SUARA PEMBACA, SUARA PEMBARUAN

Penjarah di Bandara Soekarno Hatta, TEGANYA MALING BEA CUKAI INDONESIA.
 
SAYA pulang dari luar negeri melalaui Bandara Soekarno-Hatta, setelah
menyelesaikan pendidikan di sana. Tidak terpikir bahwa hari itu saya akan
mendapat musibah disebabkan oleh orang-orang yang bertanggung jawab. 
 
Saya membawa uang dan sejumlah barang yang memang milik saya sewaktu berada
di luar negeri selama beberapa tahun. Barang-barang tersebut adalah parfum
dan kosmetik. Saya benar-benar tidak mengira barang yang saya bawa diincar
oleh orang Bea Cukai Indonesia, dengan cara diberikan tanda warna biru pada
bagasi saya. 
 
Sesampainya di bagian scanning saya tidak menyangka bahwa saya harus
berhadapan dengan orang-orang yang mau mencari keuntungan dari orang-orang
yang baru pulang dari luar negeri. Keadaan saya waktu itu sangat letih dan
lelah oleh karena panjangnya perjalanan. 
Setelah barang-barang saya dibuka dan diperiksa, saya dibawa mereka ke dalam
satu ruangan dekat scanning security. Ruangan itu ternyata tempat Bea Cukai.
Disitu saya harus menunjukkan barang saya kepada mereka yang jumlahnya 10
orang. Saya yakin mereka itu bekerja sama untuk mencari untung dari orang
yang baru pulang dari luar negeri. 
 
Sewaktu saya berbicara, ada beberapa dari mereka yang secara sengaja
mengobrak-abrik barang dalam koper saya tanpa seizin saya. Di ruangan itu
saya dimintai uang senilai Rp 9 juta, saya telah menginformasikan bahwa
barang-barang tersebut bukanlah barang yang baru saya beli, melainkan sudah
dipakai selama bertahun-tahun dan saya sudah menjelaskan bahwa saya pulang
untuk tinggal selamanya di Indonesia. 
 
Kejam sekali mereka memperlakukan saya, dengan meminta uang dan mereka pun
meminta barang saya. Mereka berkata pada saya bahwa mereka meminta uang
tersebut karena saya membawa barang lewat dari ketetapan, barang yang dibawa
dari luar yaitu melaui dari 250 dolar AS. Tapi saya katakan barang bawaan
tersebut bukan barang baru lagi. 
 
Saat itu saya tidak membawa rupiah, dan mereka mengatakan mau bayar atau
barang-barang saya ditahan. Lalu saya memberikan 50 dolar dan petugas yang
bertanggung jawab di sana bernama DR mengatakan tidak. Saya menambah lagi 50
dolar sehingga menjadi 100 dolar. Dia kemudian meminta beberapa barang saya
berupa parfum. Saya menunjukkan supaya dia bisa memilihnya, tidak disangka
beberapa dari mereka berdatangan dari belakang saya. Penjarahan di depan
mata saya tidak akan pernah saya lupakan. Mereka berkata "Buat saya mana"
bersahutan dan mengambilnya. 
 
Saya benar-benar marah saat itu dan saya berkata "Tolong jangan diambil itu
barang saya". Walaupun Bapak DR salah satu dari mereka, tapi dia masih
berusaha baik kepada saya dengan mengingatkan mereka agar barang yang tidak
saya beri, mereka tidak boleh mengambil seenaknya. Setelah parfum dan uang
saya diambilnya, saya diperbolehkan pergi. 
 
Di situ saya merasa, buat setiap orang yang baru saja datang ke Indonesia
dari luar negeri, mereka sama sekali tidak diberikan sambutan yang welcome
dari orang Indonesia. Saya orang Indonesia sendiri merasa tidak nyaman
pulang ke negara sendiri. Hal ini membuat saya marah, sedih, dan trauma. 
 
Boleh dikatakan saya tidak menyukai berada disini, tidak heran banyak dari
mereka merasa nyaman berada di negeri orang. Karena ternyata di sini mereka
merasa ditekan dengan banyak hal. Saya berharap pengalaman saya ini bisa
menjadikan contoh buat kita semua, apa yang terjadi itu patut kita perbaiki
bersama. 
 
Monica 
Jakarta 


[Non-text portions of this message have been removed]



Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke