ISTRI SHALIHAH ADALAH YANG MEMBAHAGIAKAN SUAMINYA.

Oleh :   Abu Muqbil Ahmad Yuswaji



Rasulullah  bersabda,
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
"Dunia adalah kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah
istri shalihah". (Hadits Shahih dikeluarkan oleh Muslim (1467) dan
Ibnu Majah (1855)).
Rasulullah ,
خَيْرُ النِّسَاءِ : مَنْ تَسُرُّكَ إِذَا أَبْصَرْتَ, وَتُطِيعُكَ إِذَا
أَمَرْتَ وَتحَفَظُ غيبتكَ فِي نَفْسِهَا وَمَالِكَ
"Sebaik-baik wanita adalah yang membahagiakanmu tatkala kamu
memandangnya dan mentaatimu tatkala kamu memerintahkannya serta
menjaga harga dirinya dan hartamu tatkala kamu tidak ada".1
Bila kita renungkan tiga sifat yang ada dalam hadits tadi maka kita
akan dapati bahwa itu semua sifat terbaik yang diidamkan oleh tiap
orang lelaki.
Inilah sifat pertama kali yang disebutkan oleh Rasulullah  agar
tiap-tiap perempuan yang beriman dan bertaqwa bisa menggapai
kebahagiaan rumah tangga.
Inilah sifat yang dapat mengantarkan seorang perempuan muslimah ke
dalam kehangatan cinta suaminya dan kebahagiaannya.
Sesungguhnya kesempurnaan fisik adalah sesuatu yang sangat
diidam-idamkan oleh semua manusia yang berakal, baik lelaki maupun
perempuan. Islam pun datang untuk mewujudkan bagi manusia kesempurnaan
akhlak, akidah, akal, dan fisik.
Hendaknya seorang muslimah menggali apa saja yang bisa menyempurnakan
penampilannya, memperindah keadaannya di depan suami dan melakukan hal
itu dengan yang halal seperti memakai inai pada kuku atau memakai
celak untuk mata ataupun memakai emas serta yang lainnya.
Istri yang shalihah adalah istri yang mampu menghadirkan kebahagiaan
di depan mata suaminya walau hanya dengan sekadar pandangan mata
kepadanya.
Seorang lelaki bergelut dengan kejamnya kehidupan, badannya merasa
letih dan kadang jiwanya pun tertekan dengan banyaknya beban
pekerjaan. Dia menunggu untuk pulang –padahal menunggu lebih panas
dari pada bara- ke rumahnya untuk menghirup nafas segar kembali dan
istirahat, bila dia masuk rumah dengan sangat letih lalu menjumpai
istrinya dalam keadaan tidak sedap dipandang maka berarti istri telah
gagal pada awal tahapan hubungan suami-istri.
Di sini ada suatu pertanyaan, kenapa itu suatu kegagalan ?.
Yang terjadi di sini, bahwa sang suami akan sangat tertekan dan dia
akan mencari-cari sebab untuk memarahi istrinya, baik dengan perkataan
maupun perbuatan.
Namun tatkala sang suami pulang ke rumahnya mendapati sesuatu yang
menyenangkannya dan membahagiakannya serta menyegarkan dadanya, maka
dia dengan segera lupa tekanan jiwanya dan keletihan badannya.
Faktor yang paling kuat untuk mendorong cintanya seorang lelaki kepada
istrinya adalah bahagia dan senangnya tatkala memandang kepadanya.
Memandang kekasih dalam keadaan yang sangat indah dan menawan adalah
faktor yang paling kuat untuk mengokohkan cinta dalam hati.
Karena itulah, seorang muslimah hendaknya sangat hati-hati agar jangan
sampai pandangan suaminya tertuju kepada sesuatu yang tidak
disukainya, baik bau yang tidak sedap maupun pandangan yang tidak enak
atau yang lainnya, merujuk kepada riwayat Salafus Shalih dalam hal
ini, Ibnu Abbas berkata,
"Sesungguhnya saya berhias untuk istriku sebagaimana dia juga berhias
untukku, saya suka untuk menunaikan kewajibanku yang harus kuberikan
kepadanya dengan baik dan hal ini secara otomatis menuntut dia untuk
menunaikan kewajibannya kepadaku, karena Allah  telah berfirman,
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
"Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma'ruf". (Qs. Al Baqarah (2: 228).
Berdandan dengan sesuatu yang tidak mengandung dosa.
Lihatlah bajumu sebelum datangnya suamimu, tanyakanlah kepada dirimu
sendiri dengan pertanyaan berikut ini :
Apakah suamiku akan bahagia ketika melihatku dalam keadaan seperti ini??!!.
Sudah pasti tiap perempuan mengerti jawabannya.
Sesungguhnya seorang lelaki diciptakan dengan fitrahnya untuk
mencintai sesuatu yang indah, kecuali orang yang merubah fitrahnya dan
selalu menuruti hawa nafsunya.
Ketika seorang lelaki masuk ke dalam rumahnya dan mendapati istrinya
dalam keadaan yang sangat menawan maka akan bertambahlah kecintaannya
kepada istrinya dan kecenderungannya kepada dia serta memahami
capainya istri karenanya.
Sebagian perempuan ada yang beralasan (tidak sempat berdandan) dengan
pekerjaan mereka di rumah, baik memasak atau mencuci maupun yang
lainnya.
Katakan kepada mereka, "Hendaknya kalian menyelesaikan pekerjaan itu
sebelum datangnya suami walaupun yang demikian membutuhkan kesungguhan
dan rasa capai, karena hasilnya lebih besar dari pada capai tadi dan
sungguh tak ada padanannya.
Kemudian seorang lelaki bila tidak mendapati di rumahnya sesuatu yang
menyenangkannya maka dia akan segera disergap prasangka dan bisikan
dari setan, lalu akan terbersit dalam matanya perempuan lain di jalan
yang bisa menyenangkannya dan dalam matanya dia akan membenci
istrinya.
Upayakanlah senyumanmu senantiasa menghiasi bibirmu tiap kali suamimu
memandang kepadamu.
Sesungguhnya senyuman itu tidak lebih lama dari kedipan mata namun hal
itu akan selalu menjadi kenangan yang terus menghunjam dalam memori
seorang lelaki.
Juga senyuman itu akan menyebarkan kebahagiaan dalam rumah tangga, itu
adalah suatu keindahan tiada tara yang dilihat oleh seorang suami
setelah seharian ia dalam penat dan letihnya kerja.
Sesungguhnya mimik wajah yang mengembang di hadapan sang suami pada
hakikatnya lebih penting dari pada pakaian yang kamu kenakan dan
perhiasan yang kamu pakai.
Sesungguhnya cerianya senyuman dan kebahagiaan yang dilihat oleh
seorang lelaki pada wajah istrinya saat ia memandangnya itu lebih
dalam pengaruhnya dari pada lembutnya suara lisan. Seseorang lelaki
lebih cepat menangkap apa yang diungkapkan oleh istrinya dengan
senyuman tulus yang tidak dinodai dengan permintaan apapun.
Sungguh saya merasa bahagia dengan kedatanganmu
Kau berikan kebahagiaan kepadaku dengan memandangmu.
Bahkan suatu perkara yang mesti diperhatikan bahwa senyuman itu akan
banyak mendatangkan manfaat, karena hal itu merupakan shadaqah yang
kamu letakkan pada lembaran hidupmu.
Dengarkanlah sabda Rasulullah  ini, beliau bersabda,
تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
"Senyummu terhadap saudaramu adalah shadaqah". (Hadits Shahih.
Diriwayatkan oleh Tirmidzi (2022), Bukhari (128) dalam kitab Adabul
Mufrad dari hadits Abi Dzar, dan pada bab ini juga ada hadits yang
diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Jabir, Hudzaifah dan Aisyah)
Bahkan orang-orang bijak telah mengarahkan bagaimana caranya menjadi
orang yang dicintai oleh manusia, yaitu dengan senyuman yang tulus dan
jujur.
Hubaib bin Abi Tsabit -semoga Allah Merahmatinya- berkata :
"Di antara akhlak seseorang yang baik adalah tatkala berbicara dengan
orang lain, dia tersenyum".
Wahai saudariku muslimah, jadikanlah kecerian senantiasa memenuhi sisi
kehidupanmu, kebahagiaan menyenangkan suamimu, kesuka-citaan selalu
menghiasai rumahmu dan ketahuilah pula bahwa manusia yang paling
berhak mendapatkan ini semua adalah suamimu.

Istri Shalihah Senantiasa Taat Kepada Suaminya
Pada setiap jiwa seorang suami yang paling dalam ada suatu keinginan
yang sangat kuat untuk mewujudkan kebahagiaan yang meliputi rumahnya
dan ketentraman menyelimuti seluruh anggota keluarga.
Namun ada sebagian perkara yang dapat mencabik-cabik kebahagiaan
tersebut, menghilangkan serta melenyapkan suka cita tersebut dan
menggantikannya dengan kesedihan. Sebagian perkara itu adalah apabila
seorang istri berinteraksi dengan suaminya seolah-olah dia adalah
tandingan bagi suaminya dan ia hanya memandang pendapatnya sendiri
saja dan ia tidak memenuhi panggilan atau perintah kecuali yang sesuai
dengan seleranya saja!!.
Ia terus-terusan menuntut suaminya untuk memenuhi seleranya dan jika
tidak dipenuhi maka ia akan ngambek!!, ia juga menghendaki secara umum
agar sang suami tidak melupakan kebiasaan-kebiasaannya dan keadaannya
yang tidak boleh disepelekan atau dilalaikan.
Seorang istri yang berpikiran seperti ini sama saja menghancurkan
rumahnya, ia berarti mengantarkan bangunannya menuju kepada
kehancuran, rasa cinta menjadi rasa benci dan permusuhan, ketenangan
dan ketentraman menjadi kerusuhan dan keributan.
Anak-anaknya akan tercerai-berai. Seorang istri shalihah adalah
seorang yang sangat paham setiap celah masuknya peselisihan ke dalam
rumah tangganya lalu segera menutupnya, ia paham tentang hal-hal yang
dapat menyebabkan kemarahan suaminya lantas segera menghilangkannya.
Perkara yang paling banyak merubah suatu kenikmatan menjadi bencana
adalah emosi seorang perempuan, bertingkah seolah-olah dirinya adalah
tandingan bagi suaminya.
Pernikahan mempunyai hikmah yang sangat luhur dan tujuan yang sangat
mulia, hal itu adalah merupakan ibadah yang digunakan untuk
mendekatkan diri kepada Allah  oleh tiap muslim dan muslimah.
Sesungguhnya pernikahan adalah suatu kenikmatan bagi seorang lelaki
begitu juga bagi seorang perempuan dari segenap kenikmatan Allah 
yang banyak sekali. Dasarnya pernikahan dalam islam adalah kebebasan
cinta dan kasih-sayang serta saling mengutamakan di antara dua orang.
Allah  berfirman,
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ
فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir". (Qs. Ar-Ruum (30: 21).
Agar cinta tadi itu menjadi langgeng dan kehidupan keluarga antara
suami-istri tetap lestari, Allah  telah menjadikan masing-masing
keduanya mempunyai hak terhadap yang lain, Allah Azza Wa Jalla
berfirman,
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّ0. 2 3
336kجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma`ruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu
tingkatan kelebihan daripada isterinya". (Qs. Al Baqarah (2): (228).
Engkau mempunyai banyak hak yang harus ditunaikan oleh suamimu
kepadamu bahkan termasuk bermaksiat di sisi Allah  bila ia tidak
menunaikan hak-hak tersebut.
Sekarang kita melihat salah satu hak istri, di antara haknya yang
paling agung adalah seorang istri tidak tidak dapat masuk surga
kecuali bersama suaminya dan tidak akan bisa bahagia di dunia dan
akhirat kecuali dengannya.
Hak ini akan bisa diraih dengan ketaatan seorang istri terhadap
suaminya, dan tidak pernah didengar darinya kecuali perkataan yang
baik dan tidak pernah dilihatnya melainkan selalu menyelaraskan dengan
selera dan kebutuhan suaminya.
Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
 telah berasabda :
لَا يَصْلُحُ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ وَلَوْ صَلَحَ لِبَشَرٍ
أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ
لِزَوْجِهَا مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا

"Seseorang tidak boleh sujud kepada sesama manusia, andaikata
diperbolehkan kepada manusia untuk sujud kepada sesama manusia maka
pasti saya perintahkan kepada seorang perempuan untuk sujud kepada
suaminya karena hak suami terhadap istri yang sangat agung".2
Sabda beliau : "Maka pasti saya akan memerintahkan kepada seorang
perempuan untuk sujud kepada suaminya" yakni karena banyaknya kebaikan
dan jasa suami sedangkan sang istri tidak mampu mensyukurinya
(berterima kasih kepadanya).
Hadits ini menunjukkan sangat agungnya ketaatan seorang istri kepada
suaminya, padahal sujud itu tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah
saja.3
Bahkan Rasulullah  menjadikan salah satu sebab masuknya seorang
perempuan ke dalam surga adalah ketaatannya kepada suaminya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata :
Rasulullah  bersabda :
إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ
فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ
أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
"Apabila seorang perempuan telah mengerjakan shalat lima waktu,
berpuasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan menaati suaminya
maka ia akan masuk surga melalui pintu yang dia kehendaki".4
Taat kepada suami termasuk akhlak mulia, yang merupakan penyangga
utama kehidupan seorang istri yang shalihah, itulah yang menjadi dasar
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Manakala seorang istri muslimah taat kepada suaminya dan menjauhi
hal-hal yang menyakitkannya serta bekerja untuk meraih keridhaannya,
maka Allah pun akan ridha kepadanya di dunia dan akhirat.
Ukuran suksesnya kehidupan muslimah dalam berumah-tangga adalah sejauh
mana ketaatannya terhadap suami dan sejauh mana suami merasakan dia
telah menunaikan haknya yang sangat besar kadarnya serta dengan kadar
cintanya dia kepadanya.
Rasulullah  telah mengajarkan kepada wanita muslimah bahwa jalan yang
mengantarkan ke surga setelah taat kepada Allah  dan Rasulullah 
adalah taat kepada suami.
Mari kita perhatikan hadits Nabi  yang mulia ini :
عَنِ الْحُصَيْنِ بْنِ مِحْصَنٍ أَنَّ عَمَّةً لَهُ أَتَتْ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَاجَةٍ لها فلما فَفَرَغَتْ مِنْ
حَاجَتِهَا, فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
: أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ ؟ قَالَتْ : نَعَمْ قَالَ : كَيْفَ أَنْتِ لَهُ
؟ قَالَتْ : مَا آلُوهُ إِلَّا مَا عَجَزْتُ عَنْهُ. قَالَ : فَانْظُرِي
أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ فَإِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ.
Diriwayatkan dari Al Hushain bin Mihshan bahwa bibinya pernah datang
kepada Nabi  untuk suatu keperluannya. Setelah selesai dari
keperluannya Nabi  bersabda kepadanya, "Apakah kamu sudah bersuami?".
Ia menjawab, "Ya". Beliau  bertanya lagi, "Bagaimana sikap kamu
terhadap dia". Ia menjawab, "Saya senantiasa berusaha dengan keras
untuk melayaninya kecuali yang saya tidak mampu". Beliau  bersabda
selanjutnya, "Maka lihatlah, bagiamana sikapmu kepadanya, Sesungguhnya
dia adalah surgamu dan sekaligus juga nerakamu".5
Begitulah, renungkanlah dengan baik sabda Beliau  yang mulia, "Dia
adalah surgamu dan sekaligus juga nerakamu". Dengan ketaatmu kepadanya
itulah surgamu, Beliau  hendak menyatakan bahwa hal itu sebab yang
mengantarkan ke dalam surga seperti sebab-sebab lain yang mesti
ditempuh oleh manusia lalu hal ini mengantarkan kepada keridhaan Allah
 dan surga-Nya.
Renungkan juga perkataan, "Saya senantiasa berusaha dengan keras untuk
melayaninya". Yakni, saya tidak mempunyai kekurangan dalam taat dan
melayaninya.
Inilah keadaan seorang istri shalihah yang menghendaki Allah,
Rasulullah  dan kampung akhirat.
Sepantasnya seorang muslimah memperhatikan bahwa upayanya yang sangat
sungguh-sungguh dalam upaya membuat ridha suami serta menyusupkan
kebahagiaan ke dalam relung hatinya yang paling dalam merupakan suatu
hal yang sangat diharapkan oleh tiap lelaki sebagai rekan hidupnya.
Ya, memang banyak perkara yang menyebabkan terjadinya percekcokan dan
perselisihan di antara suami-istri, di sini kamu harus memahami
perselisihan tersebut dan memikirkan jalan yang paling singkat untuk
mengakhiri dan menyelesaikan hal tadi, lalu tempuhlah jalan itu.
Kadang kebenaran ada pada pendapat yang dikemukakan sang istri dan
sebaliknya suami (dalam keadaan bersalah), tetapi dalam keadaan
seperti itu sang istri dan bukan yang lainnya harus merasa bahwa suami
mungkin tidak sependapat dengannya karena ia tidak melihat hikmah pada
perkara tersebut atau karena sang istri terburu-buru dalam
mengemukakan keputusan pada suatu masalah. Begitulah...
Di sini sangat menonjol peranan sang istri.
Seharusnya dalam kondisi seperti ini dan yang semisalnya sang istri
menenangkan kemarahan dan ketertekanannya serta berusaha meringankan
masalahnya, setelah berlalu beberapa saat dan jiwanya sudah tenang
serta kondisinya sudah normal maka jelaskanlah pendapatnya kepada
suami bahwa dia tidak menginginkan kecuali kebaikan semuanya.
Sesungguhnya dia adalah rekan istri dalam kehidupan, tidak lebih dari
itu.
Ada suatu kisah dari negeri Arab sebelum masa Islam (pada masa
jahiliyah) yang memperjelas tentang pengaruh ishlah yang dilakukan
setelah mapannya hati, tenangnya jiwa dan nyamannya keadaan.
Diceritakan bahwa salah seorang pemimpin Arab yang dijuluki Abu Hamzah
menikah dengan seorang perempuan dan ia berharap istrinya melahirkan
anak lelaki, namun ia melahirkan seorang anak perempuan. Sebagaimana
diketahui bahwa sebagian orang Arab pada masa jahiliyah benci kepada
anak perempuan dan menyukai anak lelaki, sampai-sampai ada seorang
lelaki yang berbangga bahwa dia menguburkan anak perempuan dalam
keadaan hidup-hidup. Dan dikatakan kepada orang yang diberi rizki anak
perempuan, "Kamu mendapatkan malu dari Allah, kamu merasa puas dengan
anak perempuan dan berbesanan dengan kuburan".
Setelah Abu Hamzah melihat anaknya yang dilahirkan perempuan, ia
segera meninggalkan rumah istrinya karena sangat benci dengan
kelahiran anak perempuan, dan tinggal di rumah yang lain. Setelah
berlalu satu tahun, ia (istrinya) bercanda dengan anaknya dengan
larikan syair berikut ini :
Kenapa Abi Hamzah tidak datang kepada kami
Untuk melindungi rumah tempat berteduh kami
Dia marah, karena kami tidak melahirkan lelaki
Padahal kami tidaklah punya peran dalam hal ini
Kami hanya menerima apa yang diberi
Kami laksana tanah yang ditanami
Kami hanya menumbuhkan yang mereka tanami
Setelah Abu Hamzah mendengar dendang kepiluan ini, luluhlah hatinya
oleh rasa sayang orang tua dan ia pun terkenang dengan kehidupan
rumah-tangganya maka ia segera masuk rumah lalu mencium kening istri
dan anaknya.
Begitulah, untaian kalimat yang sederhana dapat mengembalikan rasa
cinta, kasih-sayang, kebahagiaan dan suka-cita ke dalam rumah tangga
suami-istri ini.
Seorang istri pun mampu pada setiap kesempatan untuk keluar dari
perselisihan yang telah menancap di rumah tangga, kalau istri mampu
berbuat demikian maka kecintaan suami akan semakin bertambah karena ia
mampu menghadirkan kembali senyumannya menghiasai bibirnya dan
ketentraman dalam hatinya.
Benar, sang istri berhak meminta agar sang suami mau memenuhi
keinginannya, bila ia juga memenuhi keinginan suami dengan mendengar
perkataannya dan menjalankan titahnya.
Sang istri banyak berpikir bagaimana caranya suamimu membahagiakan dan
memenuhi keperluan hidupnya dengan kebahagiaan dan kesenangan, tetapi
bagaimana ia bisa sampai ke puncak tersebut, sedangkan ia sendiri
tidak merebut hati suami dengan baik dan tidak membuatnya tertarik!!!.
Sesungguhnya istri shalihah adalah yang bisa membuat si suami merasa
penting di mata istrinya dan bahwa istrinya sangat membutuhkannya
seperti ia membutuhkan air dan makanan.
Istri shalihah mengerti hak suaminya tanpa perlu diingatkan dan
dijelaskan tentang hak tersebut.
Istri shalihah dapat memahami bahwa seorang suami kadang terjatuh ke
dalam suatu kesalahan karena ia tidak ma'shum (terbebas dari
kesalahan), namun dengan kecerdasannya dan keluasan cara berpikirnya
ia mengetahui bagaimana caranya menjaga suaminya dan bagaimana cara
mencarikan solusi dari problem yang menimpa rumah tangganya.
Istri shalihah memilih waktu yang tepat dan cara yang sesuai untuk
memperbaiki kesalahan yang terjadi pada diri suaminya.
Istri shalihah sangat penyabar dan berlapang dada untuk melupakan sisi
negatif yang ada pada suami selagi hal itu tidak mengantarkan kepada
rasa takut dan gundah.
Istri shalihah mengetahui bahwa suaminya tidak menikahi dirinya
melainkan karena didasari rasa cinta kepadanya, karena itulah ia
selalu menahan diri bila terjadi perbedaan pendapat di antara keduanya
dengan tanpa melupakan bahwa dia menikahinya karena didasari oleh
perasaan butuhnya dia kepada dirinya.
Istri shalihah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memenuhi semua
hal yang disukai oleh suaminya walaupun dia tidak menyukainya, karena
rasa cintanya untuk menampakkan kecintaannya.
Istri shalihah setiap kali usai terjadi perselisihan atau percekcokan
senantiasa intropeksi dan bertanya pada dirinya,
Apa yang menyebabkan suaminya mengatakan suatu perkataan atau
melakukan suatu perbuatan?, dan apa yang diperbuat oleh seorang
perempuan hingga perkaranya menjadi seperti apa yang telah terjadi?.
Semestinya ia mencari aibnya sendiri dan membongkar kesalahannya
sebelum orang lain menunjukkan kepadanya. Setelah melakukan sikap yang
seperti ini, ia bertanya kepada dirinya sendiri untuk yang kedua
kalinya dengan mengatakan,
Bukankah yang lebih utama adalah diam?
Bukankah yang lebih utama sekarang adalah tidak membongkar aib suami?!.
Bukankah yang lebih pantas untuk bicara terhadap suami dengan cara
seperti ini?!
Begitulah seorang Istri shalihah bergaul dengan suaminya, seolah-olah
ia senantiasa membutuhkannya pada setiap keadaan.
Saya bawakan suatu kisah dan saya akan persilahkan para pembaca untuk
berpikir tentang kisah tersebut.
Abdullah bin Al 'Ajlan mencerai istrinya pada saat setan telah
menguasai hatinya dan kemarahan telah menyesaki akalnya. Setelah
istrinya pergi meninggalkannya dengan membisu dan tenang, tidak
terjerumus ke dalam percekcokan dan perselisihan maka ia menyadari
kekeliruannnya padahal ia mencintainya lantas ia menyesali
perbuatannya. Ia pun bersedih hati lalu mengalunkan larikan syair yang
kita cukup petik sebagiannya saja :
Saya pisah dengan Hindun yang taat
Saya menyesali perpisahannya walau sesaat
Mata mencucurkan airnya
Laksana air susu melimpah dari sumbernya
Betapa banyak suami yang menjatuhkan talak (cerai)nya dalam suatu
pergolakan yang membingungkan atau merupakan suatu upaya yang berlatar
belakang hawa nafsu, lalu ia membatalkan cerainya dan menggagalkan
janjinya dan hal itu bukan suatu aib dalam Islam bahkan tidak
mempengaruhi muru'ah (harga diri) seseorang.
Namun hendaknya seorang perempuan bertindak pada setiap permasalahan
yang terjadi pada rumah tangganya dengan bijak dan hikmah sehingga
rumah tangga menjadi makmur dan harmonis, bukan malah menjadi
berantakan.
Itulah jalan yang benar telah jelas terpampang di hadapan para wanita
yang mengharap menjadi istri shalihah


Sumber:
Majalah As-Salam

Sumber : www.assunnah_jakarta.or.id


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke