratan”, tetapi mungkin karena “grogi” menyaksikan kafilah lain melafazkan niat yang panjang, ikut-ikutan melafazkan niat yang panjang yang tidak pernah saya hapal, sehingga giliran saya yang “grogi”. Walhasil suasana di miqat terasa cair. Hal ini mungkin juga disebabkan sebelumnya saya terlalu hanyut kepada romantisme pemaknaan intelektual Iran Ali Syariati terhadap miqat: “Di Miqat apapun ras dan sukumu, lepaskankanlah semua pakaian yang engkau kenakan sehari-hari sebagai serigala (yang melambangkan kekejaman dan penindasan), tikus (yang melambangkan kelicikan), anjing (yang melambangkan tipu daya), atau domba (yang melambangkan penghambaan)” dan di bagian lain dilanjutkannya “Di Miqat ia mengalami kematian dan kebangkitannya kembali”. Sementara ustadz kami hanya mengulangi hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama berihram. Tidak lama kemudian kami menuju pintu keluar untuk menaiki bus-bus yang dikirim maktab, yang akan membawa kami ke kota suci Makkah al Mukarramah. Saat itu matahari sudah mulai naik 1) Pakaian ihram laki-laki terdiri dari dua potong kain tanpa jahitan---dusunahkan berwarna putih---yang satu dijadikan sarung, yang lain dijadikan selendang untuk menutupi bagian atas badan, tanpa lapisan apapun di dalamnya. Juga tidak diperbolehkan memakai tutup kepala seperti peci, sorban dan lain-lain. Tetapi memakai payung, ikat pinggang–jemaah biasanya mengunakan yang ada kantong-kantongnya---dompet, cincin, kacamata dan benda-benda sejenis diperbolehkan. Pakaiaan ihram perempuan berupa busana muslim biasa yang menutupi seluruh tubuh dengan wajah dan telapak tangan (wajib) terbuka. Jemaah perempuan tentu saja diperbolehkan, bahkan sangat “berbahaya”, jika tidak memakai pakaian dalam. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/