Psikologi Fanatik 

Belakangan ini gejala maraknya fanatisme buta sedang melanda dunia, 
terutama tumbuh subur di kalangan orang muda. Bentuk-bentuk 
fanatisme buta ini sudah mengarah kepada perilaku yang membahayakan 
sehingga perlu dikaji secara seksama, menyangkut karakteristiknya, 
sebab-sebab timbulnya dan bagaimana upaya meredam dan menghindari 
bahayanya.

1.Pengertian Fanatik
Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu 
keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu, yang positif atau 
yang negatip, pandangan mana tidak memiliki sandaran teori atau 
pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah 
diluruskan atau diubah. (A Favourable or unfavourable belief or 
judjment, made without adequate evidence and not easily alterable by 
the presentation of contrary evidence) 23.

Fanatisme biasanya tidak rationil, oleh karena itu argumen 
rationilpun susah digunakan untuk meluruskannya. Fanatisme dapat 
disebut sebagai orientasi dan sentimen yang mempengaruhi seseorang 
dalam;
(a) berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu,
(b) dalam berfikir dan memutuskan, 
(c) dalam mempersepsi dan memahami sesuatu, dan
(d) dalam merasa.

Secara psikologis, seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu 
memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap 
masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham atau filsafat 
selain yang mereka yakini. Tanda-tanda yang jelas dari sifat fanatik 
adalah ketidak mampuan memahami karakteristik individual orang lain 
yang berada diluar kelompoknya, benar atau salah. Secara garis besar 
fanatisme mengambil bentuk;
(a) fanatik warna kulit, 
(b) fanatik etnik/kesukuan, dan 
(c) fanatik klas sosial. 

Fanatik Agama sebenarnya bukan bersumber dari agama itu sendiri, 
tetapi biasanya merupakan kepanjangan dari fanatik etnik atau klas 
sosial. 
Pada hakikatnya, fanatisme merupakan usaha perlawanan kepada 
kelompok dominan dari kelompok-kelompok minoritas yang pada umumnya 
tertindas. Minoritas bisa dalam arti jumlah manusia (kuantitas), 
bisa juga dalam arti minoritas peran (Kualitas). Di negara besar 
semacam Amerika misalnya juga masih terdapat kelompok fanatik 
seperti:
1). Fanatisme kulit hitam (negro)
2). Fanatisme anti Yahudi
3). Fanatisme pemuda kelahiran Amerika melawan imigran
4). Fanatisme kelompok agama melawan kelompok agama lain.

2.Analisis Terhadap Fanatisme
Fanatisme dapat dijumpai di setiap lapisan masyarakat, di negri 
maju, maupun di negeri terbelakang, pada kelompok intelektual maupun 
pada kelompak awam, pada masyarakat beragama maupun pada masyarakat 
atheis. Pertanyaan yang muncul ialah apakah fanatisme itu merupakan 
sifat bawaan manusia atau karena direkayasa?

1. Sebagian ahli ilmu jiwa 24) mengatakan bahwa sikap fanatik itu 
merupakan sifat natural (fitrah) manusia, dengan alasan bahwa pada 
lapisan masyarakat manusia di manapun dapat dijumpai individu atau 
kelompok yang memilki sikap fanatik. Dikatakan bahwa fanatisme itu 
merupakan konsekwensi logis dari kemajemukan sosial atau 
heteroginitas dunia, karena sikap fanatik tak mungkin timbul tanpa 
didahului perjumpaan dua kelompok sosial.

Dalam kemajemukan itu manusia menemukan kenyataan ada orang yang 
segolongan dan ada yang berada di luar golongannya. Kemajemukan itu 
kemudian melahirkan pengelompokan "in group" dan "out group". 
Fanatisme dalam persepsi ini dipandang sebagai bentuk solidaritas 
terhadap orang-orang yang sefaham, dan tidak menyukai kepada orang 
yang berbeda faham. Ketidak sukaan itu tidak berdasar argumen logis, 
tetapi sekedar tidak suka kepada apa yang tidak disukai (dislike of 
the unlike). Sikap fanatik itu menyerupai bias dimana seseorang 
tidak dapat lagi melihat masalah secara jernih dan logis, disebabkan 
karena adanya kerusakan dalam sistem persepsi (distorsion of 
cognition).

Jika ditelusuri akar permasalahannya, fanatik - dalam arti cinta 
buta kepada yang disukai dan antipati kepada yang tidak disukai - 
dapat dihubungkan dengan perasaan cinta diri yang berlebihan 
(narcisisme), yakni bermula dari kagum diri, kemudian membanggakan 
kelebihan yang ada pada dirinya atau kelompoknya, dan selanjutnya 
pada tingkatan tertentu dapat berkembang menjadi rasa tidak suka , 
kemudian menjadi benci kepada orang lain, atau orang yang berbeda 
dengan mereka. Sifat ini merupakan perwujudan dari egoisme yang 
sempit.

2. Pendapat kedua mengatakan bahwa fanatisme bukan fitrah manusia, 
tetapi merupakan hal yang dapat direkayasa. Alasan dari pendapat ini 
ialah bahwa anak-anak, dimanapun dapat bergaul akrab dengan sesama 
anak-anak, tanpa membedakan warna kulit ataupun agama. Anak-anak 
dari berbagai jenis bangsa dapat bergaul akrab secara alami sebelum 
ditanamkan suatu pandangan oleh orang tuanya atau masyarakatnya. 
Seandainya fanatik itu merupakan bawaan manusia, pasti secara 
serempak dapat dijumpai gejala fanatik di sembarang tempat dan 
disembarang waktu. Nyatanya fanatisme itu muncul secara berserakan 
dan berbeda-beda sebabnya. 25)

3. Teori lain menyebutkan bahwa fanatisme berakar dari tabiat 
agressi seperti yang dimaksud oleh Sigmund Freud ketika ia menyebut 
instink Eros (ingin tetap hidup) dan instink Tanatos (siap mati). 26)

4. Ada teori lain yang lebih masuk akal yaitu bahwa fanatisme itu 
berakar pada pengalaman hidup secara aktual. Pengalaman kegagalan 
dan frustrasi terutama pada masa kanak-kanak dapat menumbuhkan 
tingkat emosi yang menyerupai dendam dan agressi kepada kesuksesan, 
dan kesuksesan itu kemudian dipersonifikasi menjadi orang lain yang 
sukses. Seseorang yang selalu gagal terkadang merasa tidak disukai 
oleh orang lain yang sukses. Perasaan itu kemudian berkembang 
menjadi merasa terancam oleh orang sukses yang akan menghancurkan 
dirinya. Munculnya kelompok ultra ekstrim dalam suatu masyarakat 
biasanya berawal dari terpinggirkannya peran sekelompok orang dalam 
sistem sosial (ekonomi dan politik) masyarakat dimana orang-orang 
itu tinggal. Di Indonesia, ketika kelompok Islam dipinggirkan secara 
politik pada zaman Orde Baru terutama pada masa kelompok elit 
Kristen Katolik (Beni Murdani, Sudomo, Radius Prawiro, Andrianus 
Moy, Sumarlin, Hutahuruk, Jendral Pangabean) 27) secara efektif 
mengontrol pembangunan Indonesia, maka banyak kelompok Islam merasa 
terancam, dan mereka menjadi fanatik. Ketika menjelang akhir Orde 
Baru di mana kelompok Kristen Katolik mulai tersingkir sehingga 
kabinet dan parlemen disebut ijo royo-royo (banyak orang Islamnya), 
giliran orang Kristen yang merasa terancam, dan kemudian menjadi 
ekstrim, agressip dan destruktif seperti yang terjadi di Kupang dan 
Ambon , Poso, juga Kalteng (juga secara tersembunyi di Jakarta).

Jalan fikiran orang fanatik itu bermula dari perasaan bahwa orang 
lain tidak menyukai dirinya, dan bahkan mengancam eksistensi 
dirinya. Perasaan ini berkembang sedemikian rupa sehinga ia menjadi 
frustrasi. Frustrasi menumbuhkan rasa takut dan tidak percaya kepada 
orang lain. Selanjutnya perasaan itu berkembang menjadi rasa benci 
kepada orang lain. Sebagai orang yang merasa terancam maka secara 
psikologis ia terdorong untuk membela diri dari ancaman, dan dengan 
prinsip lebih baik menyerang lebih dahulu daripada diserang, maka 
orang itu menjadi agressif. 28) 
Teori ini dapat digunakan untuk menganalisa perilaku agressip (1) 
orang Palestina yang merasa terancam oleh orang Yahudi Israel, 
agressip kepada warga dan tentara Israel, dan (2) perilaku orang 
Yahudi yang merasa terkepung oleh negara-negara Arab agressip kepada 
orang Palestina. Teori ini juga dapat digunakan untuk menganalisa 
(3) perilaku ektrim kelompok sempalan Islam di Indonesia pada masa 
orde baru (yang merasa ditekan oleh sistem politik yang didominasi 
oleh oknum-oknum anti Islam), agressip kepada Pemerintah.

Dari empat teori tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa untuk 
mengurai perilaku fanatik seseorang/sekelompok orang, tidak cukup 
dengan menggunakan satu teori, karena fanatik bisa disebabkan oleh 
banyak faktor, bukan oleh satu faktor saja. Munculnya perilaku 
fanatik pada seseorang atau sekelompok orang di suatu tempat atau di 
suatu masa. boleh jadi 
(a) merupakan akibat lagis dari sistem budaya lokal, tetapi boleh 
jadi 
(b) merupakan perwujudan dari motif pemenuhan diri kebutuhan 
kejiwaan individu/sosial yang terlalu lama tidak terpenuhi.

3.Cara Mengobati Perilaku Fanatik
Karena perilaku fanatik mempunyai akar yang berbeda-beda, maka cara 
penyembuhannya juga berbeda-beda.
(1).Pengobatan yang sifatnya sekedar mengurangi atau mereduksi sikap 
fanatik harus menyentuh masalah yang menjadi sebab munculnya 
perilaku fanatik.
(2).Jika perilaku fanatik itu disebabkan oleh banyak faktor maka 
dalam waktu yang sama berbagai cara harus dilakukan secara serempak 
(simultan) .

Perilaku fanatik yang disebabkan oleh masalah ketimpangan ekonomi, 
pengobatannya harus menyentuh masalah ekonomi, dan perilaku fanatik 
yang disebabkan oleh perasaan tertekan, terpojok dan terancam, maka 
pengobatannya juga dengan menghilangkan sebab-sebab timbulnya 
perasaan itu. Pada akhirnya, pelaksanaan hukum dan kebijaksanaan 
ekonomi yang memenuhi tuntutan rasa keadilan masyarakat secara 
alamiah akan melunturkan sikap fanatik pada mereka yang selama ini 
merasa teraniaya dan terancam.

4.Klien dan Konselor Perilaku Fanatik
Pada umumnya orang yang memiliki pandangan fanatik merasa tidak 
membutuhkan nasehat dari orang lain selain sesama (in group) mereka. 
Oleh karena itu konselorlah yang harus aktif berusaha mendekati 
klien. Yang dapat dilakukan oleh seorang konselor terhadap klien 
fanatik antara lain :
1).Mengajak berfikir rationil. Pada umumnya orang fanatik tidak 
rationil dalam memandang masalah yang diyakininya benar. Jika ia 
dapat kembali berfikir rationil dalam bidang yang diyakini itu maka 
secara otomatis sikap fanatiknya akan mencair.
2). Menunjukkan contoh-contoh yang pernah terjadi akibat dari 
perilaku fanatik. Pada umumnya perilaku fanatik berakhir dengan 
kekacauan, kegagalan atau bahkan penjara. Orang yang telah sadar 
dari kekeliruannya berpandangan fanatik biasanya kemudian 
mentertawakan diri sendiri atas kepicikannya di masa lalu.

Sedangkan konselor perilaku fanatik disamping harus memiliki wawasan 
konseling, secara khusus ia harus memiliki pengalaman yang luas 
sehingga ia tidak menggurui tetapi menggelitik cara berfikir klien 
yang tidak rationil itu.

Wassalam,
agussyafii
http://mubarok-institute.blogspot.com









Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke