Mencintai Pekerjaan,Menuju Sukses
----- Original Message ----- 
From: NSYUDHA 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, August 25, 2006 12:53 PM
Subject: [Group] Mencintai Pekerjaan, Menuju Sukses


Mencintai Pekerjaan,Menuju Sukses
Salinan dari sebuah Milis

 

"KETIKA bekerja, sesungguhnya engkau sedang mewujudkan mimpi terindah milik 
dunia, yang selalu menuntut kepadamu, kapan mimpi itu akan terwujud," ujar 
Khalil Gibran dalam salah satu puisinya. Gibran juga berpendapat, orang akan 
tersingkir dari dunia apabila dia tidak bekerja. Tapi, kerja saja tidak cukup. 
Kecintaan pada pekerjaanlah yang membuat seseorang dapat mewujudkan mimpi 
terindah milik dunia itu. 



    Pendapat Gibran barangkali ada benarnya. Apalagi manusia, siapa pun itu, 
dibekali Tuhan dengan beragam potensi yang seharusnya dapat diaktualisasikan 
ketika ia bekerja. Memang tidak semua orang memandang kerja sebagai sarana 
eksplorasi dan bagian dari aktualisasi diri. Bahkan, sebagian besar orang 
berpendapat, kerja adalah sebuah keharusan. Karena, bila tidak bekerja, 
bagaimana mungkin kebutuhan hidup bisa terpenuhi. 



    Sama seperti yang diungkapkan Gibran, ternyata bekerja saja tidak cukup. 
Paling tidak, pekerjaan yang dikerjakan dengan terpaksa tidak akan membuahkan 
kesuksesan. Bekerja pada dasarnya juga membutuhkan rasa cinta dan sebuah 
kesanggupan untuk bersikap profesional. 



    Lalu, apa yang dibutuhkan agar seseorang menjadi profesional? Jansen Sinamo 
dalam bukunya 8 Etos Kerja Profesional, Navigator Anda Menuju Sukses 
menjawabnya. Menurut Jansen, kesuksesan, terutama kesuksesan dalam bekerja, 
membutuhkan sesuatu. Dan, sesuatu itu adalah etos kerja. 



    Sebenarnya apa yang dimaksud dengan etos kerja? Mengapa ia begitu 
dibutuhkan dalam bekerja? Secara etimologi, etos berasal dari bahasa Yunani. 
Mula-mula artinya adat istiadat atau kebiasaan. Sejalan dengan waktu, kata etos 
berevolusi dan berubah makna. 



    Webster Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person, 
group or institution. Sedangkan, McKean dalam The New Oxford Dictionary 
mendefinisikan etos sebagai the characteristic spirit of a culture, era, or 
community as manifested in it's attitudes and aspirations. 



  
    Jansen sendiri mendefinisikan etos kerja profesional sebagai seperangkat 
perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang 
fundamental, disertai dengan komitmen yang total pada paradigma kerja yang 
integral. Menurutnya, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas 
menganut paradigma kerja, memercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja 
tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. 
Itulah yang akan menjadi etos kerja dan budaya kerja. 



    Terdapat tiga unsur konsep etos yang mengangkat etos menjadi roh 
keberhasilan. 1, etos mencetak prestasi dengan motivasi superior. Jansen 
mencontohkan, bila ada seratus orang pekerja lulusan sekolah dasar (SD) dan 
satu orang mempunyai motivasi superior, dia akan lebih unggul dibandingkan 
dengan sembilan puluh sembilan pekerja lainnya. 


   2, etos relevan dengan pembangunan masa depan dengan kepemimpinan visioner. 
Yang dimaksud dengan kepemimpinan di sini tidak terbatas pada organizational 
leadership, tapi lebih kepada self leadership. 

 

3, etos menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif. Jensen menyebut tiga 
unsur ini sebagai Tri Darma Mahardika, yang dalam bahasa Sanskerta berarti tiga 
jalan keberhasilan. 




     Pertanyaannya, bagaimana mewujudkan tiga jalan keberhasilan itu? Ternyata, 
bisa dengan beragam cara dan berbagai jalan. Salah satu jalan yang ditempuh 
Jensen adalah dengan membaca berbagai buku literatur, kitab, hingga dongeng. 
Dari bacaan tersebut, ia menemukan bahwa jawaban atas berbagai keberhasilan tak 
lain adalah sejumlah perilaku positif. Perilaku positif ini kemudian 
dijabarkannya dalam delapan etos kerja. 



    Etos pertama, kerja adalah rahmat. Ya, hidup dan kerja ternyata harus 
dimaknai sebagai rahmat dari-Nya. Apakah rahmat itu? Rahmat adalah kebaikan 
yang diterima seseorang karena kasih sayang Sang Pemberi. Rahmat merupakan 
tanda cinta Tuhan. Apa pun jenis pekerjaan seseorang, dia harus mensyukuri 
sekaligus menganggapnya sebagai rahmat yang tak terhingga. 



    Dengan menganggap pekerjaan sebagai rahmat, niscaya akan memengaruhi 
karakter kita, seperti rela menolong orang lain yang ditimpa kesusahan, tidak 
pelit, dan tidak takut kekurangan (harta atau kekayaan). Orang yang menghayati 
paradigma rahmat juga akan selalu percaya bahwa rezeki diatur oleh Sang Maha 
Pencipta. Sehingga, dia tidak akan merasa takut dan jauh dari sikap mudah putus 
asa. 

    Kerja juga amanah. Inilah etos kedua yang disebut Jansen. Jika menganggap 
kerja sebagai amanah, orang tentu akan bekerja dengan benar, tekun, dan penuh 
tanggung jawab. Menurut Jansen, amanah akan melahirkan manusia yang 
antikorupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Karena, bagaimanapun KKN berorientasi 
pada kepentingan sendiri  dan merugikan orang lain. 



    Etos ketiga, kerja adalah panggilan. Dengan prinsip ini, seseorang akan 
bekerja sampai tuntas dan penuh integritas. Banyak contoh orang yang 
menjalankan etos kerja ini, yaitu mengabdikan diri untuk pekerjaan yang 
dianggapnya menjadi bagian hidupnya. Siapa yang tidak kenal Yap Thiam Hien? 
Tokoh satu ini menghayati profesi advokatnya dengan menegakkan kebenaran dan 
keadilan sepenuh hati. 



    Etos keempat adalah kerja sebagai aktualisasi. Dalam kehidupan memang 
selalu ada rintangan. Anehnya sebagian orang menyerah. Sebagian lain malah 
tidak melakukan apa-apa dan hanya berpangku tangan. Di lain pihak, ada orang 
yang sedemikian bersemangat hingga mampu mewujudkan sesuatu yang bagi 
kebanyakan orang tidak mungkin menjadi kenyataan. 



    Walaupun demikian, Jansen tidak menganjurkan orang untuk kecanduan kerja 
(workaholic). Menurutnya, pekerja keras tidak sama dengan orang yang kecanduan 
kerja. Orang yang kecanduan kerja akan menenggelamkan diri dalam pekerjaan 
untuk mendapatkan rasa aman dari ketidakpastian hidup atau melarikan diri dari 
suatu masalah. Orang seperti ini akan menghindari komitmen dan tanggung jawab 
hidup lainnya. 



    Bekerja dengan penuh kecintaan merupakan kunci dari kerja sebagai ibadah. 
Etos kelima dalam buku karya Jansen ini menegaskan bahwa agama mengajarkan 
manusia agar berbuat baik sebanyak-banyaknya dan menjauhi kemungkaran 
sebisanya. Dengan menganggap kerja sebagai ibadah, niscaya seseorang selalu 
berpikir untuk memberikan yang terbaik dalam bekerja. 




    Etos keenam, kerja adalah seni. Menurut Jansen, kerja seperti ini 
mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta, 
kreasi baru, dan gagasan inovatif. Etos ketujuh, kerja adalah kehormatan. Jika 
memiliki etos kerja ini, seseorang akan berkarya dengan kemampuannya sendiri. 
Sehingga, lingkungannya menilai bahwa dia telah memberi kontribusi sekaligus 
dianggap produktif. 



   Hasilnya, kehormatan dirinya terjaga dengan baik. Imbas selanjutnya, orang 
itu mampu menciptakan atau menghasilkan karya-karya yang unggul supaya diakui 
sekitarnya. Meski, untuk mewujudkan kualitas unggulan itu dibutuhkan sejumlah 
strategi, kreativitas, serta imajinasi yang baik. 



   Etos kedelapan, kerja adalah pelayanan. Etos ini mengajarkan kita untuk 
bekerja dengan kerendahan hati.  Melalui pelayanan, pekerjaan kita termuliakan, 
termasuk akhlak, budi pekerti, dan kepribadian. Siapa pun kita, rasanya perlu 
merenungkan kembali siapa diri kita sebenarnya dan apa tujuan kita bekerja. 
Apakah kita hanya bekerja demi uang? Ataukah, untuk menggapai kesuksesan 
belaka?. 




   Apa pun jawaban Anda, rasanya kita perlu merenungkan kata-kata Nimrod 
Sitorus, salah seorang direktur Bank Mandiri. Yaitu, bahwa sesungguhnya kita 
terpanggil bekerja dalam rangka menggenapi rencana Tuhan yang sempurna atas 
diri kita masing-masing. 

 

Renungkanlah. 






 



[Non-text portions of this message have been removed]





Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke