Siapakah Ahlus Sunnah wal Jama’ah ?
  Oleh : Abu Tauam Al Khalafy
   
   Istilah ahlus sunnah wal jama’ah ada dalam Kitab Tafsir Al Qur’an Al Azhim 
yang disusun oleh Al Hafizh Ibnu Katsir yaitu ketika sahabat Abdullah bin Abbas 
ra. mengomentari ayat, 
   
  “Pada Hari Perhitungan ada orang – orang yang wajahnya putih berseri – seri 
dan yang berwajah hitam suram” (QS Ali Imran 106). 
   
  Lalu Abdullah bin Abbas ra. berkata, “Orang – orang yang wajahnya putih 
berseri – seri adalah ahlus sunnah wal jama’ah dan orang – orang yang berwajah 
hitam suram adalah ahlul bid’ah wal firqah”.  Jadi istilah ahlus sunnah wal 
jama’ah sudah ada semenjak zaman sahabat ridwanullahu ‘alaihim.
   
  Jika kita cermati perkataan Ibnu Abbas ra. tersebut maka lawan dari ahlus 
sunnah adalah ahlul bid’ah dan lawan dari al jama’ah adalah al firqah.
   
  Kita bahas yang pertama dulu.  Ahlus Sunnah adalah orang yang mengikuti 
sunnah Rasulullah SAW dan ahlul bid’ah adalah orang yang secara sengaja 
mengerjakan bid’ah, dan apakah bid’ah itu ? Mari kita lihat definisi bid’ah 
menurut Rasulullah SAW,
   
  “Dan seburuk – buruknya urusan adalah yang muhdats (yang baru) dan setiap 
yang muhdats adalah bid’ah” (HR. Ahmad 3/371, Muslim 3/11, An Nasa’i no. 1578, 
dan Ibnu Majah no.45, lafazh ini milik Ahmad, dari Jabir ra.)
   
  Jadi orang – orang yang secara sengaja mengamalkan sesuatu yang baru dalam 
Dinul Islam yang tidak disandarkan kepada Rasulullah SAW maka orang tersebut 
mengamalkan bid’ah.  
   
  Shalat shubuh adalah sunnah bukan bid’ah dan hukumnya wajib, shalat 
tahiyyatul mesjid adalah sunnah bukan bid’ah dan hukumnya sunnah mu’akkad, 
berbakti kepada kedua orang tua adalah sunnah bukan bid’ah dan hukumnya wajib  
Tapi shalat menggunakan dua bahasa bukanlah sunnah maka ia bid’ah dan setiap 
yang bid’ah hukumnya haram untuk dikerjakan.
   
  Maka di dalam Islam antara sunnah dan bid’ah tidak akan pernah bersatu 
selamanya.
   
  Lalu apakah definisi al jama’ah, dan mengapa sahabat Ibnu Abbas ra. menyebut 
al firqah sebagai lawan dari al jama’ah ?
   
  Saya mengangkat 2 definisi al jama’ah yang rajih berdasarkan pemahaman 
salafush shalih, kita lihat definisi yang pertama dahulu, bahwa Al Jama’ah 
adalah kelompok asal, yaitu jama’ahnya Rasulullah SAW beserta para sahabat yang 
semoga Allah SWT meridhai mereka semua.  
   
  Namun ketika sepeninggal Nabi SAW, maka ada sebagian kaum muslimin memisahkan 
diri dari al jama’ah dan melepas ikatan kesetiaannya terhadap Imam kaum 
muslimin.   Kelompok yang memisahkan diri itulah yang disebut al firqah.  
   
  Al Firqah yang pertama kali memisahkan diri dari jama’ah muslimin dan melepas 
ketaatan terhadap Imam kaum muslimin adalah Khawarij yang kemudian disusul 
firqah – firqah yang lain seperti Syi’ah Rafidhah, Qadariyyah, Jahmiyah dan 
lain sebagainya yang jumlahnya cukup banyak.
   
  Sepeninggal Rasulullah SAW tongkat estafet Al Jama’ah berikutnya dipegang 
oleh Khulafa’ur Rasyidin, lalu oleh raja – raja Bani Umayyah, kemudian oleh 
raja – raja Bani Abbasiyyah dan terakhir dipegang oleh dinasti Turki Utsmani, 
wallahu a’lam.  Dan diantara Imam kaum muslimin atau yang disebut Amirul 
Mukminin, ada yang baik dan ada yang tidak sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
   
  ”Sesungguhnya akan diangkat untuk kalian beberapa penguasa dan kalian akan 
mengetahui kemunkarannya.  Maka siapa saja yang benci bebaslah ia, dan siapa 
saja yang mengingkarinya, maka selamatlah ia, tetapi orang yang senang dan 
mengikutinya maka tersesatlah ia” Para sahabat bertanya, “Apakah tidak 
sebaiknya kita memerangi mereka ?” Beliau bersabda, “Jangan ! Selama mereka 
masih mengerjakan shalat bersamamu” (HR. Muslim, dari Ummu Salamah ra.)
   
  Dan di hadits lain Rasulullah SAW bersabda,
   
  “Patuh dan taatilah pemimpinmu walaupun dia memukul punggungmu dan mengambil 
hartamu, patuhilah dan taatilah” (HR. Muslim 12/236-237)
   
  Artinya, walaupun amirul mukminin berlaku zhalim terhadap rakyatnya maka 
haram hukumnya untuk memberontak, memerangi ataupun memisahkan diri karena 
mereka itulah al jama’ah.  Dan barangsiapa memerangi, memberontak ataupun 
memisahkan diri amirul mukminin tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat 
(seperti amirul mukminin tidak lagi melakukan shalat yang wajib) maka mereka  
itulah yang disebut sebagai al firqah.
   
  Lalu saat ini apakah ada yang disebut al jama’ah semenjak keruntuhan Al 
Khilafah Al Islamiyyah Turki Utsmani tahun 1924.  Masya Allah, Rasulullah SAW 
telah menduga bahwa kaum muslimin pada suatu saat akan mengalami masa ketiadaan 
Al Jama’ah (definisi yang pertama), sebagaimana hadits dari Hudzaifah ra.,
   
  “…Saya (Hudzaifah ra.) bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, apakah yang harus 
kulakukan jika aku mendapatkan situasi seperti itu?’, Beliau SAW menjawab, 
‘Kamu wajib melazimi jamaah umat Islam dan pemimpin mereka’.  Saya bertanya 
lagi, ‘Bagaimana jika tidak ada jama’ah umat Islam dan juga tidak ada 
pemimpinnya ?’, Beliau menjawab, ‘Menjauhlah kamu dari semua golongan itu 
walaupun kamu menggigit akar batang pohon sampai maut menemuimu dan kamu 
(tetap) dalam kondisi seperti itu” (HR. Imam Muslim, hadits pada Kitab Shahih 
Muslim 6/20 atau no. 1231 pada Kitab Ringkasan Shahih Muslim oleh Al Mundziri)
   
  Dari hadits di atas sangat jelas bahwa ketika terjadi masa dimana tidak ada 
al jama’ah yaitu umat Islam yang dipimpin oleh seorang Amirul Mukminin, maka 
seorang muslim harus menjauh dan meninggalkan seluruh firqah dan golongan 
apapun karena demikianlah Rasulullah SAW memberikan panduannya.  (Betapa benar 
Rasulullah SAW, bahwa semenjak ketiadaan al jama’ah-definisi pertama maka yang 
ada hanyalah firqah – firqah yang jumlahnya cukup banyak dan berbilang)
   
  Dan apakah ketika masa itu terjadi (yaitu masa tanpa kepemimpinan amirul 
mukminin) istilah al jama’ah tidak ada lagi !? Tidak, istilah itu tetap ada, 
namun disini kita menggunakan definisi yang kedua yaitu definisi yang diberikan 
oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud ra. bahwa al jama’ah adalah,
   
  “Kamu bersama kebenaran walaupun kamu sendirian” (Ibnul Qayyim dalam Kitab 
Ighatsatul Lahfan min Mashayid Asy Syaithan I/70, lihat juga Syarh Ushul 
I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah 160 oleh Al Lalikaa-i dan Tarikh Dimasyqi 
13/322 oleh Ibnu Asaakir).  Artinya walaupun kita seorang diri sekalipun tetapi 
jika kita berada di atas kebenaran maka kita yang sendirian itu  dapat disebut 
sebagai al jama’ah.
   
  (Perhatikan, bahwa tidak ada kontradiksi antara definisi al jama’ah yang 
pertama dengan yang kedua)
   
  Akhirnya dari penjelasan ringkas di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang 
dimaksud ahlus sunnah wal jama’ah pada saat ini adalah orang – orang yang 
mengerjakan sunnah dan menjauhi bid’ah walaupun mereka hanya sendirian saja 
mengamalkannya.  
   
  Dan salah satu bagian dari ahlus sunnah wal jama’ah itu adalah al ghuraba’ 
atau orang yang dianggap asing, orang yang dianggap aneh, orang yang dianggap 
menyendiri, namun sebenarnya merekalah orang – orang yang beruntung, 
sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
   
  “Islam mulai (muncul) dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan 
asing, maka beruntunglah bagi orang – orang yang dianggap asing itu” (HR. 
Muslim)    
   
  Demikian juga perkataan seorang tabi’in besar  Sufyan Ats Tsauri rhm. yang 
menjelaskan tentang ahlus sunnah wal jama’ah, “Jagalah ahlus sunnah wal jama’ah 
dengan baik karena mereka Al Ghurabaa’” (Al Laalikai, Kitab Ushul Al I’tiqaadi 
jilid 1 hlm. 64)
   
   
   Telah ada hadits tentang keterasingan Islam
  Maka hendaknya para pencinta menangis
  Karena terasing dan orang – orang yang dicintainya
  Allahlah yang melindungi kita
  Yang menjaga agama kita
     “Pada Hari Perhitungan ada orang – orang yang wajahnya putih berseri – 
seri …” (QS Ali Imran 106)
   
  Semoga Allah SWT memasukan kita semua ke dalam barisan ahlus sunnah wal 
jama’ah.
   
  Maraji’
  Dari berbagai sumber, silahkan kepada kaum muslimin untuk merujuk kepada 
Kitab Tafsir Al Qur’an Al Azhim Ibnu Katsir dan Kitab Hadits Shahih Muslim.
   
  Semoga Bermanfaat.



      KuHanyaOrangBiasa 
   
  MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH
   
  Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW bersabda, "Jibril berkata kepadaku, 
'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia dalam keadaan tidak 
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga'" (HR. 
Bukhari - Muslim) [Hadits ini terdapat pada Kitab Shahih Bukhari dan Kitab 
Riyadush Shalihin]




                
---------------------------------
 Yahoo! Personals
 Single? There's someone we'd like you to meet.
 Lots of someones, actually. Try Yahoo! Personals

[Non-text portions of this message have been removed]





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke