Sebenarnya saya tidak mempermasalahkan apa hukumnya tawasul itu sendiri,
terlepas dari boleh dan tidaknya bertawasul kepada orang yg sudah
meninggal,
karena hal ini masih merupakan kontoversi diantara beberapa ulama,
yg ingin sekali saya tanyakan adalah

"Hanya dengan ber tawasul kepada Syeh tsb, seorang gadis kok bisa terpikat
kpd yg bertawasul
(seperti yg dicontohkan p Teguh dlm pengalaman pribadinya)", lha ini gimana
?



                                                                                
                                       
                    "Teguh, Imanullah                                           
                                       
                    (PSU)"                    To:     <[EMAIL PROTECTED]>, 
<media-dakwah@yahoogroups.com>          
                    <[EMAIL PROTECTED]        cc:                               
                                       
                    e1.bp.com>                Subject:     [media-dakwah] 
Tawasul dalam Islam - Was: -= Mohon          
                    Sent by:                  Pencerahan Sesegera Mungkin =-    
                                       
                    [EMAIL PROTECTED]                                           
                                      
                    groups.com                                                  
                                       
                                                                                
                                       
                                                                                
                                       
                    12/05/2005 09:29                                            
                                       
                    AM                                                          
                                       
                                                                                
                                       
                                                                                
                                       



Kalo dari cerita saya jika sekali diteliti udah jelas banget ada kaitannya.
Waktu diajarin ilmu KLENIK bin MISTIS berupa ILMU PELET murid kesayangan
"Ustadz" Ali itu menyodorkan kalimat tawasul kepada Allah melalui perantara
orang shalih dalam hal ini adalah syaikh Abdul Qadir Jaelani yang sudah
Meninggal dunia.

Inilah yang terlarang dalam Islam yakni bertawasul kepada orang yang sudah
mati.
Syaikh Abdul Qadir Jaelani-nya sih orang shalih dan tidak pernah
mengajarkan KLENIK bin MISTIS semoga Allah merahmati beliau.

Disebutkan dalam biografinya bahwa Syaikh Abdul Qadir Jaelani memiliki
beberapa KAROMAH. Karomah bagi orang shalih yang menjaga dirinya dari
kemusyrikan adalah sesuatu yang wajar karena dia senantiasa menjaga dirinya
sesuai syariah dan tidak menyekutukannya.

Orang shalih wajar jika makbul doa'anya karena keshalihannya disaat MASIH
HIDUP. Maka ber TAWASUL dengan orang yang masih hidup ada kemungkinan
keinginan kita makbul melalui orang shalih yang mendoakan keinginan kita
tersebut kepada Allah.

Misalnya saya meminta agar Pak Imam mendoakan saya meminta kepada Allah
agar saya banyak rezeki karena saya menganggap Pak Imam sebagai orang
shalih masa kini yang masih hidup maka itu wajar.

Allah akan melihat dulu tingkat amaliah bapak selama masih hidup. Sedangkan
jika pak Imam sudah meninggal maka amal dan ganjaran seseorang sudah
terputus. Wallahu 'alam bishshowwab.

Untuk menyegarkan kembali pengertian tawasul saya selipkan berikut ini
artikel tentang tawasul.

-------------------------------------------------

Hukum Bertawassul Dengan Para Wali & orang Shaleh


Muqaddimah

Pada prinsipnya bertawassul (berperantara) kepada Allah Subhannahu wa
Ta'ala merupakan salah satu bentuk ibadah termulia bagi seorang hamba untuk
mendekatkan (bertaqarub) kepada-Nya, dan hal ini memang dianjurkan kepada
kita, sebagaimana firman Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan
yang dapat mendekatkan diri kepada Nya dan berjihadlah pada jalan Nya
supaya kamu mendapat keberuntungan." (Q.S. Al Maidah : 35)
Dalam ayat ini, Allah Ta'ala telah memberikan penjelasan, bahwa bertaqwa
kepada Nya, mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihad di
jalan-Nya, merupakan suatu cara dan jalan bagi seorang hamba untuk
memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan.


Definisi Tawassul

Secara bahasa, tawassul berarti menjadikan sesuatu sebagai perantara untuk
mencapai tujuan. (Mu'jamul alfaadzil 'Aqidah, hal.104).
Adapun menurut istilah syara' berarti seseorang mendekatkan diri kepada
Allah Ta'ala untuk tujuan tertentu dengan menjadikan suatu amal sebagai
per-antara.(Mu'jamul alfaadzil 'Aqidah, hal.104, Muhtaarush Shihah, hal.
526)

Bentu-Bentuk Tawassul

Tawassul ada dua macam:

Tawassul yang disyari'atkan (diperbolehkan), yaitu tawassul untuk tujuan
tertentu dengan perantara yang dibenarkan oleh syari'at Islam. Seperti
bertawassul dengan nama-nama (asma') dan sifat Allah, bertawassul dengan
amal shaleh kita yang telah kita lakukan serta dengan perantaraan do’a
orang yang masih hidup.

Selain tiga bentuk tawassul ini tidak- pernah ditetapkan dasar hukumnya
dalam agama Islam, padahal segala bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri
kepada Allah harus berdasarkan pada syari'at Allah Subhannahu wa Ta'ala
yang di bawa oleh Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam . (Harus ada
dalilnya).

Tawassul yang tidak disyari'atkan (tidak dibenarkan), yaitu bertawassul
dengan perantara-perantara yang tidak ada dalil atau dasar hukumnya di
dalam Islam.


Bertawassul dengan Nabi, Para Wali dan Shalihin.

Dari penjelasan di atas sebetulnya telah jelas bagi kita, bahwa bertawasul
kepada para wali dan orang shalih khususnya kepada Nabi Muhammad
Shalallaahu alaihi wasalam setelah mereka wafat dengan cara mendatangi
kubur mereka, mohon pertolongan mereka, bertawassul dengan menggunakan
kemuliaan dan kedudukan mereka, memohon kepada mereka ketika turun bencana,
memohon agar semua kebutuhannya terpenuhi, diselamatkan dari segala mara
bahaya adalah merupakan bentuk penyimpangan terhadap sunnah Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam. Itu semua merupakan bentuk perkara yang
diada-adakan, dan sama sekali tidak memiliki dasar dan alasan yang kuat
baik dari al-Qur'an mapun as-Sunnah (baca: haram).
Allah berfirman yang artinya:
"Dan di antara manusia ada orang- orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka menyintainya sebagaimana mereka menyintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu (syirik) mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaNya (niscaya mereka menye-sal)."
(Q.S. Al-Baqarah:165).
Allah Subhannahu wa Ta'ala juga berfirman, yang artinya:
"Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak
akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak
pula memindahkannya." (Q.S. Al-Isra’ : 56)

Mereka beranggapan bahwa mu'jizat (kejadian luar biasa yang terjadi pada
para Nabi) dan karamah (kejadian luar biasa yang terjadi pada orang-orang
shalih dengan tanpa direncanakan sebelumnya) akan terjadi pada setiap saat
dan atas kesadarannya, sehingga para wali dan orang shalih memiliki
kekuatan untuk melakukan perkara yang bersifat mu'jizat dan karomah pada
waktu dan kondisi yang mereka kehendaki, kapan saja dapat diminta, bahkan
setelah mereka meninggal.

Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman melarang kita untuk beribadah kepada
selain Nya, yang artinya:
"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa'at dan tidak
(pula) memberi mudharat kepada-mu selain Allah; sebab jika kamu berbuat
(yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk
orang-orang yang dzalim." (Q.S Yunus: 106)

Adapun dasar pijakan Ulama tentang tidak diperbolehkannya bertawassul
(berperantara) dengan para wali dan shalihin (setelah mereka mening-gal)
adalah sebagai berikut:

Secara logika, pada dasarnya seseorang yang telah meninggal dunia, maka dia
tidak akan dapat berdo'a sebagaimana ketika dia hidup (amal sudah ditutup).
Dan bagaimana mungkin seseorang yang tidak mempunyai kemampuan apa-apa
ketika itu, lalu bisa membantu dan menolong orang lain yang masih hidup
dalam hal-hal tertentu.

Pada asalnya setiap bentuk ibadah itu adalah haram untuk dila-kukan sebelum
ada dalilnya dan sebelum ada dasar pijakan baik dari al-Qur'an maupun
as-Sunnah(contoh dari Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ). Dan karena
itulah setiap ibadah bersifat tauqifiyah (sesuai dengan perintah dan contoh
dari Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ). Yang menjadi ukuran dalam hal ini
bukanlah baik dan tidaknya, atau enak dan tidak enaknya menurut perasaan
dan naluri kita. Lain halnya dengan urusan keduniaan yang pada dasarnya
boleh untuk dilakukan, kecuali ada larangannya.

Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam tidak pernah memberikan contoh
dalam masalah ini, padahal beliau adalah sosok suri tauladan yang patut
kita ambil dan kita tiru dalam setiap hal. Begitu juga para shahabat,
mereka tidak pernah melakukan seperti apa yang sering dilaku-kan oleh
kebanyakan orang saat ini.

Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala , yang artinya,
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia
leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ke
dalam Jahannam, itu seburuk-buruk tempat kembali." (Q.S an-Nisa' : 115 )
Di dalam surat yang lain Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya,

"Dan Apa yang diberikan Rasul kepada-mu, maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkan-lah; dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya." (Q.S. al-Hasyr : 7)

Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam,
"Barangsiapa melakukan suatu per-buatan yang tidak sesuai dengan ajaran
kami, maka ibadahnya itu tertolak" (H.R. Muslim)
Dan dalam riwayat yang lain Nabi Shalallaahu alaihi wasalam besabda :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيِهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang membuat-buat ibadah dalam ajaran kami (Islam) yang bukan
merupakan bagian darinya, maka amalan itu tertolak.” (HR. Al-Bukhari)
Di hadits yang lain beliau bersabda:
وَإِيَّاكُمْ وَ مُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ
وَأَنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ (رواه أحمد)
Artinya, "Jauhilah perkara-perkara yang baru (dalam agama), karena setiap
perkara baru adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah kesesatan ." (HR. Ahmad)
Dalam riwayat An-Nasa’i terdapat tambahan, bahwa setiap kesesatan itu masuk
neraka.
Dan sabda beliau adalah bersifat umum dan menyeluruh.

Adapun atsar dari Umar bin Khaththab Radhiallaahu anhu yang mengabarkan
beliau bertawasul kepada al-Abbas dan dijadikan dalil oleh sebagian orang
yang melakukan amalan ini tidaklah tepat. Karena Umar ketika itu
bertawassul lewat do'a al-Abbas dan bukan terhadap dirinya, sementara cara
yang demikian dan dengan syarat orang yang ditawassuli (dijadikan
perantara) masih hidup tidaklah dilarang dan bahkan termasuk yang
disyari'atkan.

Dan alasan bahwa mereka memohon kepada Allah Ta'ala agar yang mereka minta
terkabulkan dengan cara menggunakan kemulyaan para wali dan orang shalih,
bukan menyembah kubur (menurut mereka), itu sama saja dengan yang dilakukan
orang-orang musyrik jahiliyah yang beranggapan, bahwa beribadah tidaklah
sama dengan berdo'a atau sebaliknya. Anggapan seperti itu tidaklah benar,
karena me-minta berkah dari mayit pada dasarnya adalah berdo'a, sebagaimana
orang jahiliyah pada saat itu berdo'a kepada berhala-berhala mereka. Dan
tidak ada bedanya antara apa yang mereka lakukan dengan yang dilakukan
orang zaman sekarang ini, di mana mereka menjadikan kubur para wali dan
orang shalih sebagai tempat pengaduan.

Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya,
“Orang-orang musyrik Jahiliyah mengatakan, "Kami tidak menyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya." (Q.S. az-Zumar: 3)

Dari penjelasan di atas, jelaslah bagi kita, bahwa bertawassul kepada Nabi
Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam setelah beliau wafat, kepada para wali
dan orang shalih setelah mereka wafat tidaklah pernah disyari'atkan dan
tidak juga dianjurkan. Bahkan hal ini tidak diperbolehkan di dalam Islam,
karena meskipun Rasu-lullah adalah orang paling mulia di sisi Allah, tetap
saja itu bukan merupakan sebab syar`i untuk diterimanya do'a seseorang,
apalagi orang selain Nabi Shalallaahu alaihi wasalam.

Kebanyakan orang melakukan hal itu karena dorongan rasa cinta dan hormat,
namun cenderung berlebihan dan salah penerapannya.


Khatimah

Akhirnya kami berpesan kepada mereka yang terjerat dalam perkara ini,
walaupun mempunyai tujuan baik dan menghendaki kebaikan, apabila anda
memang menghendaki kebaikan, maka tidak ada jalan yang lebih baik daripada
jalan para generasi terdahulu, yaitu para shahabat, tabi'in, tabi'ut
tabi'in, dan orang-orang yang senan-tiasa komitmen di jalan mereka.

Dan sesungguhnya, anda akan mendapati kebanyakan orang yang suka
mengerjakan perkara bid'ah merasa enggan dan malas untuk mengerjakan
hal-hal yang sudah jelas diperintahkan dan disunnahkan oleh Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam. Itu semua merupakan dampak dari perbuatan
tersebut terhadap hati seseorang.

Semoga Allah memberikan kepada kita penunjuk jalan menuju petunjuk Nya dan
pemimpin yang membawa kepada kebaikan, menerangi hati kita dengan iman dan
ilmu, menjadikan ilmu yang kita miliki membawa berkah dan bukan bencana.
Serta mudah-mudahan Allah membimbing kita kepada jalan para hambaNya yang
beriman, menjadikan kita termasuk orang-orang yang bertaqwa lagi beruntung.


Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan Allah kepada Nabi kita,
Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam, keluarga dan para shahabatnya serta
orang-orang yang senantiasa mengikuti jalan beliau sampai Hari Kiamat.
Wallahu a'lam bish shawab. Disusun dari berbagai sumber.
(Ibnu Arba'in.)

Selesai sampai disini pembahasan Tawasul.

Abu Fahmi

-----Original Message-----
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
Behalf Of [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, December 02, 2005 6:32 PM
To: media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: Re: [BULK] - Re: [BULK] - RE: [media-dakwah] -= Mohon Pencerahan
Sesegera Mungkin =-


Tapi sebenarnya aku masih bingung nih,

bagaimana tawasul kok bisa jadi ilmu PELET, MISTIK dsb  ya.....????
pada hal tawasul itu kan berdoa melalui perantara, dalam hal ini melalui
Syaikh Abdul Qadir Jaelani
tapi kok bisa jadi untuk ilmu2 spt itu ya, gimana ya, apa doanya dikabulkan
karena tawasul via syaih tsb ya?

nah sekarang pertanyaan saya yg NGAWUR Pol Banget adalah:

Apa hubungannya TAWASUL dg ILMU PELET





                    thoriq kusuma

                    <[EMAIL PROTECTED]        To:     Ahmadi Agung
<[EMAIL PROTECTED]>
                    il.com>                   cc:     "Teguh, Imanullah
(PSU)" <[EMAIL PROTECTED]>,
                    Sent by:                  [EMAIL PROTECTED],
media-dakwah@yahoogroups.com
                    [EMAIL PROTECTED]        Subject:     [BULK] - Re:
[BULK] - RE: [media-dakwah] -= Mohon
                    groups.com                Pencerahan Sesegera Mungkin
=-


                    12/02/2005 01:03

                    PM






hubungannya ....*baik baik saja kok* hahahahahaha

On 12/1/05, Ahmadi Agung <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Gue Mo tanya nih..
>
> Lha apa ada hubungan-nya yha antara Syaikh Abdul Qadir Jaelani & Syaikh
> siti jenar dng Agama Sheik di India..????
>
> Ini pertanyaan saya emang NGAWUR Pol, biar tambah mumet kabeh..ha ha
> haaaa...
>
> Salam
> AL-Pacitan
>
>


[Non-text portions of this message have been removed]






Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links
















Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links








------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~-->
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~->

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links










------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke