ARTIKEL SERIAL RAMADHAN 
(Bagian ke-4)

RAMADHAN, SAAT TEPAT BERTAUBAT 

Kemuliaan dan keistimewaan bulan Ramadhan telah disadari. Di dalamnya ada
rahmat, keberkahan, kebaikan, keselamatan, ampunan yang tak terhingga,
pahala yang berlipat ganda, dan kenikmatan berlimpah ruah. 

Karena itu, Rasulullah saw. menjelaskan dalam sabdanya, "seandainya manusia
mengetahui kebaikan dan keistimewaan yang ada di bulan Ramadhan, maka mereka
akan menginginkan seandainya seluruh bulan yang ada menjadi bulan Ramadhan".

Semangat berlomba-lomba dalam ibadah dan kebaikan menjadi ciri khas dari
Ramadhan. Secara umum, kecenderungan kaum muslimin meningkatkan ibadahnya
sangat tinggi di bulan Ramadhan. Orang awam pun berlomba-lomba meningkatkan
ibadahnya, seperti: memakmurkan masjid, bersedekah, menambah shalat sunah,
melaksanakan tarawih, memberikan buka puasa, dan lainnya. Semangat beribadah
dan melakukan kebaikan belum sempurna bila seseorang belum memiliki
kepedulian terhadap usaha menghindari perangkap-perangkap dosa. 

Bahkan, memelihara dan menjaga diri dari dosa dan menjauhkan segala
perangkap-perangkapnya, sangat besar fadhilah dan keutamaannya di sisi Allah
swt. Mari kita renungkan riwayat hadits Rasulullah saw. yang menjelaskan
tentang tujuh golongan yang akan dilindungi oleh Allah swt. di akhirat
kelak, dimana tidak ada perlindungan selain perlindungan Allah swt. 

Bulan Ramadhan di samping menyediakan banyak peluang ibadah dan kebaikan, ia
juga membuka lebar-lebar pintu untuk menjauhkan diri dari maksiat dan dosa.
Upaya menjauhkan diri dari dosa dan maksiat, tidak terlepas dari keharusan
orang bertaubat dan membersihkan diri dari dosa-dosa dan maksiat mereka yang
pernah terjerumus ke dalamnya. Itulah istighfar dan taubat.

1.      Urgensi Taubat

Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa, kecuali Rasulullah
saw. Kenyataan ini mengharuskan setiap orang introspeksi diri dan kembali
bertaubat kepada Allah swt. Rasulullah saw. sendiri yang telah bebas dari
dosa, selalu beristighfar dan bertaubat tidak kurang dari tujuh puluh kali
setiap hari. Dalam riwayat lain, seratus kali. (HR. Bukhari-Muslim). 

Dalam Al-Qur'an ditemukan banyak ayat tentang pentingnya bertaubat.
Diantaranya, "dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang
yang beriman, agar kalian meraih kemenangan". (An-Nur: 30)

Ayat ini turun di Madinah kepada generasi terbaik umat ini, dari Muhajirin
dan Anshar. Bahwa, bila mereka ingin meraih kemenangan, kejayaan, dan
kebahagiaan, maka harus dengan syarat bertaubat. Padahal, mereka telah
mempersembahkan segalanya untuk perjuangan iman melawan siksaan dan
intimidasi kafir Quraisy, menghadapi segala rintangan dan penderitaan dalam
berhijrah, dan menghadapi kilatan pedang, serangan musuh, dan ancaman syahid
dalam berjihad di medan perang. 

Ayat ini seolah-olah menyatakan bahwa tidak cukup hanya dengan beriman,
berhijrah, dan berjihad untuk mencapai kemenangan. Tetapi, harus pula dengan
banyak bertaubat. 

Ayat lain menyatakan hakikat yang lebih menggetarkan hati. Allah swt.
Berfirman, "dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka pasti
orang-orang yang zhalim". (Al-Hujurat; 11). 

2.      Kewajiban Taubat dan Keutamaannya

Wahsyi, pembunuh Hamzah, paman tersayang Rasulullah saw. pernah ragu-ragu
masuk Islam, karena takut dosanya tidak akan terampuni dan taubatnya tidak
diterima oleh Allah swt. Namun, setelah mendapat jawaban dari Rasulullah
saw. berdasarkan ayat-ayat al-Qur'an, tanpa ragu dia pun masuk Islam dan
bertaubat menuju ke Madinah. Dari Ibnu Abbas ra. Berkata, 

"sesungguhnya Wahsyi, pembunuh Hamzah ra. paman Rasulullah saw. menulis
surat kepada Rasulullah saw. dari Mekkah, yang menyebutkan bahwa
sesungguhnya aku ingin masuk Islam, namun yang menjadi penghalangku dari
masuk Islam, adalah ayat Al-Qur'an yang turun kepada Anda, yaitu firman
Allah swt., 

"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan
tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan
(alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian
itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya)," (Al-Furqan; 68). 

Aku telah melakukan tiga perkara itu. Sekarang apakah aku berpeluang untuk
bertaubat?" 

Kemudian turun firman Allah swt., "kecuali orang-orang yang bertaubat,
beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah
dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
(Al-Furqan; 70). Rasulullah saw. pun membalas surat Wahsyi dengan ayat itu. 

Wahsyi menulis surat lagi yang isinya menyebutkan tentang syarat taubat,
yaitu beramal shaleh, dan aku tidak tahu apakah aku dapat melakukan amal
shaleh atau tidak? Kemudian turun firman Allah swt., 

"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan
Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,
maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (An-Nisa: 116).

Rasulullah saw. pun membalas surat Wahsyi dengan ayat itu. Wahsyi menulis
surat lagi yang isinya menyebutkan tentang syarat taubat yang juga terdapat
dalam ayat tersebut, dan aku tidak tahu apakah aku mendapatkan ampunan atau
tidak? 

Kemudian turun firman Allah swt., 

"Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia lah Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (Az-Zumar; 24).

Rasulullah saw. pun membalas surat Wahsyi dengan ayat itu. Wahsyi tidak lagi
melihat ada syarat dalam ayat tersebut, maka dia pun bertolak menuju Madinah
dan masuk Islam."

Keadilan dan kebijakan Allah swt. menentukan bahwa setiap bani Adam berdosa,
sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah saw. dari Anas bin Malik,
Rasulullah saw. bersabda, 

"setiap anak Adam bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah
orang-orang yang bertaubat". (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim ). 

Namun, Allah swt. tidak zhalim terhadap manusia. Ketika mereka berpeluang
untuk bersalah, maka Allah swt. membuka lebar-lebar pintu taubat untuk
membersihkan dosa-dosanya. 

Oleh karena itu, Allah swt. telah mewajibkan taubat atas setiap hamba-Nya.
Allah swt. Berfirman, 

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah -
Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui.
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di
dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah
sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal." (QS. Ali Imran: 133-136)

Rasulullah saw. mengilustrasikan keutamaan taubat dalam haditsnya mengenai
diri beliau sendiri, 

"aku adalah nabi taubat dan nabi yang penuh kasih sayang". (HR. Muslim). 

Rasulullah saw. juga menggambarkan orang-orang yang bertaubat kepada Allah
swt., bahwa mereka di sisi Allah swt. sangat mulia dan Allah swt. sangat
senang dengan taubat seseorang, lebih daripada senangnya seorang pengelana
yang menemukan kembali onta beserta perbekalannya yang hilang di padang
pasir, sedangkan dia sendiri tidak lagi memiliki perbekalan lainnya selain
itu. Sehingga saking gembiranya, dia berseru; "Ya Allah swt. Engkau hambaku,
dan aku adalah tuhan-Mu", tanpa dia sadari kekeliurannya yang sangat fatal. 

3.      Hakikat Taubat Nasuha dan Syarat-syaratnya

Hakikat taubat nasuha adalah kembali kepada Allah swt. dengan mengenal betul
tentang sifat-sifat Allah swt., nama-nama-Nya, dan pengaruh-pengaruh-Nya
dalam diri sendiri dan di alam semesta. Seorang yang kembali kepada Allah
swt. harus disertai kesadaran bahwa dia telah lari dari Allah swt. dan
terperangkap dalam jerat musuh-Nya. Hal itu disebabkan kebodohannya akan
hakikat Tuhannya dan keberanian menentang-Nya. 

Seseorang harus benar-benar kembali kepada Allah swt. dengan niat
membersihkan diri dan mendekat kepada-Nya, dengan memenuhi syarat-syarat
sahnya taubat berikut ini:

1.      Ikhlas karena Allah swt. bukan karena lainnya.
2.      Langsung melepaskan diri dari dosa, tanpa menunda-nunda. 
3.      Menyesali perbuatan dosa.
4.      Bertekad dan berazam tidak akan mengulanginya lagi.
5.      Mengembalikan hak-hak anak Adam AS.
6.      Masih dalam masa taubat yang diterima, yaitu;
        a.      Sebelum sakaratul maut
        b.      Sebelum matahari terbit dari ufuk Barat.

Setelah bertaubat, seseorang dapat mengecek hakikat taubatnya melalui: 

1.      apakah perasaan berdosa telah merasuk ke dalam jiwanya atau belum?
Perasaan itu terdiri dari:
        a.      Perasaan akan adanya pelanggaran besar dan dosa 
        b.      Perasaan akan keagungan Dzat Allah swt. yang dilanggar
perintah-Nya dan larangan-Nya.
        c.      Perasaan akan kepastian balasan yang diterima karena
pelanggaran itu, bila tidak bertaubat. 

2.      Selalu diliputi kekhawatiran dari ketidakmampuan menepati hak-hak
taubat sehingga tidak diterima Allah swt. Kekhawatiran itu harus lebih
ditingkatkan bila terdapat tanda-tanda kerancuan taubat berikut:
        a.      Mata yang masih buram akan kebenaran dan telinga yang masih
terhalang oleh syahwat dari mendengar nasihat dan kata-kata yang hak dan
benar.
        b.      Hati yang masih membeku dan belum mencair dengan sentuhan
ayat-ayat Allah swt. 
        c.      Nurani yang masih lengah dan lalai
        d.      Tidak gemar dan merasakan kenikmatan dalam menjalankan amal
shalih
        e.      Motivasi bertaubat untuk meraih keuntungan dunia dan
martabat baik di mata manusia lebih kuat dibanding karena ikhlas mencari
ridha Allah swt. dan derajat tinggi di sisi-Nya.

4.      Tanda-tanda Taubat Diterima

Ada beberapa indikasi dan tanda taubat seseorang diterima Allah swt.,
diantaranya:

1.      Kondisi, perilaku, dan akhlak seseorang lebih baik daripada
sebelumnya.
2.      Kekhawatiran selalu menghantuinya akan sanksi Allah swt. dan tidak
pernah merasa aman darinya sekejap pun, bila melakukan kesalahan dan dosa
lagi.
3.      Hatinya diliputi penyesalan dan ketakutan akan keluar dari rahmat
dan ridha-Nya 
4.      Harapan dan kerinduan yang mendalam dan selalu menggelitik hati
untuk mencapai keridhaan Allah swt. 

Demikianlah sekilas bahasan tentang taubat nasuha. Bulan Ramadhan yang penuh
barakah ini sangat cocok untuk bertaubat, kemudian memulai hidup dengan
lebih shalih dan lebih banyak beramal. Selamat berusaha maksimal. 


Sumber:
30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan Suci

Penulis:
Dr. Achmad Satori Ismail, Dr. M. Idris Abdul Shomad, MA
Samson Rahman, Tajuddin, MA, H. Harjani Hefni, MA
A. Kusyairi Suhail, MA, Drs. Ahlul Irfan, MM, Dr. Jamal Muhammad, Sp.THT

Source: IKADI








Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke