Secara Diam - diam
Dari Ummul Mukminin Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah ra dari Nabi ShalallaHu alaiHi wa sallam beliau bersabda,
Sesungguhnya akan diangkat untuk kalian beberapa penguasa dan kalian akan mengetahui kemunkarannya. Maka siapa saja yang benci bebaslah ia, dan siapa saja yang mengingkarinya, maka selamatlah ia, tetapi orang yang senang dan mengikutinya maka tersesatlah ia Para sahabat bertanya, Apakah tidak sebaiknya kita memerangi mereka ? Beliau bersabda, Jangan ! Selama mereka masih mengerjakan shalat bersamamu (HR. Muslim)
Dan kepada kaum muslimin yang ingin menasehati pemerintah muslim yang zhalim maka hendaknya dilakukan secara diam diam atau berdua saja. Janganlah menasehatinya secara terang terangan atau dengan cara berdemonstrasi seperti yang marak dilakukan akhir akhir ini karena Rasulullah ShalallaHu alaiHi wa sallam bersabda dari riwayat sahabat Iyadh bin Ghunaim ra.,
Barang siapa hendak menasehati penguasa maka janganlah secara terang terangan, melainkan ambil tangannya dan berdua dengannya. Apabila ia menerimanya maka itu adalah untukmu, kecuali apabila ia enggan maka apa yang ada padanya adalah baginya sendiri (HR Ahmad III/403-404, Al Hakim III/290, Al Baihaqi dan lainnya hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Kitab Adz Dzilal)
Maka dari itu Usamah bin Zaid ra. ketika menasehati Khalifah Islam Utsman bin Affan ra. dilakukannya dengan secara diam diam sebagaimana atsar sahabat berikut ini :
Dari Ubaidilah bin Khiyar berkata, Aku mendatangi Usamah bin Zaid ra. dan aku katakan kepadanya, Mengapa engkau tidak menasehati Utsman bin Affan ra. untuk menegakan hukum had atas Al Walid ?. Maka Usamah bin Zaid ra. menjawab, Apakah kamu mengira aku tidak menasehatinya kecuali harus dihadapanmu ? demi Allah, sungguh aku telah menasehatinya secara sembunyi sembunyi antara aku dan ia saja. Dan aku tidak ingin membuka pintu kejelekan dan aku bukanlah orang yang pertama kali membukanya (HR. Bukhari dan Muslim)
Sering sekali terdengar perkataan celaan dan hinaan di dalam aksi aksi demonstrasi yang ditujukan kepada para penguasa muslim, yang mana hal ini sesungguhnya menyimpang dari manhaj salafush shalih, jalannya para salafush shalih, ahlus sunnah wal jamaah.
Imam Al Barbahary rahimahullah (wafat 392 H) berkata, Jika anda melihat orang mendoakan keburukan kepada pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk salah satu pengikut hawa nafsu, namun bila anda melihat orang mendoakan kebaikan kepada kepada seorang pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk golongan ahlus sunnah, insya Allah (Kitab Syahrus Sunnah)
Abu Ali Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, Jikalau aku mempunyai doa yang baik yang akan dikabulkan, maka semuanya akan aku tujukan bagi para pemimpin, lalu ia ditanya, Wahai Abu Ali jelaskan maksud ucapanmu tersebut ?, beliau berkata, Bila doa itu hanya aku tujukan bagi diriku, tidak lebih hanya bermanfaat bagi diriku, namun apabila aku tujukan kepada pemimpin dan ternyata para pemimpin berubah menjadi baik, maka semua orang dan negara akan merasakan manfaat dan kebaikannya
Dan menasehati Umara secara diam diam memang merupakan suatu amal shalih yang berat namun demikian pahala yang didapatkannya pun sangatlah besar karena hal tersebut adalah salah satu bentuk jihad sebagaimana keterangan hadits hadits yang diambil dari Kitab Riyadhus Shalihin berikut ini :
Dari Abu Said Al Khudri ra., dari Nabi ShalallaHu alaiHi wa sallam, beliau bersabda,Afdhalul jihaadi kalimatu adlin sulthaanin jaair yang artinya Seutama utamanya jihad adalah mengatakan keadilan di depan penguasa yang menyeleweng (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dia berkata, Hadits hasan, hadits no. 199 pada Kitab Riyadush Shalihin oleh Imam An Nawawi)
Pada hadits lain Rasulullah ShalallaHu alaiHi wa sallam berkata pada seseorang yang bertanya tentang jihad apa yang paling utama, maka Rasulullah ShalallaHu alaiHi wa sallam menjawab,Kalimatun haqqin inda sulthaanin jaair yang artinya Mengatakan kalimat yang benar di depan penguasa yang menyeleweng (HR. An Nasai dengan sanad shahih, hadits no. 200 pada Kitab Riyadush Shalihin, dari sahabat Abu Abdullah Al Ahmasi ra.)
Maraji
Hukum Memberontak Kepada Penguasa Muslim, Syaikh Fawaz bin Yahya Al Ghuslan, Pustaka Al Atsari, Bogor, Cetakan Pertama, Jumadil Tsaniyah 1424 H/Agustus 2003 M.
Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka At Taqwa, Bogor, Cetakan Kedua, Jumadil Akhir 1425 H/Agustus 2004 M.
Tarjamah Riyadush Shalihin, Penulis : Imam An Nawawi, Takhrij : Syaikh Al Albani, Duta Ilmu, Surabaya, Cetakan Kedua, Oktober 2004 (Edisi Revisi).
Semoga Bermanfaat
Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar" (QS. An Nisaa' : 48)
Dari Abu Dzar ra., Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Jibril berkata kepadaku, 'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga'" (HR. Bukhari) [Hadits ini terdapat pada Kitab Shahih Bukhari]
---------------------------------
Yahoo! Messenger with Voice. Make PC-to-Phone Calls to the US (and 30+ countries) for 2¢/min or less.
[Non-text portions of this message have been removed]
Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
SPONSORED LINKS
Rek | Beyond belief | Islam online |
Nation of islam | Media |
YAHOO! GROUPS LINKS
- Visit your group "media-dakwah" on the web.
- To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
- Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.