KITAB ILMU
   
  Oleh: Ust.Abu Fairuz Ahmad Ridwan Al-Medani
   
   
  DEFENISI ILMU, KEDUDUKAN,KEUTAMAAN DAN HUKUM MENUNTUTNYA
  A.     DEFENISI ILMU
  Menurut bahasa al-Ilmu adalah kebalikan dari al-jahlu, ilmu yaitu mengetahui 
sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya.al-ilmu dapat pula didefenisikan 
dengan al-ma’rifah yang maknanya pengetahuan, lawan dari dari kejahilan.
   
  Adapun ilmu syar’iy jika disebutkan maka maknanya adalah ilmu yang telah 
diturunkan Allah kepada Rasulnya, berupa penjelasan dan hidayat( petunjuk ke 
jalan yang lurus. Ilmu  inilah yang disebutkan sebagai warisan para Nabi dalam 
sabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham 
kepada umatnya, namun mereka mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambil 
warisan tersebut telah mengambil bagian terbanyak”.(HR Abu Daud, dan Tirmizi)
   
  B.     KEDUDUKAN ILMU SYARI’IY DAN ILMU-ILMU UMUM
  Menurut Ibn Abdul Barr Kata “ilmu maupun fikih” yang terdapat dalam 
hadis-hadis Rasulullah saw maka tidak lain maknanya melainkan ilmu syariat atau 
hadis-hadis Rasulullah.
   
  Ilmu seperti ini mendapat pujian tertinggi dalam mempelajari dan 
mengajarkannya. Bersabda Rasulullah saw:”Barang siapa yang Allah ingginkan 
kebaikan bagi dirinya maka Allah akan bimbing untuk mempelajari 
agama.”(HR.Bukhari dan Muslim).
   
  Berkata syeikh Muhammad Sholeh Al-Utsaimin:”Maka ilmu syar’iy lah yang 
mendapat pujian bagi orang yang yang mempelajari dan mengajarkannya. 
   
  Walaupun demikian aku tidak mengingkari adanya manfaat pada ilmu-ilmu lainya, 
tetapi manfa’atnya terkait dengan dua hal, pertama jika ilmu ini dapat membantu 
segala aktifitas yang mendukung perbuatan ta’at dan membela agama Allah,kedua 
jika ilmu ini berguna untuk hamba-hamba Allah, dan padanya terdapat kebaikan 
dan kemaslahatan. 
   
  Bahkan hukum mempelajarinya bisa menjadi wajib jika memang dibutuhkan dan 
dalam rangka mempersiapkan diri sebagaimana yang dinyatakan Allah dalam 
Alquran:” Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu 
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan 
persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, (QS. 8:60)
   
  Sebagian ulama menyebutkan bahwa mempelajari tekhnik industri adalah fardhu 
kifayah, sebab manusia terus menerus akan membutuhkan alat-alat produksi untuk 
sandang-pangan dan kebutuhan lainnya, jika tidak ada yang memproduksi berbagai 
kebutuhan ini maka hukum mempelajarinya menjadi fardhu kifayah. Ini masih dalam 
perdebatan dikalangan ulama syari’iy yang berijtihad dari dari pemahaman 
terhadap Alquran dan Sunnah. Adapaun selain kebutuhan ini maka ilmu umum bisa 
menjadi sarana kebaikan,atau keburukan, karena  itu hukumnya terkait dengan 
tujuan apa mempelajarinya.”
   
  C. KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
  Allah, swt  telah memuji ilmu dan orang-orang yang berilmu, Bahkan Allah 
telah memerintahkan para hamba-Nya untuk menuntut ilmu dan berbekal dengannya 
dalam banyak ayat dan hadis. 
   
  ilmu adalah amalan termulia dibandingkan amal soleh lainnya, dan digolongkan 
sebagai ibadah yang paling tinggi nilainya dibandingkan ibadah sunnah lainnya, 
sebab menuntut ilmu dianggap jihad fi sabilillah. Agama Allah ini hanya dapat 
tegak dengan dua perkara:
  1.ilmu dan burhan.
  2.jihad, berperang dan dengan pedang.
  Berkata syeikh Muhammad al-Utsaimin:”dua hal ini harus ada, tanpa keduanya  
Agama Allah tidak akan dapat tegak dan menang. perkara pertama harus 
didahulukan dari yang kedua. 
   
  Karena itulah Nabi tidak pernah memerangi suatu kaum hingga telah sampai 
kepada mereka dakwah agama Allah. Dengan demikian ilmu harus lebih dahulu tegak 
sebelum perang.”
   
  Dan diantara keutamaan menuntut ilmu, antara lain:
  1. ilmu adalah warisan para Nabi, walaupun kita hidup diabad ke 15 H, selama 
kita memiliki ilmu kita akan beruntung dengan mendapatkan warisan dari para 
Nabi.
  2. ilmu akan tetap berkekelan, sementara harta akan punah. Lihatlah kondisi 
Abu Hurairah yang fakir diantara para sahabat,bahkan dia pernah jatuh karena 
kelaparan, namun namanya akan tetap disebut  hingga sekarang dengan 
hadis-hadisnya yang tersebar. dalam sebuah hadis yang sahih:”Jika anak adam 
meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga hal:sedekah 
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang mendoakan orang tuanya.”(HR 
Muslim).
  3. para ulama adalah salah satu dari ulil amri yang wajib kita ta’ati 
disamping penguasa kita. Allah berfirman:
  ” Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-Nya), 
dan ulil amri di antara kamu. (QS. 4:59). 
   
  Penafsiran ulul amri  di sini mencakup para penguasa dan ulama serta para 
penuntut ilmu, sebab tugas penuntut ilmu adalah untuk menjelaskan syariat Allah 
dan mendakwahi manusia untuk menengakkannya, sementara tugas para penguasa 
adalah menjalankan syariat Allah dan menerapkannya dikalangan pada sekalian 
rakyatnya.
  4. penuntut ilmu adalah orang-orang yang turut bersaksi atas kemahaesaan 
Allah. Bahkan Allah sejajarkan kesaksian mereka disamping kesaksian Allah dan 
para malikat-Nya. Allah berfirman:” Allah bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah 
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat 
dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Ilah 
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 
(QS. 3:18).
  5. para penuntut ilmu dan ulama adalah orang-orang yang akan tetap selalu 
menegakkan agama Allah  hingga hari kiamat. Rasulullah bersabda:” Barang siapa 
yang Allah ingginkan kebaikan baginya Allah akan bimbing untuk mempelajari 
agama, sesungguhnya aku hanyalah membagi dan Allahlah Sang Pemberi, akan tetap 
ada sekelompok dari Ummat yang tegak  diatas agama Allah, tidak akan dapat 
dimudaratkan orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang urusan 
Allah(hari kiamat.pent)( Hr.Bukhari). Berkata Imam Ahmad mengomentari siapa 
kelompok ini:”Jika mereka bukan Ahli hadis maka aku tidak tahu lagi siapa 
mereka”. Berkata Al-Qadhi Iyadh:”Maksud Ahmad tentang kelompok tersebut adalah 
  Ahlus sunnah dan yang bermazhab dengan mazhabnya Ahli Hadis.”
  6. Nabi tidak pernah memberikan motifasi agar orang merasa cemburu dengan 
nikmat yang diberikan kepada selain dirinya kecuali dalam dua hal:cemburu 
terhadap orang yang diberikan ilmu dan dapat mengamalkannya.kedua, kepada orang 
berharta yang menafkahkan hartanya untuk Islam. Rasulullah bersabda:” Tidak 
boleh merasa iri kecuali dalam dua hal: kepada seorang lelaki yang diberikan 
harta dan dapat digunakannya untuk kebenaran,serta kepada seseorang yang 
diberikan hikmah dan dia dapat mengajarkannya.”Hr. Bukhari).
  7. Sabda Rasulullah saw:” perumpamaan diutusnya aku dengan membawa petunjuk  
dan ilmu, seperti hujan yang turun dan membasahi tanah, ada jenis tanah yang 
subur dapat menyerap air,dan menumbuhkan rerumputan yang banyak, ada pula jenis 
tanah yang dapat menahan air hingga keberadaannya dapat bermanfaat bagi 
manusia, mereka dapat meminumnya, memberikannya kepada ternak mereka dan 
mengalirkannya untuk tanam-tanaman, jenis lain adalah tanah gersang yang tidak 
dapat menahan hujan dan tidak pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, perumpamaan ini 
ibarat orang yang mengerti agama Allah dan bermanfaat baginya apa yang kubawa, 
dia berilmu dan mengajarkan ilmunya, adapun perumpamaan lain adalah perumpamaan 
orang sombong yang tidak mau mengangkat kepalanya untuk tunduk , dan tidak mau 
menerima petunjuk Allah yang kubawa.” (HR. Bukhari).
  8. menuntut ilmu adalah jalan menuju surga, sebagimana sabda Rasulullah saw: 
”Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan 
baginya jalan kesurga.”(Hr.Muslim).
  8. ilmu ibarat cahaya yang dapat menerangi jalan seorang hamba. Dengan ilmu 
dia dapat megetahui bagaimana menyembah Rabbnya, bagaimana cara berinteraksi 
dengan manusia, dengan itu seluruh jalan hidupnya ditempuh diatas ilmu dan 
keyakinan.
  9. seorang yang berilmu dapat menerangi manusia lainnya dan menunjukkan 
mereka jalan kebaikan di dunia dan akhirat, sebagaimana kisah seorang Bani 
Israel dalam sahih Bukhari dan Muslim yang membunuh 99 jiwa, ketika dia inggin 
tobat segera menemui seorang Ahli ibadah menanyakan apakah masih ada baginya 
peluang bertaubat? Namun Ahli ibadah ini menyatakan bahwa tidak ada baginya 
pintu taubat, maka segera orang tersebut membunuhnya dan menggenapkan orang 
yang dibunuhnya menjadi 100. setelah itu dia minta ditunjukkan seorang yang 
berilmu, maka setelah bertemu, orang berilmu tersebut memberitahukan bahwa 
pintu taubat masih terbuka lebar untuknya, setelah itu dia menganjurkan agar 
lelaki ini hijrah meninggalkan negerinya menuju negeri tempat orang-orang yang 
soleh, hingga akhirnya dia meninggal di pertengahan jalan dan masuk surga. 
Lihatlah beda antara orang alim  dengan ahli ibadah  yang jahil ini.
  10. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu di dunia dan 
akhirat sesuai dengan apa yang mereka perbuat. Allah berfirman:” niscaya Allah 
akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang 
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang 
kamu kerjakan. (QS. 58:11)
   
  D.HAKIKAT ILMU
  Dalam Sahih Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Abdullah bin Amr pernah 
meriwayakkan sabda Rasulullah yang berbunyi:”Sesungguhnya Allah tidak akan 
mencabut ilmu sekaligus  dari dalam dada manusia, namun Allah akan mencabut 
ilmu dengan mewafatkan para ulama, jika tidak ada lagi yang berilmu maka 
orang-orang akan mengangkat para pemimipin yang jahil yang menjadi bahan 
rujukan mereka untuk bertanya, maka mereka dengan gampang memberikan fatwa 
tanpa ilmu hingga akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.” Ketika Ubadah bin 
Shomit ditanyakan tentang ilmu apa yang pertama diangkat, maka beliau 
menjawab:” Yaitu kekhusyukan (rasa takut.pent}.”
   
  Ubadah mengatakan hal ini karena ilmu itu terbagi dua: pertama, ilmu yang 
membuahkan hasil dalam hati manusia berupa mengenal Allah, nama-nama dan 
sifat-sifatnya, perbuatan-perbuatannya yang membuat hamba dipenuhi rasa takut 
pada-Nya, rasa hormat, cinta, harap, dan tawakkal. 
   
  Inilah yang disebut dengan ilmu yang bermanfaat dan inilah yang dikatakan 
Ibnu Mas’ud:”sebagian orang membaca Alquran tetapi tidak melebihi dari 
kerongkongan mereka, jika ilmu  menetap di dalam dada dan menghujam itulah ilmu 
yang bermanfaat.” Berkata Al-Hasan:”ilmu itu ada dua, yaitu ilmu yang 
dipebincangkan dengan lidah, maka itu akan menjadi hujjah atas anak Adam, 
sebagaimana dalam hadis:” Alquran itu dapat menjadi hujjah untukmu atau 
sebaliknya menghujatmu.” Kedua, ilmu yang terhujam didada, dan itulah Ilmu yang 
bermanfaat. inilah ilmu yang pertama kali akan diangkat, hingga tinggallah ilmu 
di lidah yang sekedar diperbincangkan tanpa pengamalan, baik dari orang yang 
menuntutnya apa lagi selain mereka, setelah itu ilmu dan para pemiliknya ini 
pun akan diangkat hingga terjadilah kiamat pada masa manusia yang paling bejat.
   
  Karena itu hakikat ilmu  adalah  yang dapat melahirkan rasa takut kepada 
Allah. Berkata Ibnu Mas’ud-semoga Allah meridhoinya-:”bukanlah ilmu itu yang 
paling banyak mengumpulkan hadis, tetapi hakikat ilmu itu adalah yang 
melahirkan rasa takut.” Berkata imam Malik:”Hikmah dan Ilmu itu adalah cahaya  
yang Allah tunjuki dengannya siapa-siapa yang Dia kehendaki, bukan dengan 
banyak menguasai permasalahan.
   
  E. HUKUM MENUNTUT ILMU
  Berkata syeikh Muhammad al-Utsaimin:”Hukum menuntut ilmu syar’iy adalah 
fardhu kifayah, jika ada yang mempelajarinya maka sunnah hukum mempelajarinya 
bagi yang lain. Meskipun demikian terkadang hukumnya bisa berubah menjadi wajib 
bagi seseorang (fardhu ain), yaitu ketika sesorang tidak dapat melaksanakan 
suatu ibadah ataupun mua’malah tanpanya, maka dalam kondisi ini wajib hukumnya 
untuk belajar bagaimana caranya beribadah menyembah Allah, dan bagaimana cara 
menjalankan suatu jenis muamalah yang inggin dikerjakannya. Adapun selain itu 
maka hukumnya adalah fardhu kifayah. Seorang penuntut ilmu harus merasa bahwa 
dia sedang me
  ngerjakan suatu fardhu kifayah ketika dia menimba ilmu  agar mendapatkan 
ganjaran pahala wajib dengan menunut ilmu.
   
  Tidak diraggukan lagi menuntut ilmu adalah amalan yang termulia bahkan 
dianggap jihad fi sabilillah. Apalagi di zaman sekarang ini ketika segala macam 
bentuk bid’ah  merajalela dalam masyarakat Islam, ditambah lagi munculnya 
orang-orang yang menduduki posisi sebagai pemberi fatwa padahal dirinya miskin 
ilmu, dan banyaknya orang-orang yang memperdebatkan masalah agama, tiga hal 
inilah yang membuat wajib hukumnya bagi para pemuda untuk berusaha menimba 
ilmu. 
  Pertama: bid’ah yang telah menampakkan kejelekannya.
  Kedua: munculnya orang-orang yang duduk memberikan fatwa tanpa ilmu.
  Ketiga: banyaknya perkara-perkara yang diperdebatkan orang-orang jahil, 
padahal hal tersebut telah jelas hukumnya bagi para ulama, namun masih ada yang 
tetap keranjingan memperdebatkannya.
   
  Karena itu kita benar-benar butuh kepada orang-orang yang dalam ilmunya dan 
luas wawasannya, kepada orang-orang yang benar-benar mumpuni dalam agama Allah, 
kepada orang-orang yang mengerti hikmah  dalam mengarahkan manusia. Sebab di 
zaman ini banyak orang yang berilmu  dalam beberapa masalah tetapi tidak pernah 
tergerak untuk memperbaiki manusia, bahkan jika mereka berfatwa malah menjadi 
sarana membuka pintu fitnah yang sangat besar  dan luas yang hanya Allah jua 
yang mengetahuinya.”
   
   
  ADAB DALAM MENUNTUT ILMU DAN FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENDUKUNG SESEORANG 
UNTUK MEMPEROLEH ILMU,KESALAHAN-KESALAHAN PENUNTUT ILMU
   
  A.ADAB MENUNTUT ILMU
  Seorang penuntut ilmu harus menjalankan adab-adab dalam menuntut ilmu antara 
lain:
  1.         mengikhlaskan niat karena Allah semata. Maka barang siapa yang 
menuntut ilmu agama dengan tujuan untuk mendapatkan ijazah, gelar dan kedudukan 
semata, berarti dia termasuk dalam golongan yang diancam Rasulullah saw dalam 
sabdanya:”Barang siapa yang menuntut ilmu yang dengannya dicari wajah Allah 
swt, tetapi dia menuntutnya hanya untuk mencari kenikmatan dunia tidak akan 
mencium bau surga pada hari kiamat.”Hr. Ahmad, Abu daud, Ibnu Majah, dan Ibnu 
Abi Syaibah).
  2.         berniat mengentaskan kebodohan dari dirinya dan orang lain. Sebab 
tabiat dasar manusia adalah jahil. Allah berfirman:Dan Allah mengeluarkan kamu 
dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi 
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. 16:78).
  ketika seseorang telah berilmu, maka hendaklah dia berusaha mengganggkat 
kebodohan yang ada pada umatnya. Berkata Imam Ahmad:” ilmu itu tidak ada 
bandingannya jika benar niat seseorang dalam menuntutnya”ditanyakan padanya 
bagimana niatnya? Dia berkata:” hendaklah dia berniat mengangkat kebodohan yang 
ada padanya dan orang lain.”
   
  3.         berniat untuk membela syariat Islam dari berbagai bentuk 
penyimpangan.
  4.         tawadhu’ (merendah diri) dan tidak bersikap bangga, atau mengklaim 
dirinya telah berilmu. Berkata Ibnu Abdul Bar: ”Adab penuntut ilmu yaitu tidak 
membanggakan dan mengklaim apa-apa yang sebenarnya tidak dkuasainya,dan tidak 
berbangga dengan apa yang dia kuasai...” 
  5.         berlapang dada dalam menyikapi perbedaan dalam masalah-masalah 
khilafiyyah yang memang dibolehkan berijtihad. Jangan sampai masalah-masalah 
khilafiyyah membuat para penuntut ilmu berpecah belah dan berkelompok-kelompok.
  6.         mengamalkan ilmu yang dipelajari. Seorang penuntut ilmu harus 
mengamalkan segala yang dia pelajari baik dalam bentuk aqidah, ibadah, akhlak, 
adab, dan muamalah. Karena sebanarnya inilah buah dari menuntut ilmu.
  7.         mendakwahi manusia dengan ilmu yang ada padanya dimanapun dia 
berada.
  8.         bijaksana(hikmah) dalam bersikap.
  9.         bersabar dalam menunut ilmu, tidak cepat putus asa maupun bosan.
  10.    menghormati ulama dan mengakui kedudukan mereka. Berkata ibnu Abdul 
Bar: ”diriwayatkan bahwa Ali bin Abi Talib berkata:”kewajibanmu terhadap gurumu 
adalah: memberi salam kepadanya secara khusus dan kepada orang yang hadir 
secara umum, hendaklah engkau duduk dihadapannya dengan sopan, jangan memberi 
isyarat dengan matamu atau menunjuk dengan tanganmu, jangan kau tarik bajunya 
atau kau paksa dia menjawab pertanyaanmu, jangan kau katakan bahwa si fulan 
menyelisihi pendapatmu, dan hendaklah engkau memuliakannya. Berkata Ayyub ibnu 
Alqurbah: yang paling pantas engkau muliakan tiga jenis manusia, para ulama, 
para ikhwan dan para penguasa.”
  11.    diam terhadap pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya dengan 
mengatakan:”la adri”(aku tidak tahu)tanpa harus malu untuk mengatakannya. 
Berkata ibnu Masud:” Wahai manusia barang siapa yang mengetahui sesuatu maka 
hendaklah dia katakan, dan barang siapa yang tidak mengetahui maka hendaklah 
mengatakan: Allahu a’lam, sebab bagian dari ilmu itu adalah  perkataan 
seseorang terhadap apa yang tidak diketahuinya:” Allahu a’alam.
  12.    mengerti dimana harus menempatkan ilmunya. Imam Syu’bah pernah 
berkata:” Al-‘Amasy melihatku memberikan hadis kepada sekelompok orang maka dia 
segera berkata padaku:”Sungguh sial engkau wahai Syu’bah  bagiamana akan kau 
gantungkan permata dileher babi-babi ?.” Dari Ru’bah ibn al-Ajjaj dia berkata:” 
aku mendatangi An-Nassabah al-Bakri, maka dia berkata padaku:”…apakah engkau 
termasuk kelompok orang-orang yang jika aku diam mereka tidak bertanya padaku, 
tetapi jika aku berkata-kata mereka tidak paham apa yang kukatakan?aku 
menjawab: “Semoga aku tidak termasuk kelompok tersebut…”
  13.    berpegang teguh dengan Alquran dan Sunnah.
  14.    selalu bersikap hati-hati dalam menerima atau menukil berita, dengan 
mengecek kebenarannya terlebih dahulu.
  15.    berupaya untuk memahami maksud dari kalam Allah dan perkataan 
Rasulullah saw.
   
  B.FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG SESEORANG UNTUK MENDAPAT ILMU
  1. Taqwa. Allah berfirman:” Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa 
kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan 
segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai 
karunia yang besar. (QS. 8:29)
   
  maksudnya dengan taqwa Allah akan memberikan  kepada kalian Furqan yaitu hal 
yang membedakan antara yang haq dan yang batil. Dan yang dapat membuat seorang 
mampu membedakan antara yang haq dan yang batil tidak lain adalah ilmu. Karena 
itu  taqwa adalah salah satu penyebab kuatnya pemahaman, nalar dan hafalan. 
syafi’I rahimahullah:”Aku melapor kepada Waki’ tentang kesulitan menghafal,maka 
beliau memerintahkan aku untuk meninggalkan kemaksiatan, dia memberitahukanku 
bahwa ilmu itu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada 
orang yang banyak maksiat.
  2. konsisten dan berjibaku untuk mendapatkan ilmu, berusaha tetap menjaganya. 
Sebab ilmu tidak akan didapat dengan berleha-leha ataupun dengan kesombongan. 
Pernah ditanyakan kepada ibnu Abbas apa kiat-kiat berhasil mendapatkan ilmu? 
Maka dia menjawab:”dengan banyak bertanya, hati selalu berpikir dan diri yang 
tidak pernah bosan. ibnu Abbas menceritakan perihal dirinya:”Jika aku mendengar 
sebuah hadis dari seseorang maka segera kudatangi pintu rumahnya-sementara dia 
sedang tidur siang-aku bentangkan selendangku didepan pintunya sambil duduk 
menunggunya, padahal angin berhembus membawa debu-debu ke bajuku. Ketika dia 
keluar rumah dia kaget melihatku dan berkata:”Wahai anak paman Rasulullah apa 
yang membuatmu datang ke sini?kenapa tidak kau kirim seseorang memberitahukanku 
agar aku mendatangimu? Maka kujawab:”Aku lebih layak untuk mendatangimu, maka 
segera kutanyakan padanya tentang hadis tersebut…”. Dengan tawadhu terhadap 
ilmu inilah akhirnya ibnu Abbas diangkat derajatnya
 dan dimuliakan.
  3. rajin menghafal. Seorang penuntut ilmu harus rajin belajar dan menghafal 
pelajarannya ataupun mencatat ilmu yang telah didapatnya. Sebab tabiat manusia 
adalah pelupa, jika tidak rajin menghulang hafalan dan mentela’ah kembali apa 
yang telah didapat ilmu akan segera hilang dan dilupakan. Berkata imam Syafi’I 
dalam syairnya:”Ilmu itu ibarat buruan,dan tulisan itu adalah pengikatnya, maka 
ikatlah buruan yang telah kau dapatkan dengan tali yang kuat. Adalah suatu 
kebodohan jika engkau berhasil berburu rusa kemudian egkau tinggalkan begitu 
saja ditengah-tengah manusia tanpa pengikat.cara lain untuk mengingat ilmu 
adalah dengan mengamalkannya.
  4. selalu bermualazamah(menghadiri majlis)para ulama. Seorang penutut ilmu 
harus memohon pertolongan dari Allah kemudian menghadiri majlis para ulama dan  
berusaha memanfa’atkan buku-buku mereka. Sebab menuntut ilmu dengan hanya 
sekedar membaca membutuhkan waktu yang lama dan tidak efesien. 
   
  C.KESALAHAN-KESALAHAN YANG HARUS DIHINDARI PENUNTUT ILMU
  Ada beberapa point penting yang harus dihindari para penuntut ilmu, antara 
lain:
  1.  sifat hasad(dengki). Yaitu merasa benci dengan kelebihan yang Allah 
berikan kepada orang lain,apalagi jika berkeingginan agar nikmat tersebut 
hilang dari orang yang diberi kelebihan. Dalam sebuah hadis disebutkan kiat 
membendung sifat hasad dalam sabdanya:”Jika engkau merasa muncul hasad dalam 
hatimu maka jangan melampaui batas.”yaitu dengan mengambil tindakan baik dalam 
bentuk perkataan maupun perbuatan yang dapat merugikan orang tersebut.adapun 
bahaya dengki sebagai berikut:
  a. akan memusnahkan kebaikan sebagaimana api memusnahkan kayu baker.
  b. menentang  takdir Allah swt, seolah dia mengatakan bahwa Allah tidak tepat 
dalam menempatkan karunia-Nya.
  c. perasaan dendam dan benci yang akan menyempitkan dada orang yang 
mendengki. Setiap kali melihat kenikmatan yang diberikan kepada orang yang 
didengkinya maka dia semangkin terbakar emosi dan sakit hati, terasa sempit 
baginya dunia.
  d. dengki adalah sifat orang Yahudi. Padalah kita diperintahkan untuk tidak 
menyeruai orang kafir.
  e. betapapun hebat rasa dengki seseorang, namun hakikatnya tidak akan dapat 
mengangkat kenikmatan yang ditakdirkan Allah terhadap orang yang didengkinya.
  f.dengki membuat seorang lupa untuk berdoa kepada Allah agar diberikan 
karunia-Nya.
  g. dengki membuat seorang manusia menggangap hina dan rendah karunia yang 
dilimpahkan Allah padanya.
  2.  berfatwa tanpa ilmu. Fatwa memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama 
ini. Seorang yang berfatwa dapat menunjuki manusia perkara agama mereka, dan 
menunjuki mereka kejalan yang lurus, karena besarnya kedudukan ini tidak layak 
jika yang mendudukinya orang yang tidak memiliki kemampuan. Setiap orang 
hendakklah bertaqwa kepada Allah dan tidak berkata-kata dalam agama ini kecuali 
diatas ilmu dan bashirah.
  3.  sombong. Nabi saw bersabda: “Sombong adalah menolak kebenaran dan 
meremehkan manusia.” Diantara bentuk kesombongan yaitu tidak menerima kebenaran 
dari orang yang lebih rendah kedudukannya.
  4.  fanatik kepada mazhab maupun pendapat tertentu. Tidak selayaknya seorang 
penuntut ilmu fanatik buta terhadap satu kelompok, mazhab, ataupun partai 
tertentu. Cirri-ciri ta’assub terhadap satu kelompok adalah ketika segala 
bentuk wala wal bara(loyalitas dan berlepas diri) di ikat dan diberikan hanya 
kepada kelompok tertentu. Salafus salih tidak memiliki ahzab(partai-partai, 
sekte maupun kelompok-kelompok, sebab mereka hanya mengenal satu jalan dan satu 
hizib, mereka berkumpul dibawah firman Allah swt:”Dan dialah yang memberikan 
nama kalian dengan gelar kaum muslimin.(al-haj: 78). Maka tidak benar adanya 
bentuk perpecahan di tubuh umat ini menjadi kelompok-kelompok yang saling 
berselisih, tidak ada bentuk loyalitas kecuali dengan apa-apa yang terdapat di 
dalam Alquran dan Sunnah.
  5.  berani tampil sebelum layak tampil. Seseorang yang nekat mempopulerkan 
diri tampil kedepan, padahal tidak memiliki kemampuan , menunjukkan bahwa: 1. 
kagum terhadap dirinya, sebab ketika tampil kedepan dia melihat dirinya telah 
menjadi seorang alim besar.2. menunjukkan kebodohannya, bahwa dia tidak bisa 
apa-apa, apalagi ketika orang-orang mendebatnya dan mempertanyakan padanya 
masalah-masalah yang menelanjagi siapa dirinya sebenarnya.3. orang yang telah 
ditokohkan dan tampil kedepan biasanya tidak mau lagi menerim kebenaran. Sebab 
anggapannya jika dia tunduk dan menerima perkataan orang lain walaupun haq, hal 
itu menunjukkan bahwa dirinya bodoh.
  6.  su’u z zhan (berburuk sangka). Sikap berburuk sangka tidak layak dimiliki 
seorang penuntut ilmu, seperti perkataan seorang:” orang ini bersedekah karena 
riya, pertanyaan ini sengaja dilontarkannya supaya dikenal bahwa dia memiliki 
ilmu dan sebagainya. Jika mendengar tentang seseorang berita yang miring maka 
hendaklah dichek terlebih dahulu kebenarannya, ditanyakan, di diskusikan, 
jangan-jangan dia yang benar dan anda yang salah.
   
   
  PENUTUP
  Inilah sekelumit tentang anjuran menuntut ilmu,keutamaan,adab,dan hal-hal 
lain yang berkaitan dengan masalah ilmu, semoga bermanfaat dan menjadi pemacu 
bagi kita untuk mempelari agama Allah yang lurus ini, amin.
   
  DAFTAR REFERENSI
  1.Kitab Al-Ilm” karya Syeikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin Rahimahullah.
  2.Kitab Al-Majmu Syarh Al-Muhazzab” karya Imam An-Nawawi -Rahimahullah.
  3. Jami’ Bayan Al-Ilmi Wa Fadhlihi” karya Al-Hafiz Ibnu Abdul 
Barr-rahimahullah.
  4. Tazkiyatun Nufus “karya Dr. Ahmad Farid.

                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
 Everyone is raving about the  all-new Yahoo! Mail.

[Non-text portions of this message have been removed]





Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke