Bagaimana tanggapan Harun Yahya mengenai tuduhan ini, ayo kita simak
ulasan beliau berikut ini...



      Rahasia di Balik Materi
      tidak sama dengan Wahdatul Wujud

      HARUN YAHYA

      Sebuah pokok bahasan yang dipaparkan dalam buku  The Evolution Deceit
(Keruntuhan Teori Evolusi), bab "The Real Essence of Matter" ("Hakikat
Materi yang Sesungguhnya"), juga dalam buku Matter: The Other Name for
Illusion (Materi: Nama Lain dari Ilusi); Idealism, The Philosophy of the
Matrix and the True Nature of Matter (Idealisme, Filsafat Matriks, dan
Sifat-Dasar Materi yang Sebenarnya), Eternity Has Already Begun (Keabadian
Telah Dimulai); Timelessness and the Reality of Fate (Ketiadaan Waktu dan
Hakikat Takdir) and Knowing the Truth (Memahami Kebenaran) telah
dipermasalahkan oleh sejumlah orang. Disebabkan salah memahami inti pokok
bahasan tersebut, orang-orang ini mengatakan bahwa apa yang diuraikan dalam
rahasia di balik materi adalah sama dengan ajaran Wahdatul Wujud.

      Izinkan kami menyatakan di awal bahwa penulis buku ini adalah seorang
yang beriman dan memegang teguh ajaran Ahlus Sunnah dan tidak mendukung
pandangan Wahdatul Wujud.

      Akan tetapi, patut diingat bahwa Wahdatul Wujud pernah didukung oleh
sejumlah ulama Islam terkemuka termasuk Muhyiddin Ibnu 'Arabi. Adalah benar
bahwa banyak ulama Islam terkemuka yang menjelaskan gagasan tentang Wahdatul
Wujud di masa lampau melakukannya dengan menggunakan sejumlah pokok bahasan
yang terdapat dalam buku-buku penulis. Namun, apa yang diuraikan dalam
buku-buku tersebut tidaklah sama dengan Wahdatul Wujud.

      Sebagian dari mereka yang mendukung pandangan Wahdatul Wujud tenggelam
dalam sejumlah pandangan keliru dan membuat sejumlah pernyataan yang
bertentangan dengan Al Qur'an serta ajaran Ahlus Sunnah. Misalnya, mereka
sama sekali menolak penciptaan oleh Allah. Namun, ketika pokok bahasan
rahasia di balik materi dikemukakan, tidak ada sama sekali pernyataan
serupa. Bab ini menjelaskan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah, dan
wujud asli segala sesuatu ini terlihat olehNya sedangkan manusia hanya
melihat bayangan atau penampakan segala sesuatu ini yang terbentuk dalam
otak mereka.

      Gunung, dataran, bunga, manusia, lautan -- singkatnya segala sesuatu
yang kita saksikan dan segala sesuatu yang Allah beritakan kepada kita dalam
Al Qur'an sebagai wujud yang ada dan yang Dia ciptakan dari ketiadaan,
adalah diciptakan dan benar-benar ada. Akan tetapi, manusia tidak dapat
melihat, merasakan atau mendengarkan sifat-dasar hakiki dari segala ciptaan
ini melalui indra mereka. Apa yang mereka lihat dan rasakan hanyalah salinan
dari apa yang muncul dalam otak mereka. Ini adalah fakta ilmiah yang
diajarkan di seluruh sekolah kedokteran. Hal yang sama berlaku pula dengan
tulisan yang kini sedang Anda baca; Anda tidak dapat melihat atau menyentuh
sifat-dasar atau wujud sesungguhnya dari tulisan ini. Cahaya yang datang
dari tulisan asli diubah oleh sejumlah sel-sel pada mata Anda menjadi
sinyal-sinyal listrik, yang kemudian dibawa dan diteruskan ke pusat
penglihatan di bagian belakang otak Anda. Di sinilah penampakan tulisan ini
terbentuk. Dengan kata lain, Anda tidak sedang membaca sebuah tulisan di
depan mata Anda melalui mata Anda; kenyataan yang sesungguhnya adalah
tulisan ini terbentuk di dalam pusat penglihatan di bagian belakang otak
Anda. Tulisan yang sedang Anda baca sekarang adalah "salinan tulisan" di
dalam otak Anda. Tulisan yang asli terlihat oleh Allah.

      Kesimpulannya, fakta bahwa materi (benda) adalah sebuah ilusi
(bayangan/penampakan) yang terbentuk di dalam otak kita bukan berarti
"menolak" keberadaan materi, akan tetapi justru memberi kita pengetahuan
tentang sifat-dasar sesungguhnya tentang materi: bahwa tak seorang pun mampu
berhubungan langsung dengan wujud asli materi.

      Fakta ini dipaparkan dalam buku Idealism, The Philosophy of the
Matrix, and the True Nature of Matter (Idealisme, Filsafat Matriks, dan
Sifat-Dasar Materi yang Sebenarnya) sebagaimana berikut:

      TERDAPAT MATERI (BENDA) DI LUAR KITA, TAPI KITA TIDAK DAPAT
MENGGAPAINYA

      . [M]engatakan bahwa materi adalah sebuah ilusi (bayangan) bukan
berarti bahwa materi tidak ada. Justru sebaliknya: apakah kita merasakannya
atau tidak, dunia fisik benar-benar ada. Akan tetapi kita menyaksikannya
sebagai sebuah salinan di dalam otak kita, dengan kata lain, sebagai sebuah
penafsiran dari indra kita. Karenanya, bagi kita, dunia fisik dari materi
adalah sebuah ilusi (bayangan).

      Materi di luar terlihat tak hanya oleh kita, tapi oleh makhluk lain
pula. Para malaikat Allah yang ditugaskan sebagai pengawas menyaksikan dunia
ini juga:

      (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang
duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu
ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir. (QS. Qaaf, 50: 17-18)

      Yang terpenting, Allah menyaksikan segala sesuatu. Dia menciptakan
dunia ini dengan seluruh rinciannya dan melihatnya dalam berbagai wujudnya.
Sebagaimana Dia beritahukan kepada kita dalam Al Qur'an:

      .Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan. (QS. Al Baqarah, 2: 233)

      Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu
sekalian. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan
hamba-hambaNya". (QS Al Israa', 17: 96)

      Tidak boleh dilupakan bahwa Allah menyimpan catatan segala sesuatu
dalam kitab yang disebut Lauh Mahfuzh (Kitab Yang Terpelihara). Sekalipun
jika kita tidak melihat segala sesuatu, semua itu ada dalam Lauh Mahfuzh.
Allah mewahyukan bahwa Dia menyimpan catatan segala sesuatu dalam "Induk Al
Kitab" yang dinamakan Lauh Mahfuzh dalam ayat-ayat berikut:

      Dan sesungguhnya Al Qur'an itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di
sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung
hikmah. (QS. Az Zukhruf, 43: 4)

      . dan pada sisi Kami pun ada kitab yang memelihara (mencatat). (QS.
Qaaf, 50: 4)

      Tiada sesuatu pun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan
(terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. An Naml, 27: 75)



----- Original Message -----
From: "Abu Muhammad Taqy Abdul Jabbar" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <media-dakwah@yahoogroups.com>
Sent: Tuesday, January 17, 2006 1:33 PM
Subject: [media-dakwah] BEBERAPA KESALAHAN FATAL DI DALAM BUKU HARUN YAHYA.


Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Permisi sodara2 sekallian... berikut saya posting sebuah artikel yang
mungkin akan dapat sangat bermanfaat bagi kita semua yang takut kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Agar diperhatikan dan dipertimbangkan. Jika sekiranya
sudah pernah diposting, mohon diabaikan saja. Terima kasih.

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Pengirim:
J. Bondan.

BEBERAPA KESALAHAN FATAL DI DALAM BUKU HARUN YAHYA.

*Oleh :*

* Abu Hudzaifah al-Atsari*

Manusia tidak dapat lepas dari kesalahan, sedangkan kewajiban setiap Muslim
adalah saling mengingatkan di dalam menetapi kebenaran dan kesabaran. Harun
Yahya -*saddadahullahu*- adalah diantara cendekiawan dan saintis muslim yang
juga terperosok ke dalam kesalahan yang cukup fatal di dalam masalah aqidah.
Kesalahan-kesalahan beliau ini tersebar di mayoritas buku-bukunya yang
membicarakan tentang Islam. Kami tidak menutup mata dari mashlahat yang
beliau berikan bagi ummat di dalam membela Islam dan membantah faham-faham
materialistis saintifis. Namun, biar bagaimanapun beliau adalah manusia yang
kadang salah kadang benar, sehingga kita wajib menolak
kesalahan-kesalahannya dan wajib menerangkannya kepada ummat agar ummat
tidak terperosok ke dalam kesalahan yang sama. Semoga Allah menunjuki diri
kami, diri beliau dan seluruh ummat Islam.

Beliau memiliki kesalahan-kesalahan yang fatal di dalam buku-bukunya,
diantaranya yang berjudul *EVOLUTION DECEIT* (Keruntuhan Teori Evolusi) yang
menunjukkan pemahamannya terhadap Aqidah dan Tauhid yang keliru. Bab yang
menunjukkan kesalahan ini diantaranya terdapat di dalam bab " *The Real
Essence of Matter*". Perlu saya tambahkan di sini, walaupun Harun Yahya
melakukan kesalahan serius di dalam perkara aqidah, namun saya tidak pernah
menvonisnya sebagai Ahlul Bid'ah, terlebih-lebih menvonisnya sebagai kafir,
*nas'alullaha salamah wa 'afiyah*. Sebab, bukanlah hak saya untuk melakukan
vonis semacam ini, namun hal ini adalah hak para ulama dan ahlul ilmi yang *
mutamakkin* (mumpuni). Saya di sini hanya ingin menunjukkan beberapa
kesalahan yang beliau lakukan sebagai bentuk amar ma'ruf nahi munkar.

Harun Yahya -saddadahullahu- berkata di dalam pembukaannya di dalam "*Where
is God?*" (Dimana Tuhan) pada halaman 175, sebagai berikut :

"The basic mistake of those who deny God is shared by many people who in
fact do not really deny the existence of God but have a wrong perception of
Him. They do not deny creation, but have superstitious beliefs about "where"
God is. Most of them think that God is up in the "sky". They tacitly imagine
that God is behind a very distant planet and interferes with "worldly
affairs" once in a while. Or perhaps that He does not intervene at all: He
created the universe and then left it to itself and people are left to
determine their fates for themselves. Still others have heard that in the
Qur'an it is written that God is everywhere" but they cannot perceive what
this exactly means. They tacitly think that God surrounds everything like
radio waves or like an invisible, intangible gas. However, this notion and
other beliefs that are unable to make clear "where" God is (and maybe deny
Him because of that) are all based on a common mistake. They hold a
prejudice without any grounds and then are moved to wrong opinions of God.
What is this prejudice?"

Yang artinya adalah :

*"Kesalahan mendasar bagi mereka yang mengingkari Tuhan yang tersebar pada
kebanyakan orang adalah pada kenyataannya mereka tidaklah mengingkari
keberadaan Tuhan itu sendiri, namun mereka memiliki persepsi yang berbeda
terhadap Tuhan. Mereka tidaklah mengingkari penciptaan, namun mereka
memiliki keyak**ina**n takhayul mengenai "dimanakah" Tuhan itu berada.
**Mayoritas
mereka beranggapan bahwa Tuhan berada berada di atas "Langit". Mereka secara
diam-diam membayangkan bahwa Tuhan berada di balik planet-planet yang sangat
jauh dan turut mengatur "urusan dunia" sesekali waktu. Atau mungkin Tuhan
tidak turut campur tangan sama sekali. Dia menciptakan alam semesta dan
membiarkan apa adanya dan manusia dibiarkan begitu saja mengatur nasib
mereka masing-masing. Sedangkan lainnya, ada yang pernah mendengar bahwa
Tuhan "ada di mana-mana", namun mereka tidak dapat memahami maksud hal ini
secara benar. Mereka secara diam-diam berfikir bahwa Tuhan meliputi segala
sesuatu seperti gelombang radio atau seperti udara yang tak dapat dilihat
ataupun diraba. Bagaimanapun juga, dugaan ini dan keyak**ina**n lainnya yang
tidak mampu menjelaskan "dimanakah" Tuhan berada (atau bahkan mungkin
mengingkari Tuhan dikarenakan hal ini), seluruhnya adalah kesalahan yang
lazim terjadi. Mereka berpegang pada praduga yang tak berdasar dan akhirnya
menjadi keliru di dalam memahami Tuhan. Apakah prasangka ini??"*

Kemudian beliau sampai kepada perkataan filsafat sebagai berikut (hal. 189)
:

"Consequently it is impossible to conceive Allah as a separate being outside
this whole mass of matter (i.e the world) Allah is surely "everywhere" and
encompasses all.

Yang artinya :

*"Maka dari itu, merupakan suatu hal yang mustahil untuk memahami Allah
sebagai suatu Dzat yang terpisah dari keseluruhan **massa** partikel/materi
(yaitu dunia), Allah secara pasti "berada di mana-mana" dan meliputi segala
sesuatu."*

Perkataan ini jelas-jelas perkataan kaum shufiyah, bahkan menyimpan
pemahaman konsep *Wihdatul Wujud*. Pemahaman ini jelas-jelas suatu
kekeliruan yang nyata dan fatal yang setiap muslim dan mukmin harus
*baro' *(berlepas
diri) darinya. Karena Ahlus Sunnah meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala
beristiwa di atas Arsy-Nya di atas Langit, Dzat-Nya terpisah dari
makhluk-Nya dan Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.

Harun Yahya -*saddadahullahu*- menulis di halaman 190 tentang "kedekatan
Allah secara tidak terbatas" terhadap makhluk-Nya dengan membawakan dalil :

*"Jika hamba-hamba-Ku bertanya tentang-Ku, sesungguhnya Aku dekat."
(Al-Baqoroh : 186)*

*"**Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu)
Tuhanmu meliputi segala manusia." (Al-Israa' : 60) *

Harun Yahya juga membawakan ayat yang berhubungan dengan kedekatan Allah
terhadap manusia tatkala sakaratul maut, yaitu :

*"Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu
melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak
melihat." (Al-Waaqi'ah : 83-85)*

Padahal ayat-ayat yang dibawakan oleh Harun Yahya ini, tidak sedikitpun
menunjukkan pemahaman bahwa Allah Dzat Allah ada dimana-mana, namun menurut
pemahaman Ahlus Sunnah yang dimaksud oleh Firman Allah di atas adalah,
"Ilmu" Allah-lah yang meliputi segala sesuatu. Sebagaimana dikatakan oleh
al-Imam Sufyan ats-Tsauri, tatkala ditanya tentang ayat *wa huwa ma'akum
ayna ma kuntum *(Dia berada dimanapun kamu berada), beliau berkata : "Yang
dimaksud adalah Ilmu-Nya." (*Khalqu Af'alil Ibad* , Imam Bukhari)

Harun Yahya berkata pada permulaan halaman 190 sebagai berikut :

"That is, we cannot perceive Allah's existence with our eyes, but Allah has
thoroughly encompassed our inside, outside, looks and thoughts...."

Yang artinya :

* "Oleh karena itulah, kita tidak dapat membayangkan keberadaan Allah dengan
mata kita, namun Allah benar-benar sepenuhnya meliputi bagian luar, bagian
dalam, pengelihatan, pemikiran..."*

Ucapan ini adalah ucapan yang keliru dan bathil. Ini adalah pemahaman
filsafat shufiyah jahmiyah mu'tazilah. Sungguh, keseluruhan bab yang
berjudul "*The real essence of Matter*" benar-benar diselaraskan dengan
filosofi Harun Yahya terhadap aqidahnya. Yang apabila diringkaskan
keseluruhan bab ini menjadi satu kalimat, yaitu :

"That there is no US, the WORLD is not REAL, Allah is REAL, so ALLAH is
EVERYWHERE and WE ARE an ILLUSION"

Yang artinya :

"Bahwa kita ini tidak ada, dunia itu tidak nyata, Allah sajalah yang nyata,
oleh karena itu Allah berada di mana-mana sedangkan kita hanyalah ilusi
belaka."

Hal ini tersirat di dalam perkatannya di halaman 193 :

"As it may be seen clearly, it is a scientific and logical fact that the
"external world has no materialistic reality and that it is a collection of
images perpetually presented to our soul by God. Nevertheless, people
usually do not include, or rather do not want to include, everything in the
concept of the "external world".

Yang artinya :

"Sebagaimana telah tampak secara nyata, merupakan suatu hal yang saintifis
dan fakta bahwa dunia eksternal tidak memiliki materi yang realistis dan
dunia eksternal hanyalah merupakan kumpulan gambaran yang secara terus
menerus berada di dalam jiwa kita oleh Tuhan. Walau demikian, manusia
seringkali tidak memasukkan, atau lebih jauh tidak mau memasukkan, segala
sesuatu ke dalam konsep "dunia luar"."

Ucapan ini berlanjut hampir pada keseluruhan bab, dan hal ini tentu saja
suatu penyimpangan yang fatal dan dapat menimbulkan syubuhat terhadap para
pembaca buku ini, karena biar bagaimanapun buku ini mengandung data-data
saintifis, bukti-bukti rasional dan bantahan-bantahan ilmiah rasionalis
terhadap kaum materialistis. Oleh karena itu menjelaskan kesalahan-kesalahan
aqidah dan selainnya adalah suatu keniscayaan dan kewajiban, karena membela
al-Haq lebih dicintai dari seluruh perkara lainnya.

Sebagai kesimpulan, di sini saya akan meringkaskan poin-poin kesalahan
pemahaman Harun Yahya di dalam bukunya *EVOLUTION DECEIT* (dan selainnya),
sebagai berikut :

1. Harun Yahya memiliki perkataan yang bernuansa shufiyah kental, yakni
meyakini pemahaman "Allah ada dimana-mana", bahkan beliau memiliki perkataan
yang mengarah kepada konsep *Wihdatul Wujud* yang kufur, semoga Allah
memberinya hidayah dan mengampuninya.

2. Harun Yahya memiliki aqidah yang serupa dengan Qodariyah-Mu'tazilah di
dalam masalah Qodar (Taqdir), sebagaimana secara jelas terlihat pada
tulisannya di halaman 190 akhir.

3. Harun Yahya memiliki aqidah yang dekat kepada Jahmiyah di dalam menolak
sifat-sifat Allah, terutama sifat istiwa Allah di atas Arsy-Nya dan Arsy-Nya
berada di atas langit.

Demikianlah sebagian kecil yang dapat saya tuliskan tentang beberapa
kesalahan fatal di dalam buku-buku Harun Yahya - *saddadahullahu*-, dan apa
yang saya tuliskan di sini bukanlah menunjukkan hanya ini sajalah kesalahan
beliau, namun yang saya tuliskan di sini hanyalah sebagian kecil saja dari
kesalahan-kesalahan yang bersifat aqidah yang terdapat pada beliau. Tulisan
ini lebih banyak diadopsi dari tulisan al-Akh Abu Jibrin al-Birithani yang
meluangkan waktunya menyusun beberapa kekeliruan aqidah Harun Yahya.

Bagi para ikhwah yang tertarik dengan modern sains dan bantahan-bantahan
terhadap saintis sekuler atau yang berideologi materialistis, saya lebih
menyarankan untuk merujuk kepada tulisan-tulisan dan ceramah al-Ustadz DR.
Zakir Naik al-Hindi, seorang ilmuwan muda India yang telah hafal al-Qur'an
pada usia 10 tahun, dan sekarang menjadi presiden IRC (International
Research Center) India. Beliau juga dekat dengan masyaikh jum'iyah Ahlul
Hadits India, sehingga insya Allah dalam masalah aqidah, beliau jauh lebih
salimah daripada ilmuwan muslim lainnya seperti Harun Yahya.

Wallahu a'lam bish showab.
 Sumber : http://dear.to/abusalma


[Non-text portions of this message have been removed]






Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links











------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke