Assalamu'alaikum wr wb, Sesungguhnya ucapan Paus Benedictus XVI yang mengutip ucapan Kaisar Byzantium Manuel bahwa Islam berbau iblis dan hanya memerintahkan perang dengan pedang merupakan gambaran dari hatinya yang busuk.
Kita tahu bahwa Byzantium membunuh utusan Nabi dan lebih dulu menyerang Islam dalam perang Mu'tah dan perang Tabuk. Kita juga tahu bagaimana Fabianus Tibo bersama orang-orang Kristen lainnya membantai ribuan Muslim di Poso. Meski pengadilan, kasasi, PK dan warga Poso yang menjadi saksi mengatakan Tibo bersalah, namun Paus Benedictus membelanya dan meminta SBY agar membebaskan Tibo si pembantai Muslim. Itulah kebusukan Paus Benedictus. Jadi jika keluar ucapan busuk dari mulutnya itu wajar. Jika dia kemudian minta maaf, ini tak lebih sekedar pura-pura agar ummat Islam tidak keburu benci dan antipati sehingga mudah dimurtadkan oleh para pendeta Kristen. Larangan mengambil orang Yahudi sebagai teman kepercayaan "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." [Ali Imron:118] Wassalamu'alaikum wr wb http://www.geocities.com/injusticedpeople/IhwalHubunganIslamKristendariMasakeMasa.htm Suara Hidayatullah : Februari 2000/Syawal-Dzulqa'dah 1420 Hubungan Islam-Kristen dari Masa ke Masa Mulanya rukun dan damai. Lalu perang. Siapa yang memulai? Dan apa hubungannya kasus Maluku dan Ambon dengan Perang Salib? Saya tidak tahu, apakah konflik ini bisa terlupakan dalam satu-dua generasi. Permusuhannya sudah demikian mendalam, ujar Abdullah Soulissa, tokoh Partai Bulan Bintang Maluku, dalam sebuah jumpa pers di Jakarta tahun silam. Dari wajahnya nampak suasana prihatin yang mendalam, memikirkan api permusuhan Islam dan Kristen yang tengah berkobar-kobar di tanah kelahirannya. Abdullah dan jutaan penduduk Maluku memang layak prihatin. Boleh jadi mereka setengah tak percaya, karena negeri kepulauan yang semula termasyhur sangat rukun dalam tradisi pela gandong, tiba-tiba terkoyak-koyak menjadi arena saling bunuh seperti di Bosnia. Dan seperti mimpi rasanya, tetangga yang dulu begitu ramah, saling bantu-membantu, tiba-tiba menjadi seperti tentara Serbia yang dengan sadis membantai keluarga mereka. Mitos selama ini, hubungan ummat Islam dan Kristen di Maluku adalah yang paling harmonis sedunia. Konon dengan tradisi pela gandong, ketika ummat Islam membangun masjid, ummat Kristen turut serta bergotong-royong. Begitu pula saat ummat Kristen membangun gereja, ummat Islam tak segan-segan menyingsingkan baju membantunya. Sebuah situasi harmonis seperti di Desa Sukamaju, tempat tinggal `almarhum' si Unyil yang dicita-citakan penguasa Orde Baru. Kini semua itu tinggal kenangan, disertai rasa tanda tanya besar, mengapa api permusuhan antara ummat Islam dan Kristen masih tersisa hingga ke abad ini? Bagaimana sejarah mulainya dan apa pula solusinya? Nabi dan Ahlul Kitab Sejarah interaksi antara Islam-Kristen telah terjadi sejak pertama risalah Islam turun ke bumi empat belas abad lalu. Dalam riwayat disebutkan, ketika Rasulullah saw sedang gamang dan gelisah setelah dijumpai pertama kali oleh malaikat Jibril as, sang istri Khadijah ra mengajaknya pergi menemui saudara sepupunya Waraqah ibnu Naufal yang menjadi rahib Nasrani, untuk meminta penjelasan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Waraqah inilah yang pertama kali memberitahu bahwa kedatangan Jibril menunjukkan Muhammad telah diangkat sebagai Nabi, berdasar keterangan Injil yang dipelajarinya. Lalu Waraqah berjanji, sekiranya ia masih hidup, ia akan menjadi salah seorang pembelanya saat Muhammad saw diusir oleh kaumnya. Muhammad saw, sebelum menjadi Rasul sudah mendapat julukan Al Amin lantaran sifatnya yang mulia dan sangat dipercaya. Sifatnya yang santun menjadikan ia berhubungan baik dengan siapapun; dengan keluarga, sahabat dan musuh dakwahnya sekalipun. Dalam hal interaksi dengan kelompok ahlul kitab, ulama besar Syaikh Dr Yusuf Qardhawi dalam Hadyul Islam Fatwai Mu'ashirah (Fatwa Kontemporer) menjelaskan betapa toleransi tampak jelas dalam pergaulan Rasulullah terhadap ahlul kitab, baik Yahudi maupun Nasrani. Beliau mengunjungi mereka dan menghormati mereka, menjenguk mereka yang sakit, menerima dan memberi sesuatu kepada mereka. Sebelum orang di zaman kini biasa berdialog antar agama, Nabi Muhammad sudah mendahului sejak dulu. Seperti dicatat oleh Ibnu Ishaq dalam As-Shirah, para utusan dari negeri Najran yang beragama Nasrani ketika menghadap beliau di Madinah, mereka menemuinya di masjid setelah waktu ashar. Tatkala tiba waktu shalat, mereka lantas hendak shalat di masjid beliau. Sehingga orang-orang hendak mencegahnya, tetapi Rasulullah bersabda, Biarkanlah mereka. Lantas mereka menghadap ke timur dan melakukan sembahyang mereka. Abu Ubaid dalam kitab Al-Amwal meriwayatkan teladan Nabi membantu kesusahan keluarga non Muslim. Dari Sa'id ibnu Al-Musayyab bahwa Rasulullah pernah bersedekah kepada keluarga Yahudi, maka berlakulah hal itu atas mereka. Jadi, berbeda dengan kondisi di masa kini saat kaum Muslim menerima derma dari non Muslim, Rasulullah memberi contoh seharusnya orang Muslimlah yang berderma kepada sesama Muslim dan orang non Muslim. Khusus dengan kaum Kristen, sejak masih di Makkah kaum Muslimin sudah menunjukkan kedekatannya dengan memberikan dukungan kepada pasukan Romawi yang Kristen ketika mereka berperang dengan pasukan Persia yang beragama Majusi (penyembah api). Bahkan mereka turut bersedih ketika mendengar dalam satu pertempuran pasukan Romawi kalah, sebagaimana diabadikan oleh Allah dalam al-Quran Surat Ar-Rum. Solidaritas orang Kristen kepada kaum Muslimin pernah terjalin dengan baik di zaman itu ketika sebagian sahabat diperintah oleh Nabi untuk hijrah ke negeri Habsyi yang penduduk dan rajanya beragama Kristen. Di negeri itu sang Raja Negus memberikan suaka kepada kaum Muslimin yang dikejar pasukan penguasa Makkah. Raja Negus sangat terkesan dengan ayat-ayat al-Quran yang memuliakan Nabi Isa as dan ibunya. Begitu pula dengan kaum Yahudi. Sebelum kaum Yahudi mengkhianati perjanjian, hubungan antara Nabi dan para sahabatnya dengan komunitas Yahudi di Madinah berjalan baik. Seperti sering diceritakan orang, di Madinah ada seorang Yahudi sering mengganggu Nabi jika beliau lewat di muka rumahnya. Suatu hari ia absen karena sakit. Mendengar itu Nabi menjenguknya. Si Yahudi itu demikian terkejut dan terharu, tak menyangka dijenguk orang yang sering diganggunya. Hingga akhirnya ia masuk Islam. Konflik Pertama Hubungan dengan Yahudi mulai memburuk sejak mereka melakukan konspirasi bersama pasukan kafir Makkah, memusuhi kaum Muslim di Madinah. Hingga akhirnya mereka diusir dari Madinah dan Khaibar. Peristiwa Khaibar di kemudian hari menjadi satu peristiwa paling traumatis dan mewariskan dendam kesumat orang Yahudi hingga berabad-abad. Sedangkan konflik pertama kali dengan kaum Nasrani terjadi pada Perang Mu'tah dan Perang Tabuk, melawan tentara Romawi (Bizantium). Perang Mu'tah terjadi karena Al Harits ibnu Umair Al-Azady yang diutus Nabi untuk membawa surat kepada Raja Romawi Hiraqla (Heraklius), dibunuh oleh seorang pejabat Romawi. Perang Tabuk adalah lanjutan dari Perang Mu'tah, karena Hiraqla penasaran pasukannya tidak berhasil mengalahkan pasukan Muslim pada Perang Mu'tah. Maka Hiraqla menyiapkan pasukan besar-besaran untuk menyerbu Madinah. Mendengar hal itu Rasulullah juga menyiapkan pasukan besar lalu pergi menyambut mereka di Tabuk, perbatasan Jazirah Arab dengan Syam. Karena terdengar kabar oleh pasukan Romawi bahwa pasukan Muslim datang dengan kekuatan berlipat ganda, maka mereka mengurungkan niatnya, lalu mundur teratur dari perbatasan, tak jadi bertempur. Pertempuran ketiga dengan pasukan Kristen Romawi adalah pada Perang Yarmuk, di masa kekhalifahan Abu Bakar ra. Pada perang ini pasukan Islam dipimpin oleh panglima Khalid ibnu Walid, sedangkan pasukan Romawi dipimpin oleh para pendeta dengan membawa palang salib. Atas izin Allah, pasukan Islam menang telak sehingga Hiraqla melarikan diri ke Konstantinopel (Istanbul) sambil berlinang air mata. Masa setelah itu juga terdapat sejumlah peperangan sehubungan dengan perlawanan negeri-negeri di Asia Tengah, Eropa dan Afrika Utara terhadap gerakan dakwah Islam. Dalam rangkaian ini ummat Islam berhasil membebaskan Baitul Maqdis (Jerusalem) dari kekuasaan Kristen Romawi, pada masa kekhalifahan Umar ibnu Khatthab. Perang Salib Jatuhnya Jerusalem, yang merupakan tanah kelahiran Nabi Isa as, membuat masyarakat Kristen marah dan selalu berusaha merebut kembali. Apalagi kemudian pasukan Islam Neo Bani Umayyah berhasil menaklukkan wilayah Balkan di Eropa Timur serta semenanjung Iberia (Spanyol) yang kemudian dinamakan Andalusia di Eropa Barat pada awal tahun 700-an M. Berabad-abad lamanya orang Kristen Eropa berupaya merebut kembali wilayah Jerusalem dari tangan penguasa Islam. Upaya mereka mulai menampakkan hasilnya di awal milenium kedua ketika seruan Paus Urbanus II (1088-1099) untuk merebut kembali Jerusalem berhasil menggerakkan pasukan di berbagai negara Eropa membentuk aliansi besar. Dalam catatan sejarah, pada 27 November 1095, Paus Urbanus II memproklamasikan Perang Salib (Crusade) dalam sebuah pidato yang berapi-api di Dewan Clermont. Dalam kesempatan itu Paus mengemukakan maksud-maksudnya atas nama Kristen untuk, Mempercepat pembasmian ras terhina dari daerah-daerah kita dan sekaligus membantu penduduk Kristen. Untuk mengobarkan semangat perang Paus berseru, Kristus memerintahkan hal ini. Sehingga para tentara Kristen kemudian biasa meneriakkan Deus le volt (Tuhan menghendaki hal ini) ketika menyerang kota-kota Muslim tanpa ampun. Tak lupa ia mengatakan, Siapa yang ikut serta dalam peperangan akan diampuni dan dihapus dosa-dosanya. Uskup kemudian memberi pengampunan dosa bagi siapa saja yang mau bergabung dalam `perang suci' ini, sehingga menambah kebengisan tentara salib. Fucher dari Charres dalam bukunya A History of the Expedition to Jerusalem, seperti dikutip Ayoub, menceritakan bahwa pada tahap-tahap awal peperangan Salib, kota-kota yang ditaklukkan benar-benar dibumihanguskan. Perang Salib kemudian berlangsung berabad-abad hingga mereda di abad ke-16. Tapi sebenarnya tak pernah berhenti benar. Karena sesudah itu ada Perang Salib gaya baru berupa ekspedisi kolonialisme bangsa Eropa ke daerah Timur yang diprakarsai Portugis dan Spanyol. Dengan semboyan gold, glory, and gospel, mereka mencari kekayaan dari negeri-negeri di dunia Timur seraya melakukan upaya kristenisasi dengan jalan paksa pada penduduk setempat yang dijumpai. Semboyannya adalah Katolik atau mati! Sampai abad ke-20, semangat seperti itu tak pernah padam. Bagi orang Indonesia yang dijajah 3,5 abad, kolonialisme Belanda di negeri ini tak lepas dari nuansa penaklukan orang Kristen Eropa ke dunia Islam. Satu bukti lebih jelas adalah ketika Jenderal Gouraud memadamkan pemberontakan Syria yang melawan Perancis, 1919-1920, ia pergi ke makam Shalahudddin Al-Ayyubi di Damaskus, lalu menyepaknya sambil berkata, Kami telah kembali, Hai Saladin! Begitu pula ketika Perang Dunia I terjadi penaklukan Jerusalem oleh kekuatan Eropa yang dipimpin Jenderal Allenby, sang jenderal ini berkata,Sekarang Perang Salib telah berakhir. Sebuah teriakan yang menunjukkan, dendam Perang Salib belum hilang benar dari benak orang Kristen. Maka, pada peperangan di Maluku setahun ini, patutlah orang bertanya-tanya pula, apakah ini lanjutan dari Perang Salib di masa lalu? Kebanyakan tokoh seperti Sekjen PGI Dr JM Pattiasina menolak anggapan demikian. Perang Salib itu kan sejarah yang lama. Padahal kita tidak lagi berpatok pada sejarah yang lama, tegasnya kepada Sahid. Alasan lain menurutnya, kekerasan yang terjadi di Maluku itu bukan konflik agama. Dan tidak pernah ada konflik agama di Indonesia. Itu menurut saya adalah rekayasa-rekayasa politik. Agama dijadikan sebagai alat untuk membenarkan tindakan-tindakan politik. Cendekiawan Muslim seperti Dr Azyumardi Azra dan Dr Kautsar Azhari Noor, keduanya dari IAIN Jakarta, juga menepis hubungan konflik di Maluku dengan Perang Salib. Saya kira tidak sejauh itu, kata Azyumardi. Tapi Rektor IAIN Jakarta ini bisa memahami kemunculan sentimen demikian bila kristalisasi konflik di Maluku itu jadi kian mengeras. Bila kristalisasi konflik itu, sebagaimana telah terjadi di Maluku, kian mengeras maka mau tak mau simbol-simbol seperti itu akan muncul, tandasnya. Nah, tinggal dinilai, kalau ratusan wanita, anak kecil dan orang tua yang tak mengerti perang telah tewas dibantai di Maluku, apakah belum terjadi kristalisasi? MESTINYA PAUS TAK MEMICU KONFLIK QATAR -- Umat Islam sedunia mengecam ucapan provoktif Paus Benediktus XVI dan mendesaknya meminta maaf. Paus diminta tidak mengeluarkan pernyataan yang dapat menyerang agama lain, sehingga berpotensi memicu konflik. Ulama ternama, Dr Yusuf Qaradhawi, menyayangkan ucapan Paus tersebut. ''Apakah Paus ingin menutup pintu dialog antara Islam dan Kristen. Apakah perang salib baru juga telah disiapkan. Pernyataan seperti ini bukanlah terjadi untuk pertama kalinya,'' katanya Qaradhawi di Qatar, Jumat (15/9). Semestinya, kata Qaradhawi, Paus lebih mengedepankan dialog antaragama yang positif dan tulus, dan tak memilih jalan konfrontatif serta memicu konflik. Perjuangan umat Islam saat ini, katanya, dibenarkan agama dan hukum karena mereka melawan pendudukan atas tanah airnya, seperti di Palestina , Lebanon , dan Irak. Selasa (12/9) lalu, saat memberi kuliah teologi kepada civitas academica University of Regensburg, di Jerman, Paus mengkritik konsep jihad dalam Islam dengan mengutip pernyataan Kaisar Byzantium Kristen, Manuel II Paleologos, terhadap Nabi Muhammad SAW. Kata Paus mengutip Kaisar Byzantium, ''Tunjukkan padaku apa yang baru dari Muhammad, dan yang kau temukan hanyalah hal yang berbau iblis dan tak manusiawi, seperti perintahnya untuk menyebarkan agama dengan pedang.'' PM Palestina, Ismail Haniya, atas nama rakyat Palestina, mengecam pernyatan Paus. Ia meminta Paus mengoreksi sikapnya dan tidak menyerang Islam. ''Perang Dunia I dan II yang menyebabkan jutaan orang tewas itu terjadi di dunia Kristen. Begitu pula dengan holocaust dan bom atom,'' kata Haniya. Ketum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menyesalkan kritik Paus itu. Pernyataan itu menunjukkan ketidakarifannya dan pemahamannya yang salah tentang Islam. Namun, ia mengimbau umat Islam untuk tidak bereaksi berlebihan apalagi dengan kekerasan. ''Mari kita tunjukkan bahwa umat Islam adalah umat yang mampu berlapang dada dan memaafkan orang lain. Berilah maaf pada Paus baik dia minta atau tidak. Karena apa yang dia katakan adalah karena keawamannya tentang Islam. Kewajiban kita untuk memahamkan orang yang tidak mengerti,'' kata Din. Jubir Paus Benekditus XVI, Federico Lombardi, dalam pernyataan yang dirilis Kamis (14/9), menyatakan, Paus menghormati Islam namun menolak kekerasan yang didasari oleh agama. Ia mengatakan Paus terus berupaya untuk menghormati dan berdialog dengan agama lainnya, termasuk Islam. [ap/afp/fer/has] === Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits? Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] http://www.media-islam.or.id __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/